Friday, May 20, 2005

Pontiac Podium


Cover of Kraut, the 2nd print. Additional pages consist of more documents (and drawings, of course)

Here are some photos from when we visited Peter Pontiac's studio (Summer 2002). Also Peter's 2nd edition of Kraut, with some pages and himself doing the signing yesterday (Thursday May 19th 2005).

Pontiac Podium




Kamis 19 Mei yang lalu di Lambiek ada acara signing oleh Peter Pontiac, dalam rangka penerbitan kedua album 'biografi'nya yang berjudul Kraut. Wah! Kesempatan untuk ketemu Pontiac lagi, terakhir ketemu sudah lebih dari 2 tahun yang lalu. Waktu itu kami (aku, Motul, Thoriq, Tanto) sempat diundang Peter utk makan malam di rumahnya, lalu menjenguk studionya (di apartemen yg terpisah). Meskipun sudah jadi koboi veteran di dunia perkomikan Belanda, Peter orangnya ramah banget dan ngomongnya sopaaan. Pas di rumahnya dulu (di Bussum - kota kecil tetangga Amsterdam), kami dimasakin paella, terus liat2 koleksi musiknya. Dari gaya gambar dan kisah2 di karyanya, orang akan mudah dapat kesan bahwa Peter ini orangnya kasar dan sembarangan. Tapi kenyataannya enggak, dia ramah sekali. Sangat perhatian ke tamu2nya. Dia tanya ttg karya kami masing2, dan selalu mendahulukan aku dulu untuk semuanya (makan, jalan, dll) - pokoknya praktik ladies first kerasa banget.. hehe. Dia juga pengen liat Dhanu (waktu itu Lindri belom terbit), jadi tanya apa aku bawa fotonya di dompet (enggak je.. aku nggak pernah bawa2 foto siapa2 di dompet!). Pokoknya perhatian banget sampe aku terharu. Selesai makan, kami jalan kaki ke studionya.

Dari jalan keliatan apartemen kecil bertingkat. Rumput di halamannya rada nggak keurus, tapi nggak keliatan butut. Malah ada efek yg bikin keren: ada bagian depan mobil Mustang Pontiac di dinding luar, seolah2 mobil itu sedang melesat keluar dari apartemen. Lantai bawah punya orang lain, isinya buku2 dan koran2 tua yg udah menguning. Studio Pontiac ada di atasnya, penuh juga sama buku, kertas, meja, perangkat musik, perangkat nggambar, mesin fotokopi. Ada tiang di tengah ruang di mana tiap tamu harus nggambar di situ sebelum pulang, jadi kami juga sempet nggambar di situ.

Anyway, balik ke Kamis lalu. Begitu masuk Lambiek, ikutan ngantri tanda tangan. Pas udah dapet giliran, aku selametin dulu dia, lalu tanya, "Inget nggak sama saya?". Dia bilang, "Iya inget, tapi di mana ya?". Aku bilang, "Saya dan teman2 komikus Indonesia pernah Anda undang ke studio". Langsung dia inget, semuanya, termasuk nama2 kami! Malah dia inget manggil aku salah terus ("Pita" bukannya "Tita") - tapi akunya nggak nyadar.
Aku nanya ttg Kraut versi bahasa Inggris yg waktu itu dia garap (waktu kami bertamu ke studionya), tapi ternyata masih pending, lamaaa banget. Jadi tetep aja adanya hanya dalam bahasa Belanda. Aku bilang, aku udah ngerti bahasa Belanda jadi bisa baca Kraut sekarang. Seperti biasa, Peter ngobrolnya penuh senyum dan nadanya tenang. Di tangan kiri ada rokok nyala, tangan kanan neken buku sambil bikin gambar & tanda-tangan. Waktu di rumahnya dulu, dia nggak sempet liat karya2ku krn semuanya masih disimpan di museum (sedang pameran). Jadi sekarang aku tunjukin sketchbook/diary-ku yg terbaru (emang selalu aku bawa2 ke mana2), dan sempet diliat2 Peter :D *siap2 ge-er*.. Terus dia bilang, orang2 yg ke studionya paling seneng sama gambarkuuu! Huhuuyy! Kalaupun itu cuma pemanis mulut, tetep aja bikin senyum nggak karuan - apalagi kalo bukan! Heheheh (punten Tul euy). Peter udah setuju kapan2 mau nggambar di bukuku.. asiik..

Sedikit ttg Kraut: ini semacam biografi ttg ayah Pontiac, seorang jurnalis yang hilang di lautan Curacao. Ditampilkan dalam bentuk surat dari Peter untuk ayahnya, disertai gambar2 dan dokumen2 (= graphic novel). Nanti aku bikin review-nya, terpisah. Selesai tandatangan, bilang terimakasih, terus menyat. Nggak enak lama2 abis masih banyak yg ngantri. Setelah ngobrol2 bentar sama Pak Kees, Klaas dan Bas (para pemilik Lambiek), mbayar Kraut, dan dapet poster gratisan, aku pamit. Sampai lain kali, semuanyaa!

Oh iya, nambahin: besok2nya kita cerita ke adiknya Peter, Joost, ttg kesan2 kami pas ketemuan ama abangnya itu. FYI, Joost ini semacam 'boss' kami waktu itu, yg ngundang dan ngorganisir acara kami di Belanda. Kami bilang, "Wah kakakmu itu cool banget ya orangnya! Baik dan tenaaang banget bawaannya, persis koboi jagoan!" Apa kata Joost? Dia bilang, "Ah itu luarnya aja kalem. Sebenernya di dalam dia banyak konflik dan sangat berkecamuk". Hehe.. bisa jadi! Samurai berpengalaman memang tahu persis di mana ia harus mencurahkan bermacam2 energinya..

Foto2: aku & Peter Pontiac saat penanda-tanganan Kraut Kamis 19 Mei, aku dan Motul liat2 kaya Peter, dan halaman di Kraut yg Peter tanda tangani buatku.

Wednesday, May 18, 2005

Rampokan: in Color




I scanned a number of pages from MYX magazine that featured Rampokan in this special (extra thick) edition. There are 20 pages of Rampokan Celebes album (that's about one-third of the whole album) that were colored by Peter van Dongen, the creator, specially for this edition. Following are six of them, plus the cover of the mag.

Monday, May 16, 2005

Strasbourg and around, May 2005




Here are some pages from our recent trip. In Strasbourg we joined the Kumpulsutra Eropa 2005, and then continue our journey Southward to Selestat. On our way back to Amsterdam, we dropped by Luxembourg and Roosendaal. That was a tiresome 10 days trip (mostly dragging two small kids in and out of trains and hotels), but very, very exciting, fun and unbeatable!

There are some beautiful photos of Selestat at Peter's album (Peter, Yulis and baby Alicia visited Selestat the same day we went there!)

Sunday, May 15, 2005

Kumpulsutra Eropa, Strasbourg 7 Mei 2005 [2]




GURTLERHOFT
Restoran Gurtlerhoft yang beralamat di 13, Place de a Cathedrale (letaknya masih di sekitar plasa katedral) terpilih sebagai tempat makan siang para peserta Kumpulsutra. Lenny Klemstein yang sudah jauh-jauh hari survei berbagai restoran di Strasbourg juga telah melakukan pemesanan tempat untuk rombongan kami (yang berjumlah sekitar 60 orang, termasuk anak-anak dan bayi), bahkan sebelumnya juga telah mengirimkan daftar menu beserta harganya pada para peserta. Gurtlerhof menghidangkan berbagai macam makanan khas Alsatian, seperti foie gras (hati angsa), baeckeoffe (bermacam-macam sayuran, daging dan kentang yang dimatangkan dalam satu pot keramik), tarte flambée (selembar 'pizza' tipis dan renyah dengan topping keju, bertabur irisan bawang bombay dan bacon), sauerkraut (disertai berbagai jenis daging olahan), ayam yang dimasak dengan Riesling (juga dimatangkan dalam satu pot keramik) dan spaetzle (semacam pasta yang merupakan contoh perpaduan hidangan Perancis dan Jerman).

Menuju Gurtlerhoft, kita bisa melihat langsung papan namanya dari arah plaza katedral yang mengarah ke arah sebuah lorong. Di ujung lorong terdapat sebuah plaza kecil dan pintu masuk ke restoran lain, sedangkan Gurtlerhoft ternyata mempunyai jalan masuk lain: sebuah papan di sisi kiri menunjukkan arah turun ke bawah. Tangga cukup curam menuju ke bawah, dan para peserta saling membantu membawakan kereta-kereta bayi memasuki restoran.
Di ujung bawah tangga, pintu masuk terdapat di sisi kanan. Begitu menghadap ke arah restoran, dapat terlihat jelas mengapa restoran bawah tanah ini disebut juga Caveau Gurtlerhoft (caveau = gua dalam bahasa Perancis). Dinding dan langit-langit restoran yang didominasi oleh bahan batu berbentuk melengkung, seolah kubah yang menaungi seisi restoran. Elemen interior, pencahayaan dan dekorasi restoran berpadu menciptakan suasana intim dan tenang.

Para peserta Kumpulsutra langsung menempatkan diri pada meja-meja yang telah dipesan, yang sayangnya letaknya tidak berdekatan antara yang satu dengan yang lain. Hal ini dikarenakan, antara lain, lantai restoran yang berundak-undak, sehingga menyulitkan penempatan meja besar pada satu tingkat lantai. Para peserta terpaksa terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Namun hal ini bukan menjadi penghalang para peserta untuk saling mengobrol dan berfoto.
Hidangan yang datang ternyata porsinya sangat besar. Para peserta saling mengicip pesanan yang lain, dan semuanya menyatakan kepuasan akan rasanya. Meskipun demikian, banyak yang tidak sanggup menghabiskan porsi bagiannya. Banyak pula yang membatalkan untuk memesan makanan penutup, dan hanya memesan kopi sebagai gantinya.

Setelah cukup lama menikmati makan siang dan suasana di Gurtlerhoft, sejak jam-jam sibuk hingga restoran sudah sepi, para peserta Kumpulsutra bergantian membayar pesanan masing-masing di kasir dan bersiap-siap meninggalkan restoran. Beberapa peserta duduk-duduk menunggu di ujung atas tangga, sekaligus untuk menemani anak-anak yang berlarian di plaza kecil di ujung lorong. Saat ini, sebagian peserta terpaksa berpamitan dan tidak mengikuti acara berikutnya, karena harus sudah kembali ke kota asal masing-masing. Beberapa peserta berencana berjalan-jalan sekitar kota, dan sisanya (terutama yang membawa bayi dan anak-anak kecil) memilih untuk kembali ke hotel dan beristirahat, sebelum melanjutkan acara berikut.

MENGARUNGI SUNGAI ILL
Tempat pertemuan yang terakhir dari Kumpulsutra 2005 ini adalah Place du Marche aux Poisson, pada pukul 20:00. Dari sinilah sebuah perahu rutin diberangkatkan untuk mengarungi Sungai Ill. Para peserta berkumpul tepat pada waktu yang ditentukan, sehingga Peter bisa segera mengurusi pembayaran dan perahupun bertolak pada waktunya.
Pada pukul 20:30, saat perahu bertolak, langit masih terang. Para peserta masing-masing memasang headphone yang disediakan di dalam perahu. Beberapa anak mulai tertidur, sementara para penumpang asyik melihat ke arah jalan dan gedung di sepanjang Sungai Ill.

Sungai Ill mengalir di daerah Alsace di wilayah Timur Laut Perancis, di mana ia bertemu dengan Sungai Rhine di Strasbourg. Sungai ini merupakan wilayah pertahanan pada abad ke-17 dan melalui beberapa kanal di bagian kota tua Strasbourg, termasuk distrik La Petite France, di mana airnya dulu digunakan sebagai tenaga penggerak kincir dan penyamak kulit. Perahu ini sempat pula melewati titik-titik sungai di mana ketinggian air sangat berbeda (locks), sehingga perahu sempat mengalami 'penguncian' di antara pintu-pintu gerbang yang terletak di depan dan belakang perahu, sementara ketinggian air disesuaikan. Sebuah pengalaman berharga, terutama bagi anak-anak yang sangat tertarik mengamati semuanya.

Perjalanan mengarungi Sungai Ill ini berlangsung selama sekitar 1 jam 15 menit. Di akhir perjalanan, langit sudah menggelap dan para penumpang dapat menikmati indahnya kilauan lampu kota Strasbourg di malam hari. Setelah perahu berlabuh, para peserta Kumpulsutra tetap tinggal sebentar untuk berfoto lagi, sementara penumpang lain turun dari perahu. Setelah itu satu persatu para peserta meninggalkan perahu sambil mengucapkan terima kasih pada kapten kapal, untuk berjalan kaki bersama menuju tempat pertemuan berikut.

WINE TASTING, PENUTUP
Berperahu mengarungi Sungai Ill sebenarnya adalah acara terakhir yang direncanakan pada Kumpulsutra 2005 ini. Sebagian besar peserta setelah itu pun mengucapkan salam perpisahan, sementara sisanya kembali berkumpul di Hotel Ibis Petit France. Peter telah mengatur agar kami diijinkan memakai ruang makan (yang adalah ruang sarapan para tamu hotel) sebagai tempat berkumpul dan minum-minum untuk sekitar 20 orang. Ternyata, bukan hanya diijinkan, namun hotel juga menyalakan musik dan menyediakan wadah (mangkuk besar untuk cemilan) dan gelas-gelas plastik.
Sebotol anggur merah bawaan Jo dibuka untuk dinikmati bersama, sementara botol-botol Cola dan Ice Tea juga dinikmati oleh mereka yang tidak minum anggur (termasuk anak-anak). Keripik kentang, lebkuchen dan kue-kue kering Marseilles menjadi cemilan teman mengobrol. Perbincangan saat itu berkisar seputar pesan, kesan, evaluasi dan masukan untuk pengadaan Kumpulsutra berikutnya. Suasana akrab yang terus terjaga bertambah kental di penghujung acara, membuat kami enggan berpisah. Akhirnya, setelah saling bertukar janji untuk tetap saling menghubungi, kami meninggalkan ruangan makan tersebut dengan hati puas dan gembira. Kumpulsutra Eropa 2005 telah terlaksana, dan Strasbourg sekali lagi menjadi kota bersejarah: kali ini sebagai batu tonggak Komunitas Jalansutra.


Foto2: Rotating bridge di Sungai Ill, suasana dalam Restoran Gurtlerhoft dan gedung parlemen Eropa, semua hasil bidikan Julia


Saturday, May 14, 2005

Kumpulsutra Eropa, Strasbourg 7 Mei 2005 [1]


JALANSUTRA?
What is Jalansutra?
"Jalansutra" is the name of an Indonesian online community gathered in and through a mailing list. The main discussion topics and activities of the group are related to Food and Travel. As of May 2005, the group is hosted by Yahoo! and can be visited at http://groups.yahoo.com/group/jalansutra/
Joining the group is easy and free! The "Jalansutra" brand owner is Bondan Winarno (bondanw@gmail.com), the columnist of "Jalansutra" to Suara Pembaruan Minggu and the Kompas Cyber Media.

What is Kumpulsutra?
The term "Kumpulsutra" is derived from the Indonesian word "Kumpul" (to gather) and the suffix "-sutra" of "Jalansutra". Thus, Kumpulsutra is the offline meeting event of Jalansutra mailing list members. In Indonesia, Kumpulsutra occurs very frequently. However, due to Europe being vast and the distances between members being quite big, Kumpulsutra is held rather irregularly. The first significant Kumpulsutra in Europe took place in Strasburg in France (Strasbourg in French, Strassburg in German), 7 May 2005.

Demikian adalah definisi yang ditetapkan oleh Komunitas Jalansutra, yang sempat mencanangkan Deklarasi Jalansutra pada tangal 17 Agustus 2004 di Tugu Proklamasi Jakarta. Tak hanya terbatas pada milis, komunikasi antar anggota Jalansutra berjalan lebih intensif, bebas dan akrab melalui forum-forum obrolan (chatting), yang masih terus berlangsung hingga kini. Perangkat dunia maya memang berjasa menghubungkan para anggota Jalansutra yang tersebar di seluruh Nusantara, bahkan di mancanegara.
Para anggota Jalansutra di tanah air, tentu saja makin bersemangat melaksanakan kegemaran jalan2 dan makan2 dengan ‘kaum’nya: sesama penggemar jalan2 dan makan2. Tidak heran bila “kopdar” (= kopi darat, atau pertemuan) telah sering berlangsung, baik untuk berburu jajanan khas di pelosok pasar tradisional, hingga ke praktik fine dining di restoran terkemuka, dan mengeksplorasi dari warung kaki lima di kampung sendiri, hingga mencicipi hidangan asing langsung di kota tempat makanan tersebut berasal.
Maka tidak heran bila anggota Jalansutra yang berdomisili di Eropa Barat pun memiliki hasrat yang sama, ingin merasakan pengalaman “kopdar” untuk dapat saling bertemu dan berbagi cerita seperti rekan-rekan di tanah air.

PERSIAPAN KUMPULSUTRA 2005
Kumpulsutra adalah istilah yang digunakan oleh para anggota milis Jalansutra untuk menamai acara pertemuan, atau kumpul-kumpul, sesama anggota. Anggota milis Jalansutra di tanah air sering sekali mengadakan acara ini, sehingga kami para anggota yang sedang merantau di Eropa Barat pun berniat untuk membuat acara serupa. Apalagi setelah sekian tahun ini kami hanya saling menyapa melalui milis atau chatroom, dan hanya 'berjumpa' lewat foto-foto di Friendster, Multiply atau Blog masing-masing. Persiapan untuk Kumpulsutra Eropa ini sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya; bahkan mungkin ada sekitar setahun yang lalu. Bukan anak-anak Jalansutra namanya, kalau tidak bertekad mencari tempat jalan-jalan yang asyik dan indah, sekaligus tempat makan-makan yang menyajikan makanan khas daerah lokal yg sedap dan nikmat. Inisiatif untuk mengadakan Kumpulsutra datang dari beberapa orang sekaligus, namun posting pertama mengenai ide ini di milis Jalansutra dikirimkan oleh Gisela Phoeng dari Stiring-Wendel, Perancis. Gayung bersambut lancar: Jolianto (Jo) Jusman dari Ingelheim, Jerman, segera menyatakan bersedia menjadi ketua panitia (atau, singkatnya, "ketupat"). Jo dibantu oleh Peter Pramono dari Marseilles, Perancis, yang bersedia mengajukan proposal tempat jalan-jalan, dan Lenny Klemstein dari Griesheim, Jerman yang siap survey untuk mencari tempat makan siang bersama dan melakukan pemesanan tempat.
Jo mengumumkan secara resmi mengenai rencana ini milis Jalansutra, yang ditanggapi secara antusias oleh para anggota di Eropa Barat. Sejak itu, melalui e-mail dan situs web Jo ttg Kumpulsutra 2005 yang selalu di-update, kami para calon peserta berdiskusi mengenai pemilihan tempat dan tanggal berkumpul. Akhirnya, setelah mempertimbangkan mayoritas domisili para peserta, juga melalui sistem pengambilan suara, kami sepakat untuk bertemu di Strasbourg, pada Hari Sabtu, 7 Mei 2005. Setelah ketetapan ini, kami makin intensif berkomunikasi untuk mengatur titik pertemuan, konfirmasi jumlah peserta untuk makan siang bersama di restoran, alternatif acara tur bersama, hingga pemilihan menu makanan untuk hari itu. Makin mendekati Hari-H, kami makin bersemangat.

STRASBOURG
Strasbourg memang tepat untuk jadi pilihan Jalansutra karena situasinya yang unik. Letaknya di Perancis, namun dekat dengan Jerman dan Swis. Posisi geografisnya sebagai pusat komunikasi interasional menjadikannya kaya akan sejarah dan berbagai tradisi. Hal ini tercermin pula dalam hidangan lokal, khas Alsace, yang merupakan perpaduan unik antara hidangan Perancis dan Jerman.

Beberapa peserta sudah tiba di Strasbourg pada hari Jumat, 6 Mei 2005, dan check-in di hotel tempat masing2 menginap. Di malam ini beberapa peserta Kumpulsutra sempat bertemu muka dengan teman-teman yang selama ini hanya 'terdengar' melalui dunia maya. Keesokan harinya, sebelum pukul 10.00 rombongan peserta yang menginap di Hotel Ibis Petite France, termasuk Peter sang pemandu acara, berangkat ke titik pertemuan: di depan Office de Tourisme (17, Place de la Cathédrale). Setiba di sana, ternyata sudah ada beberapa peserta yang sudah tiba, sedang menunggu yang lain. Pertemuan dan perkenalan kembali segera berlangsung, tidak ada yang merasa canggung dan keakraban dapat segera terjalin. Cuaca yang gerimis dan berangin dingin tidak mengurangi rasa riang dan semangat peserta, yang akhirnya dapat saling bertemu muka. Sambil menunggu seluruh peserta tiba, Peter sibuk menyiapkan kopian dari jadual acara hari itu, plus selembar peta Strasbourg untuk dibagikan kepada para peserta, sementara Dwinita (Tita) Larasati dari Amsterdam, Belanda, membagi-bagikan t-shirt pada masing-masing peserta yang telah memesan kaos tanda mata dari acara Kumpulsutra 2005 tersebut. Setelah semua siap, kami memulai kunjungan memasuki Cathedrale.

CATHEDRALE
Katedral ini, seperti halnya di kota-kota lain di Eropa, terletak di sumbu pusat kota, mendominasi Strasbourg dengan segala kemegahannya. Pembangunan katedral ini berlangsung selama tiga abad, dari 1176 hingga 1439. Ornamen pada eksterior dan interior katedral ini sangat mengagumkan, hingga Victor Hugo sang pujangga Perancis pun menyebut katedral ini sebagai "Prodigy of the gigantesque and delicat".

Memasuki katedral, segera terasa suasana teduh dan tenang di dalam, sangat kontras dibandingkan dengan cuaca dingin dan berangin kencang di luar. Keremangan cahaya dari lilin-lilin yang menyala seolah mengajak kami untuk turut meredupkan suara, dan mengingatkan keberadaan kami di dalam sebuah rumah ibadah. Dengungan suara para pengunjung yang berada di dalam katedral tidak mengganggu khusyuknya beberapa orang yang datang khusus untuk beribadah di kapel-kapel kecil di sisi katedral.

Di sisi kanan dari pintu masuk, terdapat meja penjualan buku2 informasi mengenai Cathedrale. Sebelumnya, terbaca jelas papan yang berisi beberapa peraturan bagi pengunjung (supaya tidak memakai topi/penutup kepala, supaya tidak menyalakan ponsel, dsb). Di bagian tengah terdapat deretan bangku yang disediakan bagi para jemaat yang hendak beribadah. Langit-langit yang tinggi melengkung ditopang beberapa tiang batu kokoh, yang berdiri di sela-sela bangku. Pada dinding terdapat jendela-jendela besar, di mana kaca-kaca mozaiknya merefleksikan cahaya matahari dengan warna-warna ke dalam katedral. Tersebar pada seluruh sisi katedral, beberapa meja untuk menaruh lilin-lilin yang dinyalakan para pengunjung (lilin-lilin tersebut disediakan pada kotak di sisi meja, yang terkecil berharga 1 Euro - kotak satu lagi disediakan sebagai tempat uang).

Bila terus menelusuri sisi kanan katedral, akan tiba di tempat penyimpanan sebuah Astronomical Clock, yang merupakan hasil kolaborasi antara para pembuat jam dari Swis, pematung, pelukis, dan teknisi. Jam yang mekanismenya dibuat pada th 1842 ini hingga kini masih mempertontonkan figur2 otomatisnya setiap hari pada pukul 12:30. Di sini, orang dapat melihat tahapan kehidupan yang berbeda, dilambangkan oleh seorang anak, seorang remaja, seorang dewasa dan seorang tua, yang kemudian melewati Sang Maut. Di atasnya lagi terdapat para rasul yang berjalan di depan Kristus. Di depan jam terdapat Tiang para Malaikat, yang merepresentasikan Hari Kiamat.

Katedral bergaya gothic ini pun mempunyai menara (dengan 322 anak tangga), di mana orang dapat melihat ke seluruh Strasbourg dan, bila hari cerah, bahkan dapat melihat hingga ke Black Forest (Jerman). Sayangnya, rombongan Kumpulsutra mempunyai waktu yang sangat terbatas segingga tidak berkesempatan menyaksikan jalannya jam megah ini, atau menikmati pemandangan dari puncak katedral. Beberapa dari peserta terlihat sibuk dan cukup serius mengabadikan citra katedral, sementara yang lain menikmati suasana sambil duduk beristirahat di bangku katedral.

Setelah tiba waktunya, seluruh rombongan Kumpulsutra kembali berkumpul di depan katedral untuk melanjutkan acara. Cuaca tetap tidak berubah, tetap berangin kencang dengan selingan gerimis sesekali, namun semangat para peserta tak tergoyahkan - bahkan makin terlihat seru saat menyongsong acara berikut.

NAIK BIS- KERETA KELILING LA PETITE FRANCE

Para peserta Kumpulsutra, terutama anak-anak, sangat menantikan acara ini. Kami berkumpul di Place du Château du Rohan persis di sebelah Cathedrale, di mana sebuah bis-kereta diberangkatkan rutin untuk mengangkut para penumpangnya mengelilingi La Petite France, daerah tercantik di Strasbourg. Jo si Ketupat sibuk mengatur pembayaran rombongan Kumpulsutra, yang para pesertanya sudah diwanti-wanti untuk menyiapkan uang pas: 4,10 Euro untuk seorang dewasa dan 2,50 Euro untuk ana-anak berusia 4-12 tahun (ini harga khusus untuk grup). Ketiga gerbong "kereta" penuh dengan kami para anggota Jalansutra dan pasangan atau keluarga masing-masing.

Pada tiap deret bangku terdapat empat headphone yang dapat disetel sesuai pilihan bahasa yang dikehendaki (Perancis, Jerman, atau Inggris), yang menginformasikan mengenai tempat-tempat yang kami lewati. Berhubung cuaca sedang tidak bersahabat, atap bis-kereta terpaksa ditutup (yang bagusnya terbuat dari bahan transparan) dan jendela-jendela plastik di sisi gerbong pun terpaksa ditutup rapat untuk menghindari serbuan angin kencang.
Setelah semuanya beres, bis-kereta pun mulai melaju. Rasanya jalan-jalan tidak lengkap tanpa makan-makan, sehingga beberapa peserta pun mulai mengeluarkan cemilan khas daerah masing-masing. Lebkuchen yang dibawa Isti Dhaniswari dari Nuernberg, Jerman, segera habis dibagikan, dan sebungkus kue-kue kering khas Marseilles dari Peter juga lancar diterima para peserta di dalam gerbong.

La Petite France, yang sebelumnya adalah tempat bermukimnya para nelayan, pekerja kincir dan penyamak kulit, memang menawarkan pemandangan istimewa. Deretan rumah yang tertanggal sejak abad-16 dan 17 menampilkan struktur balok kayu dengan atap-atap miring, di mana pada beberapa loteng rumah terdapat pelataran luas dan terbuka untuk mengeringkan kulit. Fungsi baru rumah-rumah tersebut, yaitu sebagai restoran, cafe atrau toko, tidak mengubah tampilannya yang cantik dan unik.

Melalui Petite France, terdapat Covered Bridges, yang namanya tetap seperti itu meskipun atapnya hilang di abad ke-18. Empat menara mendominasi jembatan-jembatan ini di abad ke-14, sebagai garis pertahanan di masa lampau. Setelah Strasbourg kembali ke Perancis pada tahun 1681, garis-garis pertahanan baru didirikan oleh Vauban.
Beberapa meter dari Covered Bridges terdapat Barrage Vauban, yang melintasi seluruh bagian Selatan dari kota Strasbourg dan didirikan sekitar th 1690 oleh Tarade, berdasarkan instruksi dari Vauban sang teknisi militer. Pada puncak bangunan ini terdapat teras yang nyaman, di mana orang dapat menikmati garis horizon dan kanal-kanal kota Strasbourg.
Bis-kereta rombongan Kumpulsutra sempat berhenti di salah satu jembatan untuk berfoto bersama, dengan Vauban Barrage sebagai latar belakang. Para peserta turun ke pelataran pada salah satu menara Covered Bridges, dan mulai mengatur diri untuk dapat diabadikan oleh para fotografer yang membidik dari arah jembatan.

Selesai menikmati pemandangan indah di sekitar La Petite France selama kurang lebih satu jam, rombongan Kumpulsutra kembali ke titik keberangkatan dekat Cathedrale. Tiba saatnya yang ditunggu-tunggu: makan siang bersama!


Foto2: Katedral dari Peter, Astronomical Clock dari Dita dan Petite France dari Julia (makasih yaaa)

Tuesday, May 3, 2005

No Ordinary Tuesday




I finally got what I've been needing these recent years: a compact work-unit! Sybrand went out this morning and came back a couple of hours later with an iBook G4. Yaaay! So he's been busy since morning to do the installment etc., and now the iBook is ready to use. Everything works fine and smoothly, Sybrand said, battery, Internet and all. Now all I have to do is cleaning up my data on my iMac and deciding which to transfer to my new pal. Ooh I'm so excited. Thanks Syb dear - you know I don't need flowers, just gimme an iBook.. :D
Oh one more thing. Perhaps it's a bit cheesy but I usually give nicknames to my everyday things. My iMac I sometimes call "Stitch" because there's a Stitch figure on top of it. We call our blue cabinet "Max" because Max is the maker's name. Now I wonder what I should call my iBook. Suggestion, anyone?

Later in the evening Ayu & Rizal came for dinner. We had vegetable tempura (aubergine, haricot verts and onion), Japanese fried chicken, white rice and warm pancake filled with ice cream for dessert. Then we had tea and sweets. Dhanu and Lindri were having fun with the guests, they were playing with Play-Doh until it's time for the guests to leave. Now good night, all!

Blog-nya Rizal, Pakdhe-nya anak2 Arnhem


http://riboel.blogspot.com/
Percakapan barusan
T: Eh Boel, kamu itu punya Multiply cuma utk liat2 dan ngomentari Multiply orang lain ya? Kok nggak pernah diisi?
R: Oh aku banyaknya ngisi Blog-ku kok
T: Ah mana, terakhir kan yang "Suatu Saat Nanti" itu tho?
R: Eh enggak, udah banyak kok habis yg itu. Kapan terakhir ke sana hayoo
T: Oh iya ya udah lama nggak mampir. Yo wis nanti aku bikin link biar nggak lupa..

[Jangan kuatir, di balik tulisan2nya yg serius, si PakdheRizalRiboel ini sebenernya ludruk luar-dalam]

Monday, May 2, 2005

24-hours comic day


I and Lindri visited Lambiek at around 13:00. The artists at work were not easy to observe (they sat in a 'circle') and I wouldn't want to bother them. So I didn't stay long and left to enjoy the nice weather. I continued following the 24-hours comic day of Lambiek through the Internet, from home (they uploaded one page every hour)

April 23rd, 2005 was the 24 hours comic day, all over the world. Lambiek, my trustworthy comic shop/gallery in Amsterdam took part in this event as well, performing seven Dutch comic artists (you can see their profiles and works through Lambiek's 24-hours site). They started at 11:00 on Saturday (April 23rd) and should finish at 11:00 on Sunday (April 24th), producing 1 page each hour. Here are my self note on those days.

Tim Burton Collective


http://www.timburtoncollective.com/
I like Tim Burton's creations: freaky, funny and frighteningly fantastic! I love "Nightmare Before Christmas" and "The Melancholy Death of Oyster Boy and other stories". This is a site dedicated to him, where you can also view (and review!) short animations on Stainboy, Toxic Boy, Oyster Boy and all. There's also an official website here (guess where you have to click to enter!), but the site has nothing much.
Thanks to Putra for reminding me about Tim Burton ;)

[figures from left to right: Robot Boy, Stain Boy and Girl with Many Eyes]