Thursday, October 25, 2007

[klipping] Komik Kelar 24 Jam


An article at today's Pikiran Rakyat about the 24 Hour Comics Day in Bandung. My name is mentioned, but (as usual) is followed by inaccurate information.

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/102007/25/kampus/lain01.htm

Komik Kelar 24 Jam 

SABTU (20/10), pukul 10.00 WIB, tanpa bunyi lonceng, dentuman meriam atau tembakan pistol, sekitar 30-an orang mulai mengeluarkan pensil, laptop, cat air, sampai makanan kecil. Mereka siap-siap mengerjakan komik 24 halaman dalam waktu 24 jam yang berlokasi di Space 59 Bandung.

Tapi, tidak semua peserta saat bertemu kertas gambar bisa langsung menuangkan idenya. Masih ada yang perlu melamun mencari inspirasi; ada yang duduk sambil menundukkan kepala, jalan-jalan, membaca buku, membuat kopi, dan mengisap rokok dalam-dalam.

Alam Muanmar, alumni Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 2002 lalu, perlu waktu 5 jam untuk mencari inspirasi cerita dalam komiknya. Padahal, ia menargetkan dalam 1 jam sudah bisa mengerjakan 3 halaman.

”Masih ada masalah dengan mood dan semangat, makanya molor dari target,” ujar kawan yang tahun lalu komiknya masuk dalam antologi 24 hours Comics Day dunia. Komiknya saat itu berjudul Ciuman Pangeran Bukan Untuk Permaisuri.

Tita Larasati, mampu mengerjakan tiga halaman dalam waktu satu jam. Kawan yang sudah bergelar doktor dalam bidang teknik sipil, arsitektur, dan desain interior ini sepertinya sudah bisa menyelaraskan antara ide kreatif, semangat, stamina dan mood.

Dia juga salah satu peserta yang komiknya masuk dalam antologi dunia tahun lalu . Saat itu, ia mengikuti acara ini di toko buku Lambiek, Belanda. Komiknya tahun lalu berjudul Transition.

Antologi 24 Hours Comics Days sebenarnya sebuah antitesa. Antitesa dari fenomena yang baku tentang waktu pembuatan sebuah komik. Adalah Scott McCloud (penulis buku Understanding Comics) dan Nat Gertler (penulis About Comics) menantang masyarakat komikus dunia untuk uji kemampuan dalam membuat komik komplit sebanyak 24 halaman dalam 24 jam.

Dalam kontes ini, penyelenggara tidak membatasi gaya yang digunakan. Ide cerita juga bebas, asalkan bisa mewakili suasana negeri masing-masing.

Pada 2004, tantangan ini pertama kali dimulai dengan peserta lebih dari 500 kartunis yang bekerja di 57 tempat, seperti, Amerika Serikat, Kanada, Korea Selatan, dan peserta individualis dari beberapa Negara lainnya.

Tahun ini, Indonesia untuk kedua kalinya ikut serta dalam kompetisi yang berlangsung di 93 lokasi dari 18 negara dan 31 negara bagian Amerika Serikat. Tahun lalu penyelengaraan acara berlangsung di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Tahun ini Surabaya diganti Semarang.

”Sudah saatnya Indonesia berpartisipasi dalam gerakan komik global, dan acara ini sangat tepat sebagai ajang unjuk diri Indonesia,” tulis panitia penyelenggara yang terdiri dari Pusat Studi Kajian Komik Desain Komunikasi Visual (DKV) ITB dan milis pengajian komik DKV (Bandung) yang tergabung dalam Masyarakat Komik Indonesia (MKI).

Kebiasaan dari acara ini sebenarnya pembuatan antologi komik dunia yang berasal dari karya-karya terbaik peserta di seluruh dunia. Tahun lalu, nama Alam masuk mewakili Indonesia dalam antologi tersebut. Namun, model seperti itu tidak dibuat pada tahun ini .

Menurut Alvanov Zpalanzani, dari Pusat Kajian Komik DKV-ITB, tahun ini ada rencana komik terbaik akan dibuat di dalam negeri sendiri. Ia yakin sudah ada penerbit yang tertarik dengan rencana ini.

Meski ada rencana dibuat dalam bentuk antologi lokal, 47 peserta dari Bandung tidak menampakkan wajah kecewa. Hal itu terbukti dari perjuangan mereka yang membela tidak tidur untuk menyelesaikan komik. Hanya ada 4 orang yang gagal menyelesaikan tepat waktu pada pukul 10.00 di hari Minggu (21/10). ***

agus rakasiwi
kampus_pr@yahoo.com

20 comments:

  1. Huehehehehe, Jadi rada dejavu ya? Abisnya kutipannya sama dengan taun lalu :))

    martabak'ers-Alva

    ReplyDelete
  2. sorry, informasi yg nggak akurat nya apa? :D

    ReplyDelete
  3. abis proposal publikasinya juga daur ulang mungkin ya? ;))

    ReplyDelete
  4. Jadi judulnya kutipannya nyontek nih? :-D

    ReplyDelete
  5. hihihi..sebenernya kalo mau re-check dulu ke kamu kan bisa toh ya..
    ngejar deadline mungkin, makanya hantam aja, nggak peduli akurat apa nggak..

    ReplyDelete
  6. padahal aku yakin lho, dia scribbling semua informasi ketika ngobrol2 sama aku. sehingga aku mulai ragu, jangan2 nggak ada yg percaya bahwa desain produk/industri itu ada, jadi dimasukin aja deh ke disiplin2 lain yg lebih banyak kedengeran :P

    ReplyDelete
  7. hahahahahaha ada nada pasrah di kalimat itu :)) :)).

    ReplyDelete
  8. why do they always get your information wrong?? did they interview you personally?

    ReplyDelete
  9. kayaknya memang kamu ini cocok untuk ditakakuratkan... hihihi..
    ya sudahlah, yang penting ada upaya menghargai dirimu :) pasrah pasrah.. :))

    ReplyDelete
  10. dyot: ahhh belom seproduktif dirimuuuu :"> thankyouu

    ven: yah.. abis selalu deh, either salah nama or salah data :P

    hermita: the interview (more like a chat) was conducted personally and notes were scribbled, but - without meaning to discredit my journalist friends - somehow there's always a tiny 'missing link' between the interview and the printed version of the story..

    mer:hahahaha.. iya ya fleksibel aja :P

    ReplyDelete
  11. hehe.. a.o. it's the fact that I'm actually an industrial designer; never studied interior design and never been one.

    ReplyDelete
  12. si Sarah (anak Abah) kan seneng juga gambar2, arah2 gambar dia sih ke komik dengan karakter2 model Manga gitu deh. Nah dia penginnya bikin komik2 singkat yg 1 halaman majalah doank. Tita minta hints buat komik spt itu donk.

    ReplyDelete
  13. mungkin wartawannya belom pernah ngeliput acara perkomikan......
    dan enggak ngerti soal perkomikan.........

    jadi inget artikel tentang seorang wartawan senior (lupa siapa), hari pertama kerja sebagai wartawan koran, disuruh ngeliput pertandingan sepak bola. padahal dia bukan penggemar sepak bola. skor akhir 0-0, dan waktu ditanya ama redakturnya mengenai hasil liputannya, dia malah bilang "apa yg mesti di laporkan..... toh hasilnya cuma 0-0........ :)"

    ReplyDelete
  14. mungkin dia tertarik utk gabung ke sanggar komik? di jkt lumayan banyak kok, coba hubungi akademi samali (ini situsnya dan ini multiply-nya), yg sering bikin workshop ngomik dan mungkin bisa ngasih kontak ke tempat kursus2 ngomik di jkt. salah satunya yg aku tau sih machiko manga school, di kemang.

    ReplyDelete
  15. hahaha haduuhh.. apa kata dosen sekolah jurnalistiknya coba.. :P

    ReplyDelete
  16. Salam kenal, baru baca blog ini.
    Kalau sanggar komik di Bandung dimana?

    ReplyDelete