Friday, June 30, 2006

Parcifal nr.2

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Comics & Graphic Novels
Author:various artists from BE & NL
Setelah ditunggu2, ternyata benar Parcifal edisi kedua muncul bulan April lalu, tepat 3 bulan setelah edisi pertama diluncurkan. Parcifal adalah majalah komik 4x/tahun, keluaran Belgia, yg digarap beramai2 oleh komikus Belgia (dan 1 grup komikus Belanda), berformat A5, full color, dengan tebal sekitar 95 halaman. Hal yg serupa dari edisi pertama dan kedua ini adalah bagian editorialnya yg berbentuk foto-komik - atau susunan foto dari para anggota redaksi dan komikus, dalam tema tertentu, yg dilengkapi dengan balon kata2 sehingga membentuk 'kata pengantar'. Namun selain itu, kedua edisi tsb sama sekali berbeda dalam isinya.
Bila di edisi pertama ditampilkan berbagai cerita berbeda dari masing2 komikus, di edisi kedua ini terdapat satu alur cerita yang masing2 'bab'nya digambar oleh 17 komikus. Dari awal hingga akhir, tema cerita adalah sebuah warung kentang goreng ('friets kiosk', yg sebenarnya juga menjual kroket, kipcorn, dan gorengan2 khas lainnya), dengan tokoh2 utama Vivo (si pemilik warung), Mariette (istrinya) dan si pemabuk Sjarel (pelanggan tetap).

Photobucket - Video and Image Hosting
Sepotong dari halaman editorial, menjelaskan bahwa supaya para komikus yg sedang dikumpulkan dalam satu pondok itu tidak bertingkah macam2: masing2 memperoleh satu bab dan tak seorang pun boleh meninggalkan tempat hingga bagiannya selesai

Di awal cerita, dengan gambar hitam/putih dan teknik pena tipis dan rapih, Vivo kedatangan seorang pelanggan yg menawarkan utk memajukan usahanya. Kisah berlanjut dengan teknik gambar berbeda (sebab yg menggarap adalah komikus lain), masih dominasi hitam/putih namun garisnya lebih tebal dan kasar, menceritakan seorang ayah yg menitipkan tiga anak2nya pada Vivo, berhubung Vivo (dalam rangka ekspansi usahanya) kini menawarkan jasa 'pesta anak2'. Cerita berikut digambar berwarna, mirip krayon, mengisahkan anak2 tsb bermain dalam warung Vivo. Dan selanjutnya, cerita berjalan makin bervariasi (misalkan, latar belakang Sjarel yg dulunya ternyata seorang petinju tangguh, kedatangan anak laki2 Vivo dan Mariette dengan seorang health inspector) dan makin liar (misalkan, terlibatnya makhluk luar angkasa, setting panggung broadway, adegan kung fu dengan kura-kura ninja), dengan teknik grafis yg berbeda-beda (dari garis2 dua dimensi sederhana, bergaya 'film bisu' - panel2 gambar yg diselingi panel kalimat putih di atas latar hitam - hingga frame berisi gambar2 detail, dan gaya hippie - yg memang adalah satir dari animasi Yellow Submarine). Cerita diakhiri menjelang jam tutupnya warung Vivo - yang ternyata bukan berarti berakhirnya masalah Vivo: sebaliknya, seorang tokoh dari Parcifal 1 (yg kisahnya berlanjut di Parcifal 2 setelah kisah Vivo tamat) adalah pelanggan yg muncul di babak terakhir ini, dengan membawa para pengikutnya.

Photobucket - Video and Image Hosting
Bab ttg kelakuan anak2 yg dititipkan pada Vivo

Satu komik dengan berbagai gaya gambar, namun kisahnya berkesinambungan dengan baik, ternyata enak juga dinikmati. Tidak hanya terasa efek hiburannya, tapi juga asik untuk dibaca (sebab, ceritanya memang benar kocak dan kacau!), dan menarik utk diamati (dalam hal kreativitas dan teknik gambar masing2 komikus).
Hanya saja, tentu tidak semua gaya pas dengan selera pembaca. Saya sendiri terpaksa meloncati beberapa cerita yg sulit dibaca (secara visual maupun verbal), dan kembali ke bagian2 tsb setelah semuanya selesai dibaca. Cara ini ternyata tidak terlalu mengganggu jalannya cerita, sebab di antara bagian2 tsb terdapat satu 'halaman penyambung' yg menjembatani antara kisah sebelumnya dengan kisah (dan gaya gambar) selanjutnya. Yah, anggap saja sebagai latihan mengapresiasi beragam gaya bertutur secara visual.

Photobucket - Video and Image Hosting
Salah satu bab, karya Lamelos, sebuah kelompok komikus Belanda

Sebagai majalah komik yg diterbitkan sendiri, yg mungkin salah satu tujuannya adalah bereksperimental dengan berbagai cara penyajian cerita bergambar, Parcifal ini lumayan bagus sebagai bahan perbandingan dengan komik2 'swadaya' lain. Format dan mutunya cukup 'ramah pembaca', meskipun harganya agak mahal (4 Euro), tapi rasanya memadai utk kualitas kertas, cetak dan jilid semacam ini.


Photobucket - Video and Image Hosting
Sampul belakang Parcifal 2: daftar menu warung kentang goreng


Parcifal jaargang 1, nummer 2
april 2006
www.parcifal.be

Thursday, June 29, 2006

A.L.I.E.E.E.N.

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Comics & Graphic Novels
Author:Lewis Trondheim
Lewis Trondheim mengawali bukunya ini dengan pengantar yg menceritakan bahwa, suatu hari ketika berpiknik bersama keluarganya, ia menemukan sebuah buku bergambar yg aneh, yg tertinggal di sebuah tempat. Ia hampir mencela para pelancong yg ceroboh meninggalkan sampah tersebut, sampai akhirnya menyadari bahwa rumput di sekitar situ yg rebah dan kering ternyata membentuk lingkaran2 beraturan. Apakah buku yg ia temukan itu milik para 'pelancong' dari angkasa? Apakah anak2 luar angkasa itu diperbolehkan membaca buku2 semacam ini? Ia bawa buku tersebut ke sebuah penerbit, yg lalu memperbanyak buku tsb, dan kini berada di tangan pembaca.

Buku ini bukannya total tanpa kata-kata, sebab ada sedikit balon kata2 di dalamnya. Namun aksaranya jelas2 bukan roman alphabet, dan bukan apa pun yg umum kita kenal di bumi (belakangan, forum penggemar karya2 Trondheim diketahui tengah menggarap kode pemecah aksara aneh pada buku ini). Buku ini diterbitkan penuh warna, hanya saja warna2 tidak tercetak tajam seperti yg umum kita lihat pada buku2 sekarang, tapi cenderung buram dan seperti bertekstur bintik2, bagai cetakan pada koran lawas. Bukan hanya itu, beberapa warna bagai tampak luntur di berbagai tempat; bahkan bidangnya terlihat tidak sinkron dengan bidang atau outline gambar.

Terdapat beberapa bab pada buku ini, masing2 ditandai dengan penggambaran si tokoh utama pada halaman pembukanya. Sepertinya kisah pada masing2 bab pada buku ini berbeda2, namun sebenarnya saling berkaitan. Makhluk yang satu pasti - pada suatu titik - sempat berinteraksi dengan yang lain, sehingga membentuk jalan cerita pada bab masing2. Makhluk2 ini hampir semuanya berbentuk oval atau bulat-lucu, dengan format mata, daun telinga, mulut, dll, yg berbeda2 menurut spesies masing2. Namun jangan dikira cerita dalam buku ini berjalan imut-imut saja, selucu bentuk makhluk2 itu. Sebaliknya, beberapa adegan bisa membuat merinding saking ibanya, atau mengerenyitkan kening karena miris.

Photobucket - Video and Image Hosting
Photobucket - Video and Image Hosting

Seorang (seekor?) makhluk mungil yang riang terjebak dalam situasi di mana ia terpaksa menyakiti rekan sejenisnya, untuk menyelamatkan nyawanya sendiri. Dan ketika ia mencoba menyelamatkan nyawa rekan yg disakitinya ini, ternyata malah sebaliknya yg terjadi. Makhluk lain lagi, tiba2 kehilangan matanya gara2 tertusuk dahan2 sebuah pohon. Setelah berdarah2 dan dirawat oleh seekor (seorang?) 'dokter', ia tidak menderita lagi, namun mengalami efek sampingan: terus menerus mengeluarkan substansi kental dari tubuhnya. Ada lagi makhluk yang sebenarnya ingin selalu berbuat baik, namun selalu disalah-sangka oleh makhluk2 lain yg ia tawarkan kebaikannya. Sehingga yg dirasakan - sebagai balasan dari niat baiknya - hanyalah penolakan.

Tragis rasanya melihat si makhluk baik akhirnya berputus-asa, miris rasanya melihat darah merah makhluk lucu yg disakiti rekannya sendiri, merinding juga ketika hantu si makhluk malang ini mengejar si penyiksanya, dan kesal ketika terjadi penipuan oleh makhluk yg nakal.. tapi sempat pula tertawa ketika si 'dokter' memeriksa dari dalam tubuh pasien, senang rasanya melihat interaksi manis antara makhluk2 tsb, dan turut bersemangat ketika si makhluk mungil memutuskan utk berbalik melawan para makhluk penyiksa kaumnya. Ajaib rasanya, bagaimana gambar2 sederhana - tanpa kata2 - dapat mempermainkan perasaan demikian serunya. Bahkan, bila mau direnungkan lebih dalam lagi, siapa tahu pembaca dapat menemukan personifikasi dirinya - sebagian atau seluruhnya - pada makhluk2 antah berantah ini. Applause dan empat bintang buat A.L.I.E.E.E.N. dan Lewis Trondheim, sang ahli komik (nyaris) bisu!

Photobucket - Video and Image Hosting

A.L.I.E.E.E.N.
Archives of Lost Issues and Earthly Editions of Extraterrestrial Novelties
(c) 2006 by Lewis Trondheim
First Second Book, NY
96 pages Full Color
ISBN: 1-59643-095-8

Saturday, June 24, 2006

Lagi, Kurator Seni Dipanggil Polwiltabes



Belum lama ini saya baca sebuah posting di milis alumni Fakultas Seni Rupa & Desain ITB, (lagi-lagi) mengenai protes terhadap sebuah karya seni yang sedang dipamerkan, kali ini dalam sebuah Festival Seni di Surabaya. Ekspresi protes yg disampaikan melalui dialog (hingga sampai ke "diskusi panas") menurut saya masih wajar. Tapi protes dengan merusak karya seni dan mengancam akan merusakkan galeri, yg menunjukkan habisnya akal untuk berargumen (otak buntu, otot maju), tidak bisa diterima sebagai ekspresi orang beradab. Dalam kasus ini, juga sangat disayangkan bahwa panitia terkesan gamang dan tidak berani bersikap, sementara dalam surat panggilan utk si kurator pun tidak dijelaskan konteks "seni" terhadap karya yang dipermasalahkan.

Saya sendiri belum melihat karya seni yg diprotes itu seperti apa, jadi tidak bisa berpendapat secara spesifik utk karya tsb, dan pemikiran berikut ini sifatnya umum. Di tengah sibuknya mencurahkan konsentrasi utk hal2 lain, terjadinya preseden buruk ini sempat mengusik pikiran saya (makanya bela2in nge-Blog sebentar, supaya lega). Berjejal pertanyaan di benak, tapi intinya kira2: apa iya para seniman Indonesia harus selalu berpedoman pada pendapat "Silakan berekspresi, asal jangan sentuh2 subyek (yang kami anggap) sensitif!"? Kalau karya tidak bermaksud melecehkan, tapi ada juga penonton yg tersinggung dan merasa terhina, apakah ini salah si seniman (dan kurator)? Apakah galeri dan venue lain utk kegiatan/penampilan karya seni perlu warning semacam logo di atas, supaya mereka yg tidak siap membuka pikiran sebaiknya sama sekali tidak usah melihat saja? (Tapi lalu harus diletakkan di mana karya seni yg bertujuan menggugah pemikiran2 kasus2 sosial, budaya, politik, dll yg bersentuhan langsung dengan kehidupan manusia?)

Anyway. Mudah2an kasus ini bisa diselesaikan dengan baik, tanpa usah berlarut2 meruncing ke masalah agama. Turut mengiringkan all my well wishes dan semangat utk Aminudin "Ucok" Siregar dan rekan2 seniman lain.


Logo diambil dari http://magickdream.com/artistic_expression/freedom.html
Berikut tulisan Aminudin TH.Siregar:


Teman-teman,


Meskipun berita kronologi dari panitia belum saya peroleh (ini menandakan ketidaksiapan panitia Festival Seni surabaya 2006 dan kacaunya koordinasi antara mereka mereka), akan saya ceritakan sedikit mengenai peristiwa tersebut dibawah ini:

1. Karya instalasi Andi Nursamsi berjudul "Tiga Alasan" (2006) terdiri dari peta Timur Tengah berukuran sekitar 1,5x2 meter yang bertuliskan kalimat syahadat dan dilengkapi dengan koordinat kilang minyak, lalu terdapat kolase foto-foto tokoh Islam seperti Osama Bin Laden, Saddam Husein, Ba'asyir dan sebagainya.Di depannya terdapat meja yang diatasnya diletakkan anak panah berikut busurnya (sekitar 2 meter dari dinding). Peta Timur Tengah itu diletakkan pada dinding galeri di Balai Pemuda Surabaya sebagai pameran seni rupa dalam ajang Festival Seni Surabaya 2006. Seniman, Andi Nursamsi, memang bermaksud untuk interaktif, artinya penonton dipersilahkan untuk memanah peta Timur tengah tersebut selama pameran berlangsung.

2. Konsep Andi Nursamsi adalah merepresentasikan bagaimana Amerika (dengan simbol senjata panah) melakukan agresi, imprealisme, ekspansi ke Timur Tengah dengan maksud yang tumpang tindih, yaitu antar kepentingan menguasai ladang minyak, alasan mencari biang kerok terorisme dan juga polirik keagamaan.

3. Sehari setelah pembukaan pameran (tanggal 4 Juni), saya (kurator) kedatangan seseorang yang dengan agresif mempertanyakan karya tersebut. Dia mengatakan bahwa karya itu melecehkan agama Islam. Bahkan dia berburuk sangka dengan (sedikit mengancam) bahwa kalau karya itu dilihat oleh FPI, maka pasti akan bermasalah. Pada malam itu saya terlibat argumentasi untuk membela karya Andi. Sampai-sampai kita berdebat mengutip ayat-ayat dan hadis Nabi Muhammad SAW. Dia keluar dari ruang sekretariat dengan ketidakpuasan karena (bagi saya, terus terang) dia kalah berdebat dalam soal agama. Bagi saya itu menjadi preseden yang kurang baik. Orang yang datang dengan peci ini konon bekas panitia FSS dua tahun silam. Malam itu, tidak ada satupun panitia yang mau terlibat dalam perdebatan tersebut, padahal mereka ada di ruangan sekretariat.

4. Ternyata benar, ketika saya sudah pulang ke Bandung, pada tanggal 6 Juni, saya ditelepon panitia yang mengabarkan bahwa pada tanggal 5 Juni (berarti persis sehari setelah saya berdebat dengan orang itu), karya Andi Nursamsi dikabarkan dirusak (diserbu) oleh sekelompok orang. Disini, situasi jadi simpang siur. Ada yang bilang pelakunya FPI, ada yang bilang Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Mereka menuntut agar karya itu diturunkan kalau tidak mereka akan melakukan pengrusakkan di galeri. Panitia yang panik, minta pertimbangan-pertimbangan dari saya. Saya kontak seniman dan kemudian lahir pertimbangan agar karya itu untuk sementara dikeluarkan selama beberapa jam dari galeri, atau minimal di lokalisir sedemikian rupa dengan tanda-tanda peringatan. Saya pun minta panitia untuk segera memotret kerusakan yang terjadi sebelum karya itu dicabut. Kejadian ini berlangsung pada sekitar pkl. 13.00. Panita juga meminta saya untuk mengirim sebuah tulisan yang berisi penjelasan tentang karya Andi Nursamsi.
Hari itu juga, masih tanggal 6
Juni, saya mengirim tulisan penjelasan sepanjang 3 halaman ke panitia. Sekitar dua jam kemudian, saya kontak ke panitia untuk menanyakan apakah mereka jadi menyerbu galeri. Dijawab oleh mereka "tidak". Maka segera saya minta panitia untuk memasang kembali karya Andi Nursamsi. Dengan naluri saya, pencabutan sementara karya Andi Nursamsi dimaksudkan sebagai taktik belaka bahwa kita pun serius merespon tuntutan mereka sekaligus untuk mencegah pengrusakkan yang lebih parah di galeri, walaupun kalau itu terjadi akan menjadi poin positif bagi kita. Dengan komunikasi via telpon, sesungguhnya saya sulit membayangkan situasi di Surabaya pada waktu itu. Pencabutan dan pemasangan kembali karya Andi Nursamsi hemat saya merupakan langkah untuk tarik ulur dalam konteks emosi.

5. Ternyata, gerombolan yang membawa-bawa agama itu malah mengadu ke POLWILTABES-Surabaya.

6. Hari Selasa, 20 Juni 2006, saya menerima fax dari POLWILTABES-Surabaya berisi panggilan untuk menjadi saksi dalam perkara tindak pidana mengenai pernyataan permusuhan terhadap agama, menyatakan perasaan bermusuhan sesuai dengan pasal 156 jo 157 KUHAP.
Anehnya, tidak disebutkan dengan terang konteks tindak pidana tersebut. Tidak ada istilah 'karya seni', 'pameran apa', 'dimana', 'oleh siapa', dan sebagainya.

teman-teman, demikian penjelasan saya.

Doa'kan urusan ini lancar.

Salam,
Aminudin TH.Siregar





Tuesday, June 20, 2006

[Muppets] Manamana!




One of my favourite Muppets episodes (actually titled Puhlahmahlu?). I and my sister used to act this song out a lot. I found this clip at YouTube the other day (along with other hilarious Muppets clips), but could not download the file. Until Gracesiana uploaded it on her site (thanks! :D). So here's to Muppets fans and childhood memories!

Monday, June 12, 2006

Tujuh yang diulang



Hasil buka2 jurnalnya Bertie ternyata membuahkan tugas berantai: bikin daftar 7 lagu yang akhir2 ini sering didengerin berulang2. FYI, lagu2 yg di daftar ini adalah teman2 begadang ngerjain tugas, yg gue anggap pas utk didengerin pas hari udah gelap, dunia udah tenang, dan harus bisa nemenin nahan ngantuk!

1. Original Sin (The Shadow) - Taylor Dane
Gue seneng banget ini, pasti antara lain karena suaranya Dane yg powerful. Sebab lain, lagu ini termasuk dalam kenangan ruang TA jaman dulu, gue ampe dikasih kaset ini ama Motul. Dengerin malem2 pas sepi, pasti makin kerasa hawa original sin-nya.. hahaha..

2. (Baby Baby) Can I Invade Your Country? - Sparks
Lirik lagu ini rada2 parodi dari lagu kebangsaan Amerika, lagunya sendiri spt utk long march. Sparks termasuk daftar CD wajib utk malem2, sebab gaya lagu mereka beda2 setiap saat, selalu kocak - entah satir entah memang melucu, tapi semuanya menyegarkan.

3. Pertama - Reza
Lagu Indonesia terseksi. Nevermind the videoclip; her voice has the correct tone of huskiness for this song. Lagu ini lagi beken2nya pas gue hampir berangkat ke sini, jadi memori sekitar lagu ini juga bertumpuk2.

4. The Bells of Notre Dame (OST)
Sedikit nada gregorian-gothic utk tengah malam memang pas, tapi nggak mau yg terlalu serem.. haha.. OST Disney aja deh jadinya (OST Dracula sih serem benerannn)

5. Arjuna - Dewa
Asik nih. Ada temen di PPI Delft yg sukaaa banget, sampe liriknya dibawa2 kemana - dan pas makan malem bareng di Den Haag, sempet pada pengen nyanyi bareng. Sampe ditengok tamu2 resto yg lain, dikiranya kita udah kebanyakan ngebir..

6. Sex Bomb - Tom Jones & Mousse T.
Yg gue punya adalah versi cethak-cedhuk nya.

7. Negeri di Awan - Katon Bagaskara
Pas pertama kali denger ini dinyanyiin Katon, serasa udah kenal duluan ama lagunya. Ternyata bener, lagu ini pernah dinyanyiin anak2 koor SMP Sang Timur (almamaterku), sebab Pak Andre (kakaknya Katon yg bikin lagu ini) dulu ngajar musik di situ (sekarang masih nggak ya?)

Berhubung Chica ama Tiyas udah ditunjuk sama Bertie, orang2 berikut ini yg dapet giliran:
1. Mang Ipan (rasain lu, dulu ngejebak gue duluan)
2. Aki Otul (pasti si aki males deh.. pengennya bikin muka penyok :P)
3. Papih Oyik (show me what you got!)
4. Non Sandralex (woohoo.. ditunggu daftar kerennya!)
5. Teteh Mer (ya teh ya? ya? :D)
6. Pepentong (sekali2 ikutan pesan berantai lagi Pen.. hehe)
7. Sintul (ayo ayoo didaftaar)


Sunday, June 11, 2006

The Nasty Bits

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Cooking, Food & Wine
Author:Anthony Bourdain
I've never watched any of his TV shows (save a glimpse of an interview clip on the Internet), nor read any of his books other than Confidential Kitchen. My impressons after reading Confidential Kitchen? An interesting read, no-nonsense contents, very bold and with a choice of spicy expressions. Needles to say, his writing loudly describes his personality; a typical "Bourdain" style. Having enjoyed reading that book, I eagerly took The Nasty Bits off its shelf at Waterstone's not so long ago and rightaway devoured the pages.

The Nasty Bits contains a collection of articles and essays by Bourdain, which were published in various publications. The contents, divided into Salty, Sweet, Sour, Bitter and Umami, are a variation of stories and thoughts, ranging from the kinds of music in the kitchen to restaurant etiquette, from a pampered lifestyle on a luxury ship to the harsh environment of an Inuit tribe, from a delicate US$ 350,-/head sushi dinner and an exclusive food-lab to daring experiences of eating virtually any part of any breathing creature. The collection is followed by a short fiction: A Chef's Christmas, which (I quote from Bourdain himself) is exactly "...a children's Christmas fable - but with language that children probably shouldn't read". The book ends with a Commentary section, where Bourdain made remarks about each article.

Having joined Jalansutra mailing list for a couple of years, I admit, have increased my consciousness towards food and travel, more than ever. But it still does not make me an expert. I have yet to learn many gastronomical terms that Bourdain threw into his writing. However, aside from occassional unfamiliarities of terms, particular points and the overall story are comprehensible. Mainly because this book covers beyond food business: it explores people's passion towards food (something that I share with most of my friends)! I like it how Bourdain tirelessly express and proves, in many ways, that good food doesn't always come with night gowns, hushed atmosphere and silver cutlery, but sincere affection, pleasant (can be either relaxing or lively) surroundings and good companions.

I like it also how Bourdain gives graphic descriptions of his adventures, with brutal honesty. He doesn't hesitate to mention and comment on well-known names (given his expertise, I can see he's entitled to do so). And, being seemingly straight-forward in all aspects as he is, in the commentary section he admits a change of viewpoints. Well, I can imagine it's just like myself looking at my own works from years ago - I must be embarrassed or proud by some - but it's all a process towards maturity, isn't it. Best of all, I find myself very much amused by the harshness of his jokes and the liveliness of his stories. I recommend this book as an entertaining reading material (although not for those who are easily offended by obscene words), a mind-opener, but not as a food guide (I just exchanged words with a friend, "Well, we don't have to eat up to Bourdain's standards" :D).


Nasty Bits
Anthony Bourdain
ISBN13: 9780747579816
ISBN10: 0747579814
Publication Date: 01/05/2006
Format: Paperback
Publisher: BLOOMSBURY PUBLISHING

Wednesday, June 7, 2006

Stripdagen Haarlem 2006


Before going to where the events are, we dropped by Pak Khing's house. It turned out that we took a too-long detour; Dhanu was exhausted but he didn't complain.
I returned Pak Khing's books (Arman & Ilva) and old photos, which he showed rightaway to Patty Klein, who was there as well.

Stripdagen Haarlem, a bi-annual comics event in Haarlem, this year from 3 to 4 June 2006. Here's a visual report (sketches and photos); verbal report will be uploaded as soon as it is ready.

[KomOn News] Siapa Mau Bergabung di Tim Komik Berantai?


Bertie telah bersedia menjadi koordinator tim Komik Berantai baru. Bagi yang berminat utk bergabung, silakan langsung menghubungi Bertie melalui Multiply-nya atau e-mail nonacyan@gmail.com, supaya Bertie bisa menyusun nama2, giliran masing2, dan koordinasi selanjutnya.
Setiap panel terbaru nantinya akan di-upload di Multiply Komik ini.

Ditunggu tanggapannya

Info praktis:
1. Komik Berantai adalah di mana seorang membuat satu panel, dilanjutkan oleh orang lain. Seterusnya sesuai urutan, hingga tiba gilirannya lagi.
2. Plot cerita: pada awal2 akan dibebaskan (tidak ada skenario khusus). Tapi di suatu titik proses nanti, kemungkinan besar harus ada garis besar cerita yg disepakati bersama, supaya cerita lebih terfokus.
3. Sesuai etika universal, hendaknya gambar tidak mengandung unsur SARA dan pornografi.
4. Panel yang sudah diselesaikan, tolong di-scan dengan resolusi 72 dpi, berukuran maksimal 600 x 700 pixels. Kirim ke nonacyan@gmail.com
5. Masing2 orang mendapat waktu 1 minggu utk menyelesaikan panelnya. Lewat dari itu, harap memberitahukan koordinator (Bertie), supaya gilirannya bisa digantikan orang berikutnya. Urut2an bisa fleksibel: bila si A belum sempat, B bisa mengambil gilirannya, lalu kembali ke A sebelum dilanjutkan ke C.
6. Yang penting: enjoy!


ps. Contoh Chain Comix yg tak kunjung terselesaikan: http://komik.multiply.com/photos/album/7




Tuesday, June 6, 2006

Storm di Haarlem



Modified from a post in Komik Alternatif mailing list, Msg. #2529

Hari Sabtu yang lalu, 3 Juni 2006, adalah termasuk hari yg paling ditunggu2 publik komik se-Belanda: mulainya Stripdagen Haarlem. Di sini saya hanya akan cerita saat berjumpa dengan Romano Molenaar, komikus yang dipercaya sebagai penerus seri Storm. Salah satu venue Stripdagen, Philharmonie, memuat beberapa spot kios, di mana salah satunya adalah ruang utk Franka, Agen 327, Hein de Kort, dan Storm. Henk Kuijpers (pencipta Franka), Martin Lodewijk (pencipta Agen 327, penulis Storm), Hein de Kort, dan para penerus Storm pun turut hadir dan menyediakan waktu utk sesi tanda-tangan dan sketsa utk para penggemar.



Sekitar jam satu siang, saya menghampiri pojokan Storm, di mana dijual wine berlabel Storm (botol ukuran 500 ml berharga 4,75 Euro), original prints Agen 327, edisi khusus Storm dan Trigan, buku memoriam Don Lawrence, dan limited prints (berjumlah 150, numbered & signed) karya Romano & Jorg. Di salah satu pojok meja, Romano dan Jorg terlihat sibuk melayani permintaan sketsa dari pengunjung. Saya ikut mengantri, tapi pas sebelum giliran saya, waktunya bagi Romano dan Jorg utk istirahat makan siang. Mereka akan kembali pk. 15:00 - and so would I!


Photobucket - Video and Image Hosting
Sepotong dari limited art-prints karya Romano dan Jorg

15:00 - sambil menunggu Romano dan Jorg, saya membeli limited prints yg dijual, plus bonus sticker, seharga 35 Euro (btw, pembelian prints ini adalah syarat utk bisa dapat sketsa asli Romano dan Jorg. Sebelumnya saya sudah beli sebotol red wine berlabel Storm). Tiba giliran saya utk minta gambar.. sayangnya saya hanya diperbolehkan memilih salah satu tokoh. Hmm.. Storm atau Rambut Merah? Akhirnya saya pilih Rambut Merah. Sambil Romano menggambar, saya ajak ngobrol. Pertama kali tentu saya beri selamat atas comission yg ia peroleh.

Ketika saya bilang saya tau (karya2) Anto dari sebuah komunitas komik di Indonesia, Romano langsung menyatakan kekagumannya atas karya2 Anto. Saya bilang (berdasarkan 'sampel Storm' Anto yg ikut diterbitkan dalam The Chronicles of 30 years Storm), garis2 Anto sangat halus (delicate), sehingga Rambut Merah tampak terlalu terawat (groomed) seperti 'gadis kota', sementara kulit wajah dan lengan Storm, meskipun berotot, tampak mulus. Padahal kualitas kekasaran garis dan rough/wild looks merupakan kekhasan tokoh2 dalam Storm. Mungkin ini yg menyebabkan Anto belum berhasil memperoleh tugas meneruskan Storm.

Photobucket - Video and Image Hosting


Romano baru dipertemukan dengan Jorg (yg bertugas sbg colorist) dalam proyek Storm ini, namun terlihat keduanya sudah cukup fasih berkomunikasi mengenai dan melalui karya masing2. Saya dengar Anto juga dapat bagian sebagai colorist, utk komik2 lain? Lumayan membanggakan, ada komikus Indonesia bisa masuk tim Don Lawrence ini :)



Kemudian saya tanya Romano, kapan album Storm yg baru akan terbit. Romano bilang, diharapkan pertengahan 2007. Kini ia sudah mulai dengan sketsa2 awalnya. Pembuat ceritanya masih Martin Lodewijk, yg juga membuat cerita2 utk Don Lawrence dulu. Tapi lalu Romano juga menyatakan kecemasannya akan penerimaan penggemar Storm atas album barunya nanti. Sebab orang pasti akan selalu membandingkan dengan karya2 pendahulunya, Don Lawrence. Memang, menurut saya, karya Don Lawrence tak akan tergantikan. Tapi kita lihat saja karya duet Romano - Jorg nanti, yg kalau dilihat dari sampel yg sudah ada, sepertinya cukup menjanjikan.


Photobucket - Video and Image Hosting
Romano saat membuat sketsa di sebuah acara komik di Rijswijk, April 2006


Sketsa Rambut Merah saya selesai; kertas berpindah ke Jorg yg langsung memainkan kuas kecilnya di atas wajah Rambut Merah. Ia sudah menggambar sejak umur 14-15 tahun, dan sudah sejak itu pula ia selalu mempelajari gaya Don Lawrence. Saya melirik ke orang yg dapat giliran berikut, yg ngotot pengen gambar dua2nya, Storm dan Rambut Merah. Setelah menawar2, akhirnya Romano bersedia menggambar dua2nya, sedang berciuman. Aaargh keren sekali, saya nyesel nggak ngotot spt orang itu! Gambar Storm-Rambut Merah berciuman itu akhirnya cuma bisa saya potret

Betah rasanya memandangi gerakan tangan2 mereka di atas kertas. Tapi saya - dengan enggan - terpaksa meninggalkan pojokan Storm tersebut. Setelah cat air pada Rambut Merah mengering, saya selipkan sketsa tsb di antara sebuah buku. Lalu saya ucapkan terima kasih dan selamat bekerja pada keduanya.

Cerita selengkapnya ttg Stripdagen Haarlem, berikut foto2 dan gambar2, akan menyusul.




ps.
- Ttg Stripdagen Haarlem (berbahasa Belanda): http://www.stripdagenhaarlem.nl/

- Sedikit ttg The Chronicles of 30 years Storm: http://komik.multiply.com/journal/item/7

- Limited art print
bisa dilihat di situs Don Lawrence ini. Gambar2 lain pada situs itu (close up wajah2) adalah bonus sticker-nya.





Monday, June 5, 2006

The Fate of The Artist

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Comics & Graphic Novels
Author:Eddie Campbell
Sang seniman, bernama Eddie Campbell, tiba-tiba merasa muak pada karya-karyanya, dirinya sendiri, dan para penggemarnya. Sehingga pada suatu hari ia menghilang begitu saja. Seorang detektif yg bertugas menyelidiki hilangnya sang seniman memulai pencariannya di kediaman Campbell dengan mewawancarai istri dan anak perempuan Campbell yg tertua, Hayley. Demikianlah buku ini dimulai, berbentuk prosa yang dituturkan oleh si detektif; ditampilkan dalam teks yang diselingi ilustrasi kecil di sana-sini.

Photobucket - Video and Image Hosting

Narasi si detektif ini merupakan alur utama kisah dalam buku ini. Sebagai selingannya, terdapat kisah2 pendamping dan beberapa kilas balik, yang ditampilkan dalam berbagai bentuk: bentuk pertama adalah berupa panel2 gambar bersekuel (komik). Dalam panel2 komik ini, Eddie Campbell 'diperankan' oleh seorang aktor bernama Richard Siegrist. Bentuk kedua merupakan sebuah wawancara terpisah dengan Hayley (interviewer: unknown) ditampilkan dalam bentuk urut2an montage foto Hayley di sebuah café; ucapan2 Hayley berupa balon kata2 yg ditik rapih. Dalam wawancara ini Hayley menceritakan proses unik ayahnya dalam berkreasi dan berkehidupan sehari2. Bentuk ketiga adalah (seolah2) guntingan komikstrip pendek (2-3 panel) dari surat kabar: seri Honeybee yg menampilkan suka-duka sepasang suami-istri (kombinasi dumb husband/snarky wife), seri Angry Cook yg bertokoh utama Hayley (yg selalu gusar saat menyiapkan makanan/minuman), dan cuplikan2 komikstrip lepas lain - termasuk strip bertema metanarasi, misalkan saat Siegrist diberi pengarahan saat memerankan Campbell di depan kamera. Untuk meyakinkan bahwa benar2 dari guntingan surat kabar tua, strip2 pendek tsb disajikan di atas warna kertas yg kekuningan, disertai potongan artikel dan sebagian kotak2 TTS. Tidak hanya itu, strip ini pun berkembang dari bentuk pendek (2-3 panel, hitam putih) hingga menjadi "Sunday page" (satu halaman penuh, berwarna), dan sempat mengajak para pembaca koran bereaksi supaya komik dapat dipertahankan terbit. Di akhir buku, terdapat sebuah komik 'ekstra' berjudul The confessions of a humorist, dengan tokoh utama.. Eddie Campbell sendiri(!).

Photobucket - Video and Image Hosting
Photobucket - Video and Image Hosting

Sangat menyenangkan bahwa berbagai bentuk bercerita tersebut berhasil disusun menjadi cerita yang enak diikuti. Lebih dari itu, isi ceritanya sendiri sangat menarik. Bukan saja karena narasi fiktif Campbell tentang ke(tidak)beradaan dirinya, tapi juga karena pembaca diberi kesempatan melihat kebiasaan hidupnya sehari-hari, terutama yg berkenaan dengan proses berkarya dan keunikan sifatnya.
Beberapa hal yg menonjol antara lain adalah kebiasaan Campbell untuk menyebarkan kertas gambarnya di sekujur rumah. Ini sengaja dilakukannya utk memperoleh efek 'kejutan' setiap kali ia menjumpai gambarnya dari arah yg berbeda. Yang menjadi masalah adalah, seluruh anggota keluarganya (termasuk anjing dan kucing2 peliharaan) juga setiap saat 'terbentur' pada sebaran gambar2 tersebut. Sehingga nasib sketsa2 tsb bermacam2, hingga ada yg berakhir menjadi bahan lelang di eBay. Ada lagi sifat Campbell yg menonjol, yaitu kecerobohan sekaligus pemarahnya. Campbell mudah meninggalkan barang2 kecil (seperti kunci, dompet) dan mudah pula mengumpat karena geramnya akan hal tsb. Menurut Hayley, anak2 tetangga selalu menunggu2 saat Campbell pergi belanja ke supermarket, karena di jalan ia bisa tiba2 mengumpat, berlari ke rumah (utk mengambil barang yg tertinggal), lalu kembali ke jalan.. dan mengulangi kejadian yg sama, bisa hingga 3-4 kali.
Kejadian serupa diperankan juga oleh 'Richard Siegrist' (sebagai Eddie Campbell, dalam bentuk komik) saat meninggalkan paspornya di rumah, dan baru sadar ketika sudah tiba di bandara. Betapa perjalanan kembalinya ke rumah, mencoba masuk lewat jendela belakang, menyapa anjing dan kucing2nya dengan terburu2, bahkan sempat mengecek koleksi CD-nya, merupakan kekesalan tersendiri.. sehingga di halaman berikutnya terdapat sketsa (seperti gambar anak2): tangan besar yg keluar dari awan, melempar sebuah pesawat terbang sehingga jatuh ke laut.

Photobucket - Video and Image Hosting

Campbell juga dikenal sebagai tukang mengatur. Yang menurutnya seharusnya demikian, diubahnya sesuai dengan maunya sendiri. Misalkan pendapatnya tentang penempatan cover/buku CD dalam wadah CD, yg menurutnya adalah terbalik, sebab buku CD tsb mudah rusak bila dipaksakan masuk ke wadahnya. Jadi ia balik posisi semua cover CD koleksinya. Tidak berhenti sampai situ, setiap bepergian jauh dari rumah, yg ia kuatirkan adalah ada orang yg merambah koleksi CD-nya dan kembali menempatkan buku2 CD-nya secara "terbalik".
Ia pun suka 'mengoreksi' isi buku ensiklopedia. Istrinya bercerita bahwa Campbell telah merombak sebuah buku ensiklopedia ttg kesehatan: bila menurutnya suatu jenis penyakit tidak seharusnya berada di halaman sekian, akan ia gunting bagian ttg itu, utk dibuang atau digantikan dengan yang "lebih tepat".

Photobucket - Video and Image Hosting

Di bagian wawancara dengan Hayley, disinggung lagi persoalan pendefinisian Graphic Novel. Adalah merupakan masalah besar bagi Campbell bila seseorang mengkategorikan komik sebagai, misalkan, urut2an beberapa gambar ('Bloody definers,' he'd say). Untuk menyatakan sikapnya, ia akan sengaja membuat komik hanya dengan SATU gambar. Atau membuat "graphic novel"-nya berupa dominasi teks yg diselingi hanya beberapa ilustrasi. 'It's all just illustrated stories.' he'd say, 'And an illustration is just a typographical anomaly.' He detested the way they have to categorize everything.
Photobucket - Video and Image Hosting

Menjelang akhir cerita, Campbell telah berhasil ditemukan. Campbell (diperankan oleh Siegrist) dikisahkan telah menemukan arti semesta, hasil dari percakapannya dengan Tuhan (Hayley: By God I mean a sort of methaporical god. [...] And if anybody said 'Jeezis' he'd go 'No: Eddie Campbell. Jeezis is the one with the sandals.') Episode terakhir adalah "The confessions of a humorist" yg diperankan sendiri oleh Eddie Campbell. Tumben, sebab biasanya ia menciptakan tokoh yg memerankan dirinya, seperti Richard Siegriest di buku ini, atau Alec MacGarry di seri Alec, yg sebenarnya menceritakan ttg dirinya.

Photobucket - Video and Image Hosting

The Fate of The Artist ini bisa dibilang sebagai karya autobiografi Campbell yang terbaik. Berbeda dengan seri Alec yang hitam-putih, buku ini menampilkan lebih banyak warna dan campuran teknik, dari pewarnaan manual, hingga kolase foto dan ilustrasi yg tersusun secara harmonis dengan teks. Melalui buku ini pula pembaca bisa mengenal Campbell tidak hanya sebagai seniman dan komikus ("A. Humorist" - yg adalah tanda tangan pembuat komikstrip Honeybee), tapi juga sebagai kepala keluarga. Dari buku ini pula pembaca bisa mendapat lebih banyak lagi kesan tentang seorang Eddie Campbell. Ia mungkin berada di mana dirinya sekarang berada, berkat attitude-nya yang unik tsb, yang sebenarnya tidak membuat hidupnya lebih mudah, dan tidak jarang pula merepotkan orang2 terdekatnya.


Sebuah wawancara dengan Eddie Campbell, yg dijawabnya dengan sketsa berwarna: http://www.powells.com/ink/campbell.html

Photobucket - Video and Image Hosting

Blog Eddie Campbell (atau, tempat di mana ia kadang2 menulis atau memasukkan sketsa2nya): http://firstsecondbooks.typepad.com/mainblog/eddie_campbell_guest_blogger/index.html

The Fate of The Artist
Hardcover 96 pages (May 2, 2006)
Publisher: First Second
ISBN: 1596431717

Paperback 192 pages (May 2, 2006)
Publisher: Roaring Brook P. (an imprint of Millbrook P. Inc)
ISBN: 1596431334

Photobucket - Video and Image Hosting