Wednesday, March 21, 2007

"Anak2mu dianggap anak luar nikah saja!"


Ini ada cerita 'lucu' lagi, masih lanjutan dari proses 'kuitansi' waktu itu. Kali ini di Pengadilan Negeri Bandung, kejadiannya tadi pagi (Rabu 21 Maret). Selesai nganter anak2 ke sekolah (di Jl. Belitung, deket SMA 3), saya jalan kaki ke Pengadilan Negeri Bandung (deket, cuma tinggal ngelewatin pasar Cihapit). Sampai sana, saya tanya ke petugas keamanan tempat bagian Perdata. Karena waktu itu masih cukup pagi (sekitar 07:45), saya harus menunggu petugas yang bersangkutan, sebut saja namanya Bu Mm.

Sekitar jam 8 lewat sedikit, datanglah Bu Mm. Saat itu kantor masih sangat sepi. Di ruangan yg tampaknya dapat memuat
sekitar 30 petugas itu, hanya ada Bu Mm, seorang rekan wanitanya
yg datang belakangan (duduk di sampingnya, jadi juga mencampuri pembicaraan kami), dan dua petugas
laki2 (yg duduknya agak jauh).
Langsung saya ajukan permohonan saya utk mengesahkan surat nikah kami; saya sodorkan Surat Penolakan yg baru saya dapatkan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Saya sudah menyiapkan berkas2 lengkap, dengan dugaan bahwa si ibu akan langsung meminta syarat2 tsb untuk dapat langsung memroses permintaan saya. Dugaan saya salah, saudara-saudara. Ternyata Bu Mm memilih utk berbicara dulu dengan saya.

Inti pembicaraan tersebut adalah, Bu Mm meminta saya utk mempertimbangkan kembali pengajuan permohonan saya ini. Sebab, bila permohonan ini diproses, pernikahan kami akan sah diakui oleh Republik Indonesia. Lho, kan memang itu yang saya maui? Terutama supaya saya dapat melanjutkan proses pelaporan akte lahir anak2 saya dan permohonan supaya anak2 saya bisa memperoleh WNI?
Ternyata nasehatnya begini: pernikahan kami, yg resmi diakui di Belanda, tidak usah disahkan di sini. Secara hukum, status saya di RI adalah single, demikian juga Sybrand. Anak2 akan dianggap sebagai anak2 luar nikah. Kenapa mesti begitu?

"Begini", katanya (menurut pengalamannya selama 20 th mengurusi perkara2 WN), "Jadi nanti kalau ada apa2 di antara kamu dan suamimu (maksudnya cerai), anak2 akan bisa dilaporkan sebagai anak2 luar nikah dan berhak mendapat WNI!"
Tt: Lho Bu, kan saya memang akan mendaftarkan mereka utk mendapat kewarga-negaraan ganda?
Mm: Apa Anda tahu betul itu? Memang banyak di berita2 koran, Internet, televisi.. tapi itu kan media. Apakah semua itu benar? Nomer berapa UUnya, apa jaminannya bahwa HukHAM mengeluarkan SK tsb?
Tt (menyesal nggak mbawa semua map berisi info ttg UU dan persyaratan WN ganda dari HukHAM): Meskipun informasinya dari website HukHAM sendiri...?
Mm: Kalau memang demikian, ada aturannya, kenapa kita (Pengadilan Negeri?) nggak dikasih tau? Sekarang gini. Suaminya kerja apa di sini?
Tt: Statusnya ikut saya, jadi ya dia di rumah aja, sambil jadi house husband.
Mm: Nah tu kan, siapa tahu dia terus bosen, ngelencer ke mana2. Siapa tau dia lalu kabur (maksudnya selingkuh), lalu nanti bawa anak2mu lho! Karena anak2 itu kan sudah pegang paspor Belanda! Kasian kamu lho!

Nah lo. Saya mulai ngerasa aneh, argumen2 Bu Mm tentu didasarkan pada pengalamannya mengurus perkara2 Perdata yg dibawa kepadanya. Seperti kata temenku si Ihsan, tentu saja yg banyak dia temui adalah pasangan2 yg bermasalah, kalo nggak ada masalah ngapain juga orang datang ke Pengadilan Negeri, kan? Jadi saya anggap maksudnya baik - mau warning saya - tapi kok jadinya prejudice ke suamiku ya..

Bu Mm lalu menganjurkan saya utk pulang dan memikirkan masak2 keputusan saya utk mengesahkan pernikahan kami. Beliau juga mengusulkan supaya saya bertanya langsung pada Kepala Imigrasi utk memperoleh keterangan yg pasti ttg kemungkinan anak2 kami mendapatkan WN-ganda. Kalau perlu juga ke kantor HukHAM utk minta nomer2 UU yg pasti mendasari hal2 ini.

Pembicaraan kami berlanjut hingga ke subyek bahwa saya ini Pegawai Negeri, dan bahwa anak2 sebenernya berhak masuk daftar gaji saya ("Harus itu! Kasihan kalau tidak!" kata Bu Mm). Bahwa perpanjangan ijin tinggal setiap bulan adalah mahal dan makan waktu ('duh), dan bahwa adanya sponsor utk visa mereka menandakan bahwa jalan anak2 menuju WNI masih sangat jauh. Bu Mm dan rekannya juga menyebut2 nama2 orang2 kondang (artis, penyanyi, olahragawan, dsb) yg pernah bermasalah dengan pasangan WNA mereka - to which I think, it's time to go!

*menghela napas panjaaang sekali*

Keluar dari gedung Pengadilan Negeri, otak saya cuma bisa buat mikir - pake angkot mana utk ke Suci. Saya langsung ke Kantor Imigrasi untuk menemui Kepala Imigrasi dan minta informasi lengkap ttg peraturan imigrasi dan kewarga-negaraan, sesuai usul Bu Mm.
Setiba di sana, kebetulan Kepala Imigrasi (Pak Susilo) sedang di tempat dan saya dipersilakan utk langsung menemui beliau. Setelah mendengarkan duduk-perkara saya, Pak Susilo mengusulkan saya utk langsung menemui Pak Abdul Rachman yg lebih paham soal ini. Di lantai atas, saya diminta menunggu karena Pak AR sedang ada tamu.. terlalu lama hingga akhirnya Pak Susilo lewat dan menyapa saya, "Sudah?". "Belum Pak, sedang ada tamu katanya". Beliau berbalik ke stafnya dan meminta mereka bergegas supaya saya segera dapat menemui Pak AR (Terima kasih, Pak Susilo! :D).

Ternyata Pak AR hanya ada waktu sedikit, sebab ada stafnya yg baru meninggal dunia dan seisi kantor telah siap2 utk berangkat melayat. Segera saya jelaskan, sekali lagi, permintaan saya utk mendapat kejelasan ttg permohonan ijin tinggal dan kewarga-negaraan. Pak AR menjelaskan dengan baik, meskipun agak concern juga dengan lokasi sponsor yg di Jakarta ("Kalau di Bandung, akan lebih mudah diurus"). Tapi (karena terburu2 juga), beliau berjanji akan membantu. Saya lalu pamit dan pergi ke ITB; sudah waktunya ketemu mahasiswa yg lucu2 supaya nggak terlalu banyak mengerutkan kening.. hehe..


60 comments:

  1. euuh .. ribet ya? :bingunggakngertidudukpersoalan:

    goodspeed aja deh...

    ReplyDelete
  2. Walaah susahnya... Ya gitu itu lho yg pernah aku bilang dulu - ternyata udah bertahun2 blm ada kemajuan juga. Malah kayaknya kemunduran, krn skrg dg adanya harapan anak2 bisa ber-WN ganda, expectation kita jadi makin tinggi... :(

    ReplyDelete
  3. hihi thanks! urut2annya kira2 gini:

    1. pengesahan akte nikah
    2. pengesahan akte lahir anak2
    3. permohonan WN ganda utk anak2

    nggak bisa ke no 2 kalau no 1 belom beres, nggak bisa ke no 3 kalau no 2 belom beres. jadi kalo no 1 nggak keurus, ya emang makin nggak mungkin aja utk lanjut ke no. 3 (*sambil masih terngiang2 kata2 Bu Mm tadi*)

    ReplyDelete
  4. Yg bikin susah kan terutama antar instansi2 ybs, yg nggak saling komunikasi dan koordinasi utk pelayanan ke masyarakat. Makanya kita lagi yg kena disuruh meyakinkan masing2 instansi tsb :P

    ReplyDelete
  5. begitulah ji, kalo yg pernah diadepin yg model begitu semua *sigh*

    (eh, selamat ultah ya :D)

    ReplyDelete
  6. Hahahahahahaha.. Ibu Mm yang aneh... apakah jobdes-nya termasuk mencampuri urusan rumahtangga pelapor?

    ReplyDelete
  7. thanks, ntul! aku sudah anggota situ.. makanya besok mau balik ke sana dengan bersenjatakan klipping dan info dari situ (tadi nggak kubawa, sebab nggak nyangka bakal ditolak dengan alasan 'suruh mikir2 dulu')

    ReplyDelete
  8. aduh ini lucuuuu sekali ta !
    seperti pembicaraan kita tadi, coba kamu masih no HPku ke Bu Mm ini..biar aku jelasin kalo nggak semua cowok bule itu tukang selingkuh dan nggak semua cowok Indonesia itu setia ! :))

    ReplyDelete
  9. Ta, insya Allah akhir bulan april ini Lien mudik. Kl sempet kita kopdaran ya dan diskusi ttg hal yg satu ini. Lien seh cuman bisa berdo'a dr jauh semoga segala proses segera dimudahkan, dilancarkan dan dilapangkan. Amien...
    *pegawai pengadilan koq negatif thinking mulu seh!!! Herman felani sekaleee!!!*

    ReplyDelete
  10. hahaha... mustinya balik nanya.. "apakah ibu yakin dengan suami ibu?" hihihi... jadinya curhat deh... :P yang tabah ya Ta.. mari kita tertawa bersama untuk negeri ini :D

    ReplyDelete
  11. lucu banget sih ibu MM.. maksudnya baik tapi kedengerannya jadi aneh.. hihihi

    ReplyDelete
  12. =)) =)) =)). Bener Ta, coba tuh kasih no. hp si Ibu Mm ke Pak Jaksanya Chica biar saling curhat *lhooo*

    PS: ada apa sih dengan stigma suami ikut istri yah? Gemes gue kalo udah denger komen seperti ini. Cowok ada kerjaan atopun gak kalo mo selingkuh ya selingkuh aja. Apa kata Syb yah di'tuduh' begini? Huahahahaha :))

    Sering2 tarik nafas yah Jeng. Inget, anger management ;)

    ReplyDelete
  13. hmmmm.... *sigh* capek ya mba ngurusinnya... musti sabar dan ulet... Semangat!

    ReplyDelete
  14. Ta, ribet yeeeeeee urusannya. semoga urusan cepet beres. maksudnya Bu Mm baik seh, karena kasus kaya gitu ada. bukan karena bulenya yg tukang selingkuh, tapi wanita endonesanya yg terlalu gigih. pokoknya I'll wish you luck buat urusannya.

    ReplyDelete
  15. Hahaha. Males banget ya Ta. Moga-moga urusannya cepet beres deh. Urusan sama pegawai pemerintah nggak pernah cepet, menyebalkan.

    ReplyDelete
  16. Tanya kenapa? Semoga cepet beres, deh. Eh, Jum'at gua diajakin Chica ke Purnama, entar ketemuan ya!

    ReplyDelete
  17. lumayan lah utk bahan obrolan di chatroom :P

    ReplyDelete
  18. Trims ya :D Hayuk PM aja kalo udah deket harinya, kita janjian!

    ReplyDelete
  19. hehe iya.. kesannya dia masih peduli ya, dan ngasih tau 'akal2an'nya orang2 yg kucing2an sama hukum selama ini. aku mana bisa begitu :P hidup nggak tenang, nanti.

    ReplyDelete
  20. Tadi kita ketawa2 berdua.. campuran antara kesel sama geli ("Shall I go with you tomorrow?" katanya)

    ReplyDelete
  21. ampun deh ya, g dengernya aja juga ikutan 'empet' ta.. :P sabaarrrr- tp jgn kelamaaan sabarnya kekekkekeke!!

    ReplyDelete
  22. Iya itu dia, dan dia pasti tau karena sebagai orang Pengadilan Negeri kan kasus2 begitu dia yg ngurusin. Makanya dia udah ngelotok soal itu, dan kasih2 nasehat begini ke 'calon2 terjebak' spt saya. Makasih yaa :)

    ReplyDelete
  23. Trims, Jod :)
    Jumat? Bukannya Sabtu? Hayuuuk kapanpun!

    ReplyDelete
  24. hehehe.. bukannya elu orang yg paling gak pernah marah? eh ke bandung yuuu'

    ReplyDelete
  25. heheheh, bukannya typical orang indo ya mba :) maunya baik, terus jadinya ngurusin banget, padahal maunya dia ngerjain apa yg jadi tugas dia aja :D

    tpi soal suami selingkuh itu jadi ga penting de :p

    btw, good luck ya mbak

    ReplyDelete
  26. hmm.. cuman mau nanya doank nih.. emangnya Indonesia ngebolehin kewarganegaraan ganda?

    ReplyDelete
  27. Ibu yang aneh, kalo anak di luar nikah kan nggak bisa masuk ke beban daftar gaji pegawai negeri.
    btw, mahasiswa sekarang memang lucu2 ^--^

    ReplyDelete
  28. Sorry to read about your predicament. We, the unsuspecting public, have our share of incompetent, noseypoker government staff in Malaysia too!

    ReplyDelete
  29. ribet banget ya... semoga lancar yaa Ta, harus keukeuh surekeuh aja sampe dapetin yg kita mau... berdoa yg terbaek utk Tita family dan anak-anaknya.

    ReplyDelete
  30. aduh riweuh...
    btw, angkot ke jalan suci dari cihapit, jalan ke jalan aceh dikit, trus naik jurusan cicaheum.. nyampe di jalan pahlawan, ta...
    *daripada lieur sendiri ngeliat bu Mm*

    ReplyDelete
  31. bul: makasiiih >:D<

    dho: utk anak2 campuran, boleh, pakai Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. M.01-HL.03.01 th 2006. tapi ini WN-ganda terbatas, sampai si anak berumur 18 th, setelah itu dia harus memilih salah satu.

    ber: nama anak2 udah masuk kartu keluargaku lho. eh pengaruh ke gaji gak ya.. :P

    tita: sorry I had to write in Indonesian, to get the expressions correct. so you could understand these entries, too? we share similar concerns..

    del: terima kasih :)

    alex: gimana? ya bokek.. hihi..

    agam, tia: terima kasih ya!

    nat: ahahaha thank you! gue kemaren naik yg panghegar-dipati ukur, nyampe DU ganti yg cicaheum-ciroyom, itu nyampe ke suci yg deket sukaluyu - berhentinya pas di depan kantor imigrasi. agak muter2 sih, tapi nggapapa deh masih pagi ini ;))

    ReplyDelete
  32. Aduh....aduh..Indonesiaku...Orang mau bener kok dipersulit sih ya,,,,kacau emang nih..ckckckck....
    Semoga cepet bere ya bu urusannya....

    ReplyDelete
  33. Uuugh Titaaa, gak kebayang gimana rasanya elo ngadepin hal-hal kayak begini. Cuma bisa bilang: Sabar dan maju terus!!!

    ReplyDelete
  34. ibu mm yg aneh...
    bukannya mengarahkan orang supaya pernikahannya lancar2 aja malah ngarepin suamimu selingkuh, aneh....

    ReplyDelete
  35. mbak, ini gila! birokrat indonesia sangaaat tidak bermutu. yang sabar yaaa >:d<....

    ReplyDelete
  36. cel: susah euy karena musti nganter anak2 dulu, sedangkan sepedaku tidak kompatibel buat ditaro' boncengan :P

    efi: begitulah

    ve: iya habis dari satu instansi ke yg lain tidak ada komunikasi dan kesepakatan, yg susah jadi warga biasa spt kita

    lita: makasih >:D< yg penting jangan dibawa ke ati, ini semua 'cuma' formalitas

    irene: yah yg begitu itu yg biasa dia hadapi sih

    yu: lihat jawaban ke ave.. hehe.. kita yg disuruh konfirmasi sana-sini, sebab toh konsekuensi yg nanggung kita juga :(

    ReplyDelete
  37. Kudoaken biar lancar ya jeng... sabar ya jeng...

    ReplyDelete
  38. ternyata ribet yach mba tita, ngga seperti yang ada di media massa. Heran teteup aja public service bangsa ini membuat panjang cerita *ckckck, padahal diriku sendiri bekerja di public service juga heheheh*

    ReplyDelete
  39. lex: thank youuu :)

    may: iyaa aku juga PNS (meskipun bermasalah.. heheh).. satu korps jadi kena malunya deh, meskipun beda instansi :P

    ReplyDelete
  40. itu si ibu emang beneran konsern atau iseng banget... atau lagi males berat ya? ^^;

    ReplyDelete
  41. Mungkin si ibu Mm itu sedang em..., berhalusinasi dan menceritakan pengalaman2 pribadinya ke lo...

    ReplyDelete
  42. Bisa Tita saranin aja biar Ibu itu pergi ke psycholog, mungkin 20 tahun kerja di situ bikin pikirannya error bukannya tambah ngelotok. Atau suruh minum racun untuk bunuh diri. Tapi deng ... kalau kita deal sama mereka sebaiknya nggak memprovokasi ya? soalnya bisa jadi yang repot nanti kita juga :D Good luck ya Tita, semoga Alam Semesta melancarkan segala urusannya .. :)

    ReplyDelete
  43. Though I couldn't understand some parts of it (especially shortforms like LHO), I can get the gist from your writing in Indonesia. =)
    Praying that everything will turn out well!

    ReplyDelete
  44. Tita, jangan bohong, takutnya nanti akibatnya berkepanjangan. Mendingan ribet, tapi jujur, daripada pake bohong2an (jadi ingat koki yg menikah sama orang USA dan bohong belum punya anak).

    ReplyDelete
  45. Eh, emangnya di Indonesia boleh punya warga negara ganda?
    Ini pertanyaan serius lho. Kalau anak-anak yang lahir di LN (pasangan orang Indonesia) yang mengakui warga ganda (misal Amerika) gimana? Boleh punya kewarganegaraan ganda nggak?

    ReplyDelete
  46. Ada peraturan baru (keluar th 2006) bahwa anak2 'campuran' boleh berwarga-negara ganda hingga berusia 18 tahun. Kalau dari pasangan orang Indonesia, saya tidak begitu tahu detailnya.

    ReplyDelete
  47. petugas apa tukang gossip tuh si ibu?

    ReplyDelete
  48. "t: Statusnya ikut saya, jadi ya dia di rumah aja, sambil jadi house husband.
    Mm: Nah tu kan, siapa tahu dia terus bosen, ngelencer ke mana2. Siapa tau dia lalu kabur (maksudnya selingkuh), lalu nanti bawa anak2mu lho! Karena anak2 itu kan sudah pegang paspor Belanda! Kasian kamu lho!"

    Dialog ini bikin aku jengkel, petugas hukum bukannya membantu mengantisipasi hal-hal terburuk pada anak-anak negeri ini, malah ngomong yang engga2 (ngelencer lah apa iiihhh gak positive thinking banget). Duh untung Mbak Tita ini sabar ya..

    ReplyDelete
  49. Terima kasih :)

    Iya tuh, kapasitas dia di situ kan sebenernya sebagai staf yang melayani publik/ masyarakat yg datang ke sana. Bukan utk menghambat proses dengan alasan yg terlalu sinetron :P

    ReplyDelete