Recent adventures at the Immigration Office and the Regional Office of Justice and Human Rights. And it's not even done yet... (sigh)
Sunday, June 29, 2008
Re-entry Permit, KITAS Extension
Recent adventures at the Immigration Office and the Regional Office of Justice and Human Rights. And it's not even done yet... (sigh)
A Miscellany from May and June 2008
O-Channel: some sketches about a shooting session at O-Channel, Jakarta
Surabaya Trip: when attending a conference at Petra University and a Curhat promotion at Togamas, Surabaya
Gift Hunting: accompanying Syb looking for souvenir to bring to The Netherlands
Me First: the usual Lindri attitude when Dhanu is walking ahead of her
Kehilang: about the only expression from Lindri when she missed her father, about one week after his absence
Bule: Dhanu's reaction to commonly-heard shouts in the street
Wet Cart: Lindri likes to blame other person - or even things - for what she's done
Assembly: actually happened in two different weekend, one was a final presentation, another was a school assembly, and stuff we ate those days
Tuesday, June 24, 2008
Curhat at Lambiek!
Saturday, June 21, 2008
Curhat goes East and West this weekend
photos: window display and reading booths, courtesy of MKI
WEST
Watch the videoclip from the opening night:
http://www.youtube.com/watch?v=WfAzhaFYQAM
Thursday, June 19, 2008
[poll] riset curhat 4
Internet
Media Cetak (koran dan majalah)
Media Elektronik (TV dan Radio)
Event Pameran
Lainnya...
Berikut ini ada poll titipan dari penerbit Curhat Tita. Ada 4 pertanyaan, tolong sisihkan waktu sebentar untuk menjawab ya. Poll ini akan dibuka selama satu minggu, jadi akan ditutup pada hari Jumat tgl 27 Juni 2008.
20 partisipan yg beruntung akan mendapatkan hadiah sebuah kantung kain (wadah ponsel) mungil!
Terima kasih sebelumnya!
a.n.
C.V. Curhat Anak Bangsa
[poll] riset curhat 3
Sebanding
Boleh lah...
Lumayan
Tidak sebanding, karena...
Berikut ini ada poll titipan dari penerbit Curhat Tita. Ada 4 pertanyaan, tolong sisihkan waktu sebentar untuk menjawab ya. Poll ini akan dibuka selama satu minggu, jadi akan ditutup pada hari Jumat tgl 27 Juni 2008.
20 partisipan yg beruntung akan mendapatkan hadiah sebuah kantung kain (wadah ponsel) mungil!
Terima kasih sebelumnya!
a.n.
C.V. Curhat Anak Bangsa
[poll] riset curhat 2
Happy...
Agak Happy
Biasa Aja
Sedih
Berikut ini ada poll titipan dari penerbit Curhat Tita. Ada 4 pertanyaan, tolong sisihkan waktu sebentar untuk menjawab ya. Poll ini akan dibuka selama satu minggu, jadi akan ditutup pada hari Jumat tgl 27 Juni 2008.
20 partisipan yg beruntung akan mendapatkan hadiah sebuah kantung kain (wadah ponsel) mungil!
Terima kasih sebelumnya!
a.n.
C.V. Curhat Anak Bangsa
[poll] riset curhat 1
Sangat Menghibur
Menghibur
Biasa Aja
Tidak
Berikut ini ada poll titipan dari penerbit Curhat Tita. Ada 4 pertanyaan, tolong sisihkan waktu sebentar untuk menjawab ya. Poll ini akan dibuka selama satu minggu, jadi akan ditutup pada hari Jumat tgl 27 Juni 2008.
20 partisipan yg beruntung akan mendapatkan hadiah sebuah kantung kain (wadah ponsel) mungil!
Terima kasih sebelumnya!
a.n.
C.V. Curhat Anak Bangsa
Saturday, June 14, 2008
[klipping] Mengapa Tak Ada Hidung di Wajah Tita?
Tepatnya, tak ada hidung di gambar wajah ”Tita” jika sedang menghadap depan (”frontal face”). Kalau Tita menggambarkan ”Tita” dari samping, ada sih hidung itu—mungil, memberi tanda kecil bahwa ”Tita” adalah karakter tiga dimensi.
Tita Larasati saat ini adalah seorang dosen ITB. Pada tahun 1995, ia mendapat kesempatan magang selama setahun di Jerman. Jauh dari orangtua dan keluarga, Tita memulai kebiasaan membuat graphic diary.
Ia menggambar apa saja yang ia alami, kapan saja ia sempat, dengan kertas A4 dan gelpen (Pilot G-1 warna hitam), lalu mengirimkan graphic diary itu dengan faksimile ke keluarganya di Indonesia. Kebiasaan itu berlanjut, baik ketika ia balik ke Indonesia maupun ketika ia keluar negeri lagi, untuk melanjutkan studi desain industri ke Belanda, pada tahun 1998.
Di Belanda, kegiatan ngomik dan bertutur-grafisnya lebih terasah. Belanda adalah salah satu negeri komik terpenting di Eropa Barat, bahkan dunia. Kita, misalnya, akrab dengan komik-komik Belanda (diimpor tak resmi—tanpa copyright) lewat majalah Eppo yang menghimpun komikus-komikus Belanda, seperti Martin Lodewijk (Agen 327, Johny Goodbye, serta menulis beberapa episode seri Storm yang dilukis Don Lawrence), Hans G Kresse (Vidoq, Alain d’Arcy), dan Peter de Smet (Sang Jenderal). Belakangan, kita juga mengenal Peter van Dongen, yang membuat komik berlatar sejarah Indonesia, Rampokan Java dan Rampokan Celebes.
Tita mengenal Peter secara pribadi di Belanda. Rumah Tita di Belanda dekat dengan toko komik sekaligus museum komik internasional terkemuka, Lambiek. Kedekatan fisik dan batin dengan Lambiek ini membuat Tita juga dekat dengan perkembangan mutakhir seni komik dunia.
Di milis komik alternatif dan blog-multiply-nya, Tita sering cerita pergumulannya dengan novel-novel grafis terbaru atau perjumpaannya dengan komikus alternatif kelas dunia, macam Chris Ware (Jimmy Corrigan). Persinggungan langsung dengan perkembangan mutakhir seni komik dunia membuat komik-komik Tita menjadi warga dunia juga.
Spontan, ”lain”
Gagasan bahwa komik adalah medium untuk mendedahkan sepenuhnya diri pribadi seorang seniman bukanlah hal yang lazim di Indonesia. Graphic diary dan komik otobiografis bukanlah seni yang banyak dilakoni para komikus atau pegrafis kita.
Komik di Indonesia, baik fiksi maupun nonfiksi, lebih banyak jadi medium bercerita yang konvensional: mementingkan narasi verbal dan dialog, mementingkan plot (biasanya plot maju-lurus), penataan panel yang umumnya konservatif (bingkai kotak-kotak tersusun rapi), dan umumnya bertujuan menghibur atau memberikan informasi kepada pembaca. Satu lagi konvensi komik kita yang lazim: komik adalah bacaan hiburan anak. Karenanya, komik-komik Tita terasa ”lain”, bahkan ”asing”.
Komik-komik Tita berangkat dari kebutuhan pribadi mengingat dan berkabar, lalu tumbuh menjadi serangkaian seri komik yang sangat personal. Modus pembuatannya sangat spontan: hanya kertas dan pulpen, tanpa sketsa—dan, memang, gaya gambar Tita seperti sketsa. Tanpa naskah atau story board. Tanpa desain karakter, kecuali komitmen pada gaya kartun Barat yang melakukan penyederhanaan terhadap realitas, tetapi tak pernah beranjak jauh—bahkan ingin selalu mendekati—realitas. Tita mengalami sesuatu, lalu ia mewujudkannya dalam garis di atas kertas setiap kali ia punya waktu (saat menunggu sesuatu atau saat dalam perjalanan). Begitu, setiap hari.
Tita tak mendiskriminasi pengalaman, amatan, atau peristiwa yang terlintas di hadapannya. Hidup sehari-hari orang biasa seperti Tita, Anda, dan saya tak dipenuhi oleh petualangan atau peristiwa dramatis. Kita umumnya akan mengabaikan saja yang sehari-hari dan ”biasa-biasa” saja itu, menganggapnya tak menarik, dan melarikan diri darinya ke (misalnya) dunia sinetron, reality show, infotainment, yang serba berlebihan dan ”ajaib”. Seniman macam Tita merengkuh keseharian itu, menganggapnya menarik, menandainya, mengabadikannya.
Dan Tita sehari-hari adalah seorang pelancong iseng, istri Sybrand (seorang Eropa), ibu Dhanu dan Lindri, mahasiswa program doktoral dan kini telah menjadi dosen pegawai negeri. Sepuluh tahun ia tinggal di Belanda, mengalami Eropa luar-dalam, dan kini kembali jadi warga Bandung, selalu waswas tiap bersepeda ke kantor karena jalanan Bandung tak seramah jalanan Eropa pada pengendara sepeda. Dengan sendirinya, ketika Tita mengomikkan kesehariannya apa adanya, maka komiknya menampik kelaziman ”komik sebagai hiburan anak”.
Topik komik Tita mencakup pengalamannya hamil dan membesarkan anak; juga, kadang, pikiran-pikirannya tentang bangsa. Artinya, komik ini sedewasa pembuatnya. Komik dewasa, yang dicipta secara dewasa, sayangnya, masihlah aneh bagi pasar komik kita. Belakangan, memang mulai terbit komik-komik dewasa dan nyeleneh. Misalnya, novel grafis terjemahan dan terbitan Gramedia dan KPG. Atau beberapa gelintir komik underground dari Yogyakarta, Jakarta, dan Bandung.
Lebih jarang lagi, komik lokal yang sepersonal ini—yang sepenuhnya, dan kontinu, merekam dengan rinci dunia pribadi sang komikus. Saingan terdekat Tita adalah seri strip Old Skull, karya Athonk di Yogya yang bersemangat punk, khususnya serial pengalamannya di penjara setahun gara-gara bawa ganja. Komik Lagak Jakarta karya Benny & Mice tak sepenuhnya bisa dikategorikan graphic diary karena masih mengandung kehendak menjadi komik fiksi.
Athonk memilih defamiliarisasi cukup ekstrem ketika menggambarkan dirinya di atas kertas: sosok berwajah tengkorak dengan rambut gaya mohawk. Tita memilih gaya kartun yang lebih lunak.
Tentang nir-hidung itu
Gemar berbaju kotak-kotak, santai, berbadan agak gempal, dan wajah bulat tanpa hidung jika sedang menghadap depan—itulah karakter kartun ”Tita”. Sengaja atau tak sengaja, karakter wajah ini mirip dengan karakter Smiley.
Smiley adalah perwujudan yang distilisasi dari wajah tersenyum manusia, biasanya berupa bulatan kuning dengan dua titik sebagai mata dan sebuah kurva setengah lingkaran mewakili mulut tersenyum. Smiley menjadi ikonik, termasuk mendapat ”panggilan sayang” Smiley ketika dengan cepat merasuki medan budaya pop dunia pada 1970- an.
Emotikon, dan Smiley sebagai emotikon, menunjukkan bahwa ada kelenturan luarbiasa dari ikon yang mereduksi wajah manusia menjadi perkakas minimalis dua titik dan garis ini dalam mewujudkan rentang emosi manusia yang kaya. Model minimalis ini telah muncul sejak awal sejarah komik/ kartun modern.
Kelenturan inilah yang dimanfaatkan dengan baik oleh Tita saat menggambar ”Tita”. Pilihan pada model ikonik Smiley untuk menggambar wajahnya sendiri sedikit banyak menggambarkan pilihan artistik Tita. Ia memilih gaya kartun, yang hakikatnya menyederhanakan obyek atau kenyataan yang digambarkan hingga ke garis-garis esensialnya saja.
Kartun juga kadang berarti melebih-lebihkan unsur tertentu objek dalam gambar. Tapi Tita lebih menekankan penyederhanaan, bukan hanya dalam menggambarkan dirinya sendiri menjadi berwajah mirip Smiley. Dunia yang ditemui Tita, yang ia pahami, yang ia tafsir melalui garis-garis gel pen-nya yang lincah dan spontan, adalah juga sebuah dunia yang disederhanakan, esensial. Apalagi ketika bidang graphic diary-nya adalah kertas A-4.
Dalam selembar kertas, Tita mencatat secara grafis berbagai kejadian yang ia alami dan tempat yang ia kunjungi selama sebulan. Tentu ini tak memberi ruang bagi penyusunan cerita dan penataan panel yang lazim. Sering kali bingkai kotak diabaikan dan kejadian dipilih momen-momen esensialnya saja. Tak ada ruang untuk plot, apalagi dramatisasi. Ruang-ruang kecil dimanfaatkan dengan maksimal sehingga halaman-halaman itu riuh rendah oleh garis.
Sejak tahun 2000, saat Tita pindah ke Amsterdam, ia beralih ke buku sketsa ukuran A-5. Bidang berbentuk buku ini walau lebih kecil dari kertas A-4 (atau, justru karena lebih kecil), sedikit memaksa Tita mengubah strategi visualnya. Satu aspek peristiwa bisa didalami, walau tetap disederhanakan. Jika sebelumnya komik Tita lebih berat sebagai seni grafis, dalam bentuk buku ini unsur kekisahan lebih mencuat. Komik-komik Tita periode inilah yang dipilih sebagian (amat kecil) dan dikumpulkan dalam Curhat Tita ini.
Curhat tanpa neurosis
Istilah ”curhat” (mengungkapkan perasaan dan pikiran—bahasa slang) menyiratkan keintiman.
Dalam buku ini, Tita mencurahkan pikirannya tentang polah lucu para pengguna kolam renang, lagak turis di Belanda, teman duduk di kereta, senam kehamilan, kepulangan ke Indonesia, naik angkot, tingkah lucu kedua anaknya—Dhanu yang menjanjikan akan mengirim kelapa ke semua teman sekelasnya di Belanda kalau sudah sampai di Indonesia, dan Lindri yang punya ”kiat” sendiri membangunkan ibunya (termasuk menyorongkan sandal ke mulut ibu). Tita mencatat juga benda-benda yang dekat dengannya: rincian tas ranselnya, makanan Jepang, sepeda, dan ”kematian” komputer kesayangannya.
Orang bisa bilang, inilah narasi kecil yang begitu diagungkan di zaman postmodern kini. Barangkali itu pula salah satu sebab Tita adalah komikus Indonesia yang kini dikenal di Eropa—ia menawarkan dunia Tita yang partikular dan hidup. Karyanya dipuji oleh seniman komik dunia, Eddie Campbell (From Hell, The Fate of an Artist): Tita’s charming and always engaging cartoons live in a region of the world of the comic strip that has not yet been taken by the neurotics.
Pujian ini bukan hanya jadi komentar terhadap komik Tita, tapi juga komentar terhadap dunia novel grafis atau komik alternatif masa kini. ”Region” yang dimaksud Campbell bukan wilayah fisik, tapi sebidang ranah seni komik yang khas, di Barat, yang saat ini didominasi komik-komik dengan gejala ”neurosis” (sakit jiwa). Model komik biografis dan graphic diary saat ini diisi oleh Robert Crumb, Harvey Pekar, Art Spiegelman, Lewis Torndheim, David Collier, Lat, James Kochalka, Chester Brown, dan banyak lagi jiwa gelisah lain.
Dibandingkan para komikus ”neurosis” kelas dunia itu, dunia Tita tampak lugu dan tanpa beban. Komik-komik Tita, seperti puisi-puisi Sapardi Joko Damono, memberi kita harapan bahwa kita masih bisa bahagia oleh hal-hal kecil.
Sayang sekali, mutu cetak yang kurang baik menurunkan mutu garis Tita di buku ini. Lain kali, semoga komik Tita bisa terbit dalam bentuk art book dengan standar terbitan Taischen yang terkenal ciamik dan penuh hormat pada seni visual itu. (Hikmat Darmawan, Pengamat Komik)
Friday, June 13, 2008
[klipping] Curhat Hitam-Putih
Sebagian koreksi:
Jurusan Desain Produk --> Program Studi Desain Produk
(buku A4-nya pada saat ini ada sembilan) --> buku A5-nya
Jose Pullman --> Joost Pollmann
Pangeran Bandung --> Kapten Bandung
Rony Ramdany --> Rony Amdani
PPBI di Kemayoran --> di Jakarta Convention Center
Tuesday, June 10, 2008
GarageSale presents MidsummerNightSale!
Start: | Jun 21, '08 12:00p |
End: | Jun 22, '08 6:00p |
Location: | Raamgracht 58, Amsterdam |
===============================
GarageSale presents MidsummerNightSale!
Midzomernacht weekend 21 en 22 juni van 12.00-18.00 uur.
Opening 20 juni 17.00-22.00 uur.
Raamgracht 58 in Amsterdam. www.chiellerie.nl
www.garagesale.nu
Starring
Femke Hiemstra, Ingrid Bockting, Leendert Masselink, Erik Kriek, Shamrock
Buzzworks, Peter Pontiac, Jose Luis Garcia, Angelique, Typex, Lamelos
Pieter Dorrenboom, Martin Draax, Sauerkids, Boltgraphics, Covermechanics
& Yummy Industries
East Design & Graphic Expo (EDGE) 2008
Start: | Jun 18, '08 10:00a |
End: | Jun 21, '08 8:00p |
Location: | Gramedia Expo, Jl. Basuki Rachmat, Surabaya |
Expo grafik, desain, promo, packaging dan publishing.
Display komunitas komik Indonesia oleh:
- Masyarakat Komik Indonesia
- Komunitas komik DKV ITS
- Komunitas komik DKV UK Petra
- Sequen
- Jagoan Comics
- M Productions
- 7 Blue Artland
- Curhat Anak Bangsa
- Wind Rider
- Neo Paradigm
- Outline
- Awaken Dream
- Klan Malang
Monday, June 9, 2008
Free Pins for Online Orders
One pin for each copy is available for free if you order Transition online. Please state which pin you choose with your copy when you send an order to esduren at Multiply. Extra pins can be purchased and are priced at IDR 5,000,- each.Purchasing Online:
1. Please send a private message to esduren at Multiply, containing your name and postal address, and the code number of the pin (see the above image) you'd like to have with your book.
One free pin for each book, so you'll get 2 pins for 2 books, 10 pins for 10 books, and so on.
2. Book (plus a free pin): IDR 12,000,-
(extra) pin: IDR 5,000,-
Postal fee IDR 5,000,- (to all over Java, except to Surabaya: IDR 6,000,-)
3. Transfer the total amount to one of these accounts:
Bank Mandiri
cab. Asia Afrika Utara, Bandung
a.n. Rony amdani
Jl. Eceng 2, Bandung
0028649704
BNI
cab. ITB Bandung
SWIFT code: BNINI DJAITB
a.n. Dwinita Larasati
Jl. Cihaur 24, Bandung 40135
4. Send the proof of payment by fax to (022) 7319981 attn. Rony Amdani OR by email to titalarasati@gmail.com
Friday, June 6, 2008
[klipping] Transition
dari Suryo
rekan kita, Tita Larasati, kembali merilis karyanya. Judulnya Transition, yg merupakan karya Tita saat mengikuti 24 Hours Comic Day 2006. Ketika itu Tita masih tinggal di Belanda, dan bersama 1.200
komikus profesional dan amatir seluruh dunia di 86 tempat, pada hari yg sama, ngomik sebanyak 24 halaman selama 24 jam marathon. Saat itu, Indonesia utk pertama kalinya partisipasi di Jakarta, Bandung dan
Surabaya. Tita sendiri ikut gabung dgn para komikus Belanda di toko buku Lambiek, yg merupakan toko buku komik legendaris di Belanda. 24 HCD diprakarsai oleh Scott McCloud, penulis buku Understanding
Comics, Reinventing Comics, dan Making Comics. Semua 3 judul itu sdh diterjemahkan ke bhs Indonesia.
Karya Tita, dan Alam Muammar juga dari Indonesia, terpilih bersama 8 komikus lainnya se-internasional utk dimuat di buku 24 HCD 2006-Highlights. Kita, para penggemar komik Indonesia, patut berbangga bhw
dua orang komikus Indonesia terpilih menjadi Best 10 Comics, diantara 1.200 komikus sedunia. Kebetulan Tita Larasati, anggota milis ini juga dan teman kita juga.
Komik partisipasi 24 HCD tsb, berjudul Transition, kini diterbitkan oleh CV. Curhat Anak Bangsa, dan menjadi salah satu komik best seller di Pekan Produk Budaya 2008, yg berlangsung di Jakarta Convention Center, 4-8 Juni 2008. Bahkan tadi malam, Menteri Pedagangan Ibu Mari Pangestu, secara khusus mengenali cover komik tsb dan memperkenalkannya kpd anggota rombongan beliau, ketika berkunjung ke booth
KomikIndonesia.com.
Komik dijual dgn harga Rp 12.000,- dan bisa didapat selama pameran berlangsung. Hadiri booth KomikIndonesia.com, Masyarakat Komik Indonesia, Manyala, Akademi Samali, Imaginary Friends Studio, majalah Splash, dan beberapa komunitas komik lainnya di Hall A, JCC, Jakarta hingga 8 Juni 2008.
Belum tahu setelah pameran usai, Transition tersedia di mana. Mudah2an juga tersedia di toko2 buku lain.
suryo
np. genesis-cinema show
Sunday, June 1, 2008
Transition at PPBI08
Visitors of Comics booth at Creative Industry Section of PPBI08 can purchase this 28-page book, plus a bonus pin, for IDR 12,000. Alternately, you can also place an order via titalarasati@gmail.com and have your copies prepared to be picked up and paid for at the booth, by showing a print of proof that will be sent as a reply to your email.
Hope you enjoy the event!
final year in eindhoven ('99)
..and other photos.
I stumbled upon this (print-photo) album during my quest in finding documentations for my thesis. Might as well scan them while proceeding on gathering stuff...
These pictures are of my final day at Design Academy Eindhoven, taken by Syb. Presentation of thesis /design project to public and graduation ceremony. Another ones are from a farewell party I had with a group of Indonesian nurses, my friends/neighbor in Eindhoven, plus Diane and Izaac (bless his soul) - the nicest couple in town. The rest are when Henne came visiting, and some scraps from Bandung.