Sebagai orang yang suka dengan komik tentu judul ini bukan hal baru dan hal aneh. Komik sebagai salah satu media yang bisa digunakan sebagai bahasa komunikasi visual tentu mempunyai daya tarik dan daya perhatian khusus. Kemampuan ini memang menjadi menarik jika di-aplikasikan langsung sebagai rambu-rambu atau "sign system".
DI Barcelona (Spanyol), saya menemukan contoh menarik, yaitu sebuah papan pemberitahuan dan rambu-rambu yang menggunakan komik sebagai medianya. Dengan gaya komik ini, orang-orang tentu akan "tercolek" untuk berhenti sejenak dan membaca isi cerita komik tersebut, yang tidak lain tidak bukan adalah pemberitahuan atau larangan atau sekedar info. Namun secara fungsi, rambu gaya komik ini juga bisa menyampaikan informasinya "hanya" dengan membaca gambarnya saja. Secara pantai ini banyak dikunjungi wisatawan asing, maka papan informasi bergaya komik ini lumayan sangat membantu karena mereka cukup membaca gambarnya saja.
Dari pantauan saya di sana, ternyata papan pengumuman gaya komik ini pun menjadi salah satu wahana tempat foto-foto para turis, selain unik memang komiknya pun bagus.
Nah sekarang.. bagaimana jika konsep ini digunakan di Indonesia? Saya rasa ada banyak tempat-tempat dan fasilitas publik yang SANGAT butuh dengan papan informasi dan sign-system. Contohnya : Halte bus, halte busway, station kereta api, bandara, atau jembatan penyebrangan. Ada yang bisa mulai? :)
Foto dan Laporan : Motulz
Wednesday, July 30, 2008
Curhat Kapten Bandung @KICKFest
Start: | Aug 1, '08 10:00a |
End: | Aug 3, '08 10:00p |
Location: | Gasibu, Bandung |
Di stand ini juga akan dijual komik dan merchandise Kapten Bandung-nya Motulz. Kalo kaos Kapten Bandung? Ada, di stand Mahanagari, juga di area yang sama.
PECHA KUCHA NIGHT
Start: | Aug 8, '08 7:30p |
Location: | Bandung |
===========================
PECHA KUCHA NIGHT merupakan forum presentasi aktor-aktor kreatif seperti desainer, arsitek, seniman, musisi, dll, yang memiliki jaringan di 120 kota di dunia. Acara ini dapat diikuti oleh para profesional dan juga mahasiswa yang ingin mempublikasikan dan mendiskusikan karyanya dengan konsep “20 images x 20 seconds” (masing-masing presentasi dibatasi untuk 20 karya dalam waktu 20 detik tiap karya).
Waktu: 8 Agustus 2008 (Pk 19.30-selesai)
Tempat: LABO.the mori, Jl. Bukit Dago Utara II No.22 Bandung
===========================
Mengenai Pecha-Kucha sendiri, ada di http://www.pecha-kucha.org/
Ini pertama kalinya Bandung (Indonesia!) ikutan di acara yang sudah mengglobal ini. Saya akan dapet giliran presentasi 20 slide dalam 20 detik ttg Public Furniture nanti...
Public Furniture Exhibition @KICKFest
Start: | Aug 1, '08 10:00a |
End: | Aug 3, '08 10:00p |
Location: | Gasibu, Bandung |
Pameran public furniture akan diadakan empat minggu, dengan lokasi berpindah-pindah: minggu pertama di Dago Plaza, berikutnya di Kampus ITB, lalu di Cihampelas Walk, dan minggu terakhir di kolong jembatan Pasupati.
Saya membuat seri tempat sampah bernama Mangap. Nanti ya, saya pasang foto2nya kalau sudah jadi :)
Tuesday, July 29, 2008
Café Seminar
Start: | Aug 11, '08 09:00a |
End: | Aug 11, '08 4:00p |
Location: | Bandung |
Objectives
- Accommodating a discussion concerning design enterprises and their ‘sustainability-value’
- Accommodating a discussion about subjects that are related to design enterprises, such as intellectual property rights, marketing strategy, etc.
- Initiating a discussion towards the establishment of design production and industry with an ecological notion
Facilitators
- Rizky Adiwilaga (intellectual property rights)
- Irvan Noe’man (design & industry)
- R. Susanto (design entrepreneurship & management)
- Joshua Simandjuntak (designer)
Acara ini lanjutan dari workshop tgl 10 di ITB, pesertanya sama. Detail menyusul...
Sustainable Product Design Workshop
Start: | Aug 10, '08 09:00a |
End: | Aug 10, '08 5:00p |
Location: | Desain Produk ITB |
Objectives
- Giving an introduction to global warming issues and its relevance to product/industrial design
- Giving an introduction to sustainability approach in (industrial) design
- Encouraging brainstorm and discussion about what is appropriate and ‘sustainable’ for Indonesian product design
- Creating product/service improvement strategies with an ecological approach
Presenters & Facilitators
- Dwinita Larasati (KK DP ITB)
- Mathilda Tham (Goldsmiths University London)
- Singgih S. Kartono (Magno)
- Ben W. Sudarmadji (Mahanagari)
Detail menyusul, segera setelah ada publikasi dari British Council...
ARTE-POLIS 2
Start: | Aug 8, '08 09:00a |
End: | Aug 9, '08 4:00p |
Location: | Aula Barat/Aula Timur, ITB |
Ttg Arte-Polis 2 bisa dilihat di sini: http://www.artepolis2.info/
KICKFest
Start: | Aug 1, '08 10:00a |
End: | Aug 3, '08 6:00p |
Location: | Gasibu, Bandung |
Urusan saya di sini adalah: eco-design exhibition di paviliun British Council (letaknya pas di depan Gedung Sate), stand komik (di jajaran komunitas KICK, sisi Timur lapangan Gasibu), dan teaser pameran Public Furniture (di area komunitas HELAR, sisi Barat lapangan Gasibu).
Oh iya, selain itu saya juga jadi ketua tim juri KICKFest (ada 10 penghargaan yang akan diberikan kepada tokoh dan pelaku industri kreatif di Bandung), dan ikutan di Bandung Creative Entrepreneur Network yang rencananya akan diluncurkan saat pembukaan KICKFest.
Sampe ketemu di sana yaa!
Monday, July 28, 2008
Lima Emblem untuk...
Kejutan! Tau-tau dapet emblem keren dari Ibu Ranger, yang sangat bikin ge-er! Ini kopian aturan mainnya:
1. The winner may put the logo on her / his blog (yg "his"nya ditambahin sama Harley. stuju! :D)
2. Put a link to the person you got the award from
3. Nominate 5 blogs
4. Put links to the blogs
5. Leave a message for your nominees.award
Dan di bawah ini adalah nama2 yang dapet emblem saya, meskipun saya yakin sebagian dari orang2 ini bukan termasuk yg getol mencari lima penerima emblem berikut :) Percayalah, nggak gampang memilih hanya lima, apalagi saya dikelilingi orang2 ajaib yang semuanya mengagumkan. Tapi, mari kita coba...
PIDI
Ya saya tau ini seharusnya lebih tepat untuk dapet titel Kreatif-Kontroversial, tapi tetep aja kreatif meskipun sudah di jurang jebol. Penyalurannya lewat berbagai media, dari audio sampe visual sampe gak jelas. Dan saya yakin dia gak akan ngelempar emblem ke orang lain, meskipun cuma lima. Mungkin dia hanya mau, kalo emblemnya ada lima puluh ratus, atau lima gelas, atau lima-limanya.
MOTULZ
Memang, dia udah lama nggak ngomik, tapi justru bakat-bakat lainnya jadi tersalurkan: bikin videoklip, terlibat di pembuatan acara TV untuk anak-anak, bikin lagu, sampe bikin proposal buat sekalian jalan-jalan ke nagri (ini juga perlu kreativitas!). Dan yang bikin saya milih blog-nya makhluk ini, terutama adalah karena tulisan-tulisannya yang bisa ngebahas isu-isu penting, tanpa menjadi sok pinter. Yang ini juga sptnya nggak akan ngelempar2 emblem, berhubung yg beginian bukan ketikannya (not his type).
ERICBANDUNG
Orang ini 'ngaco' deh (in the most positive sense of the word). Kartunnya biasanya hanya terdiri dari satu panel, tapi permainan kata-katanya mengingatkan pada seri The Far Side-nya Gary Larson. Yang paling penting, produktivitas dan konsistensinya tetap terjaga. Terusin ya!
CHICALUNA
Ini bukan karena kita ada hubungan darah lho. Tapi emang kreasi hasil dapurnya menggemaskan sekali, yang membuatnya menyandang predikat dari tukang roti sampe tukang kue! Ayo perdalam ilmu cupcake-nya, biar aku bisa mesen utk ultah anak2 bulan2 depan :) Oh, dia juga jago njepret (pake kamera, bukan ketapel karet), terutama utk suasana konser dan (apa lagi kalo bukan) makanan. Liat2 aja album fotonya!
PINODITA
Sebenernya cuma kenal sama Pinot yang adalahtukang nge-os kakak kelas angkatan saya di kampus dulu. Tapi dari blog yg di Multiply ini saya jadi tau bahwa ada manusia sangat kreatif juga di belakangnya: Dita! (salam kenal yaa) Ngeliat hasil tangannya rasanya jadi pengen banget ber-hasta karya juga!
Sebenernya pengen masukin juga: DUAMATASAYA, temen sekuliahan (tp di studio yg berbeda), yang rumahnya pasti juga bertebaran dengan pernak-pernik bikinan sendiri dan hasil nggambarnya. Trus ada lagi si COMICART1ST, juga temen seangkatan, yg skill-nya ampun deh, nggak usah diceritain lagi.. Belom lagi ada si MERLYNA, si profesor multi-talent! Saya yakin lama2 akan kesebut semua kontak kalo diterusin.. hihi.. jadi.. let's just roll the ball and pin the next awardees down!
1. The winner may put the logo on her / his blog (yg "his"nya ditambahin sama Harley. stuju! :D)
2. Put a link to the person you got the award from
3. Nominate 5 blogs
4. Put links to the blogs
5. Leave a message for your nominees.award
Dan di bawah ini adalah nama2 yang dapet emblem saya, meskipun saya yakin sebagian dari orang2 ini bukan termasuk yg getol mencari lima penerima emblem berikut :) Percayalah, nggak gampang memilih hanya lima, apalagi saya dikelilingi orang2 ajaib yang semuanya mengagumkan. Tapi, mari kita coba...
PIDI
Ya saya tau ini seharusnya lebih tepat untuk dapet titel Kreatif-Kontroversial, tapi tetep aja kreatif meskipun sudah di jurang jebol. Penyalurannya lewat berbagai media, dari audio sampe visual sampe gak jelas. Dan saya yakin dia gak akan ngelempar emblem ke orang lain, meskipun cuma lima. Mungkin dia hanya mau, kalo emblemnya ada lima puluh ratus, atau lima gelas, atau lima-limanya.
MOTULZ
Memang, dia udah lama nggak ngomik, tapi justru bakat-bakat lainnya jadi tersalurkan: bikin videoklip, terlibat di pembuatan acara TV untuk anak-anak, bikin lagu, sampe bikin proposal buat sekalian jalan-jalan ke nagri (ini juga perlu kreativitas!). Dan yang bikin saya milih blog-nya makhluk ini, terutama adalah karena tulisan-tulisannya yang bisa ngebahas isu-isu penting, tanpa menjadi sok pinter. Yang ini juga sptnya nggak akan ngelempar2 emblem, berhubung yg beginian bukan ketikannya (not his type).
ERICBANDUNG
Orang ini 'ngaco' deh (in the most positive sense of the word). Kartunnya biasanya hanya terdiri dari satu panel, tapi permainan kata-katanya mengingatkan pada seri The Far Side-nya Gary Larson. Yang paling penting, produktivitas dan konsistensinya tetap terjaga. Terusin ya!
CHICALUNA
Ini bukan karena kita ada hubungan darah lho. Tapi emang kreasi hasil dapurnya menggemaskan sekali, yang membuatnya menyandang predikat dari tukang roti sampe tukang kue! Ayo perdalam ilmu cupcake-nya, biar aku bisa mesen utk ultah anak2 bulan2 depan :) Oh, dia juga jago njepret (pake kamera, bukan ketapel karet), terutama utk suasana konser dan (apa lagi kalo bukan) makanan. Liat2 aja album fotonya!
PINODITA
Sebenernya cuma kenal sama Pinot yang adalah
Sebenernya pengen masukin juga: DUAMATASAYA, temen sekuliahan (tp di studio yg berbeda), yang rumahnya pasti juga bertebaran dengan pernak-pernik bikinan sendiri dan hasil nggambarnya. Trus ada lagi si COMICART1ST, juga temen seangkatan, yg skill-nya ampun deh, nggak usah diceritain lagi.. Belom lagi ada si MERLYNA, si profesor multi-talent! Saya yakin lama2 akan kesebut semua kontak kalo diterusin.. hihi.. jadi.. let's just roll the ball and pin the next awardees down!
Friday, July 18, 2008
What's Been Keeping Me?
A lot. I don't even know how to begin typing about it...
The city of Bandung is going to host a huge event called Helar Festival, where all sorts of performances, exhibitions, seminars, workshops and younameits are held during the month of August 2008. I am involved in:
Eco-Design Expo, as organizer
Held during KICKFEST on 1-3 August, at Diponegoro Street (between Gasibu and Gedung Sate)
Organized by the Research Group Human & Industrial Product ITB and Studio42, endorsed by the Climate Section of The British Council.
Artepolis-2, as conference participant
Held at ITB on 8-9 August. I am to present a paper, co-authored by Ben, about Mahanagari. No, I haven't prepared the presentation material.
Sustainable Design Workshop, as organizer and facilitator
Held at the end of ARTEPOLIS on 10 August, at the Faculty of Arts and Design ITB.
Organized by the Research Group Human & Industrial Product ITB and Studio42, endorsed by the Climate Section of The British Council and Goldsmiths University London.
Café Seminar on Design & Sustainability, as organizer
Held as a continuation of the workshop on the 10th, at Vienna Café, Sukajadi (to be confirmed).
KICKFEST, as head of jury (a team of five people)
10 awards are going to be distributed for various merits, 5 at the beginning of the festival (Aug 1st), and another 5 at the end (Aug 3rd). Categories and parameters are defined, now we only have to decide the recipients.
Public Furniture, as designer and co-organizer
Our research group members are designing and producing their own public furnitures, to be exhibited and used during the period (4-30 August). These furnitures will be placed at the following venues (one week per venue): Dago Plaza, Cikapayang (an ex-gas-station park), Cihampelas Walk and beneath the Pasopati flyover. I'm making garbage bins out of steel frames and fabric; production is under way.
Pecha-Kucha Night, as presenter
Held on Aug 9th somewhere up Dago street. I am to present 20 slides about our public furniture in 20 seconds. It will be the first time Bandung takes part in Pecha-Kucha. Want to know more about Pecha-Kucha rules? Go here: www.pecha-kucha.org
Now if you'll excuse me, I'll go get some other distractions before my concentration breaks to pieces...
p.s. Please meet SURILI, the official mascot of Helar Festival
The city of Bandung is going to host a huge event called Helar Festival, where all sorts of performances, exhibitions, seminars, workshops and younameits are held during the month of August 2008. I am involved in:
Eco-Design Expo, as organizer
Held during KICKFEST on 1-3 August, at Diponegoro Street (between Gasibu and Gedung Sate)
Organized by the Research Group Human & Industrial Product ITB and Studio42, endorsed by the Climate Section of The British Council.
Artepolis-2, as conference participant
Held at ITB on 8-9 August. I am to present a paper, co-authored by Ben, about Mahanagari. No, I haven't prepared the presentation material.
Sustainable Design Workshop, as organizer and facilitator
Held at the end of ARTEPOLIS on 10 August, at the Faculty of Arts and Design ITB.
Organized by the Research Group Human & Industrial Product ITB and Studio42, endorsed by the Climate Section of The British Council and Goldsmiths University London.
Café Seminar on Design & Sustainability, as organizer
Held as a continuation of the workshop on the 10th, at Vienna Café, Sukajadi (to be confirmed).
KICKFEST, as head of jury (a team of five people)
10 awards are going to be distributed for various merits, 5 at the beginning of the festival (Aug 1st), and another 5 at the end (Aug 3rd). Categories and parameters are defined, now we only have to decide the recipients.
Public Furniture, as designer and co-organizer
Our research group members are designing and producing their own public furnitures, to be exhibited and used during the period (4-30 August). These furnitures will be placed at the following venues (one week per venue): Dago Plaza, Cikapayang (an ex-gas-station park), Cihampelas Walk and beneath the Pasopati flyover. I'm making garbage bins out of steel frames and fabric; production is under way.
Pecha-Kucha Night, as presenter
Held on Aug 9th somewhere up Dago street. I am to present 20 slides about our public furniture in 20 seconds. It will be the first time Bandung takes part in Pecha-Kucha. Want to know more about Pecha-Kucha rules? Go here: www.pecha-kucha.org
Now if you'll excuse me, I'll go get some other distractions before my concentration breaks to pieces...
p.s. Please meet SURILI, the official mascot of Helar Festival
Thursday, July 3, 2008
And the mini pouches go to...
A couple of weeks ago Curhat Anak Bangsa Publisher held a poll about Curhat Tita, and - as promised - has decided to give mini pouches to 20 participants, whose Multiply IDs are listed below. Please send a private message to esduren containing your postal address where the pouches are to be delivered (for those who reside abroad, please let us know an address in Indonesia).
Thank you all so much for taking part in the poll!
Thank you all so much for taking part in the poll!
afyahariz
aranolein
blauesterne
boegie
bulanmendota
chikaradirghsa
cirengbandung
elisa3da
ibutio
imazahra
indrapurnama
lidiatanod
matajiwaku
miapiyik
nsururi
porca
rachmiwi
roelworks
scalarae
vpuspawardani
aranolein
blauesterne
boegie
bulanmendota
chikaradirghsa
cirengbandung
elisa3da
ibutio
imazahra
indrapurnama
lidiatanod
matajiwaku
miapiyik
nsururi
porca
rachmiwi
roelworks
scalarae
vpuspawardani
Tuesday, July 1, 2008
[klipping] "Kedua Anakku Lahir di Rumah"
Tabloid Mom&Kiddie Edisi 23 - Tahun ke II - 30 Juni-13 Juli 2008
Artikel di tabloid itu bisa dibaca langsung di tabloidnya. Yg aku tempel di sini ini cerita aslinya (sebelum diedit utk tabloid), lengkap dengan pertanyaan dari Mom&Kiddie.
1. Apa alasan Anda memilih untuk melakukan persalinan di rumah! Bagaimana dukungan pihak keluarga, terutama suami?
2. Tolong ceritakan proses persalinan yang Anda alami?
3. Menurut opini Anda, apa kelebihan dan kekurangan setelah Anda melahirkan di rumah? Tolong jelaskan!
Kedua anak kami dilahirkan di Amsterdam, Belanda. Di negara tersebut, ibu yang sehat dengan kondisi kehamilan normal umumnya memang melangsungkan persalinan di rumah. Rumah Sakit Bersalin (RSB) menjadi pilihan bila kesehatan ibu kurang baik, atau terdapat masalah selama kehamilan, atau prosesnya diasumsikan akan berisiko.
Ketika tes kehamilan menunjukkan tanda positif, kami memberitahukan dokter keluarga, yang lalu merujuk kami ke klinik bidan terdekat. Klinik bidan inilah yang menangani proses kehamilan hingga persalinan dan sekitar 2 minggu masa pasca persalinan. Setelah bersalin, untuk beberapa hari ke depan seorang asisten akan datang untuk membantu mengurus bayi (seperti memandikan dan ‘melatih’ ibu dan bayi dalam proses menyusui), mengontrol kondisi ibu dan bayi, bahkan juga melayani tamu yang datang dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehari-hari (seperti berbelanja, mencuci baju, dan menyiapkan makanan).
Suami tentu saja sangat mendukung, karena adik, saudara-saudara dan teman-teman perempuannya juga melahirkan di rumah. Keluarga di Indonesia, meskipun sempat mengungkapkan keraguan, tetap mendukung pilihan saya. Syukurnya saya tetap sehat dan kandungan pun tidak bermasalah, sehingga saya dapat melaksanakan kedua persalinan di rumah, sesuai rencana.
PERSALINAN PERTAMA
Berminggu-minggu sebelumnya kami sudah mendapat kiriman paket “bersalin di rumah” yang kami dapatkan sebagai layanan dari asuransi yang kami ikuti, berupa alas tempat tidur selama bersalin, popok bayi, pembalut, perban dan kapas, buku catatan persalinan, dsb.
Seminggu sebelum due-date, pada hari Minggu sekitar pk 09.30 pagi, air ketuban pecah menggenangi lantai ketika saya beranjak dari tempat tidur. Suami segera menelpon klinik bidan, untuk memberi tahu. Sekitar pk 10.00 seorang bidan datang untuk memeriksa kondisi saya. Ia berpesan untuk bersantai saja seharian ini, kerjakan aktivitas sehari-hari seperti biasa, dan menelpon mereka lagi kalau kontraksi sudah terasa setiap 5 menit.
Jadi pagi itu kami berjalan-jalan di KerstMarkt (Pasar Natal) yang digelar pada hari itu di sebuah pasar terbuka dekat rumah, sekaligus mampir ke sebuah drugstore untuk membeli thermometer. Di rumah, saya membuat minestrone (meal soup ala Italia) dalam jumlah banyak, sebab saya tahu tidak akan sempat memasak sampai beberapa hari ke depan. Ketika itu bulan Desember, musim dingin, dan langit sudah menjadi gelap sekitar pukul empat sore.
Kami sebisa mungkin mempersiapkan apa pun yang kira-kira akan diperlukan. Satu yang belum siap, adalah meninggikan tempat tidur. Terdapat peraturan bahwa ketinggian tempat tidur harus sekitar 50-60 cm dari permukaan lantai, untuk memudahkan kerja bidan selama masa persalinan. Tempat tidur kami adalah jenis futon yang hanya setinggi 30 cm dari lantai, sedangkan – karena bayi datang seminggu lebih cepat – tidak ada waktu untuk meninggikan tempat tidur tersebut. Si bidan akan terpaksa bekerja di tempat tidur rendah.
Menjelang malam hari perut mulai terasa mulas, yang hanya bisa diduga sebagai kontraksi, sebab ketika itu saya belum pernah merasakan “kontraksi”. Menjelang pukul sembilan malam, kontraksi terasa makin sering dan makin tajam. Saya mulai mempraktikkan posisi-posisi yang dapat meredakan perih, sementara suami mencatat frekuensi kontraksi. Ketika kontraksi sudah terjadi setiap lima menit, suami menelpon bidan, yang berjanji akan datang dalam waktu setengah jam. Saat itu sudah sekitar pk. 21.30. Bidan datang sekitar pk. 22.00 bersama seorang asisten. Bidan memeriksa kondisi saya dan bayi, lalu mempersiapkan ‘tempat tidur bersalin’ dengan asistennya. Sementara itu saya berjalan mondar-mandir, atau sesekali ke WC untuk buang air kecil, sambil meringkuk setiap kali kontraksi terasa.
Sekitar pk. 23.00, sudah mencapai bukaan 10. Pk. 23.30 dorongan pertama dimulai. Tak lama kemudian, ditandai dengan kontraksi hebat, dilakukan dorongan kedua, yang membawa bayi ke posisi crowning. Setelah dorongan kedua ini kami jeda sebentar; bidan bahkan meminta saya menyentuh ubun-ubun bayi yang berambut lebat, yang sudah terpapar udara di luar kandungan. Ketika kontraksi berikut datang, asisten sedang mengambil ganti air hangat. Bidan meminta saya menahan bayi, tapi tidak berhasil, dorongan bayi terlalu kuat. Pk. 23.46, lahirlah putra pertama kami dengan pecahan tangisnya. Suami saya dipersilakan memotong tali ari, dengan bimbingan bidan.
Bidan lalu dengan sigap membersihkan bayi, mengukur beratnya dan memeriksa kondisi lainnya, lalu memakaikan baju dan topi, sebelum meletakannya di dada saya. Ia langsung mencatat Apgar score si bayi. Asistennya mengganti alas seprai dengan yang bersih. Kontraksi berikut, yang terjadi beberapa menit kemudian, mengeluarkan kantung tempat si bayi tinggal selama 39 minggu. Bidan lalu memeriksa kondisi saya pasca persalinan. Saat itu lah ia ragu, apakah perlu menjahit atau tidak.
Ia lalu menelpon RSB terdekat untuk memberitahukan bahwa saya akan diperiksa sejenak di sana, lalu menyiapkan kendaraan di depan apartemen kami. Saya segera memakai baju tebal, untuk menembus cuaca musim dingin di tengah malam, dan berjalan menuruni anak tangga (kami tinggal di apartemen, di lantai tiga) menuju tempat parkir. Bayi kami dibungkus baju hangat dan digendong oleh suami saya, menyusul menuju mobil.
Tiba di RSB pk. 01.30, kami diantar menuju sebuah kamar bersalin. Saya bersiap di tempat tidur, sementara suami duduk di sisi sambil tetap menggendong si bayi yang sedang tidur lelap. Beberapa saat kemudian seorang dokter kandungan datang, memeriksa, dan melaksanakan sekitar tujuh jahitan. Setelah itu saya dibantu untuk membersihkan diri, lalu kami dipersilakan untuk beristirahat sebentar sebelum pulang. Sekitar pk. 03.00 kami telah tiba kembali di rumah.
PERSALINAN KEDUA
Prosedur ketika mengetahui positifnya kehamilan serupa dengan pengalaman pertama: memberi tahu dokter keluarga, dirujuk ke bidan, membuat ultrasound graphic pada 3 bulan pertama, lalu bersiap-siap dengan paket bersalin yang ada, yang dikirimkan oleh pihak asuransi.
Siang hari itu, di awal musim gugur, kontraksi ringan sudah terjadi. Di sore hari, kontraksi terasa makin keras dan sering. Ini terjadi 10 hari sebelum due-date, jadi kami belum juga meninggikan tempat tidur sesuai standar yang berlaku. Suami menelpon bidan sekitar pk. 20.00, ketika kontraksi makin terasa kencang. Bidan datang pada pk. 21.00, memeriksa bukaan (sudah 8), menelpon asisten untuk datang dan langsung sibuk mempersiapkan semuanya. Anak laki-laki kami yang saat itu hampir berusia 3 tahun ingin ikut membantu, ia sibuk juga memindah-mindahkan mainannya dari satu wadah ke wadah lain. Ia pun terkadang mendatangi saya yang sedang menahan sakit sambil menyodorkan irisan apel yang sedang dimakannya, ‘untuk mengobati ibu’, katanya.
Sekitar pk. 22.00, bidan memutuskan untuk memecahkan ketuban, supaya bayi dapat terangsang keluar. Dan benar saja, setelah air tergenang keluar, si bayi dengan keras mendorong dirinya keluar dari rahim. Tangisan bayi pecah pada pk. 22.17. Suami beranjak ke kamar belakang untuk memanggil si kakak – yang sedang bermain sendiri – supaya melihat adik barunya. Sambil menggendong si kakak yang penasaran dan terus bertanya, suami saya sekali lagi memotong tali ari bayinya.
Bayi yang sudah diperiksa, dibersihkan dan dibungkus oleh bidan ditidurkan di dada saya. Saya bertanya, apakah bayi ini perempuan atau laki-laki. Kata bidan, silakan lihat sendiri. Ternyata, ini bayi perempuan! Memang jadi kejutan menyenangkan, apapun jadinya, karena selama proses kehamilan USG hanya dilaksanakan satu kali, ketika kandungan berusia sekitar 3 bulan.
Bidan kembali memeriksa kondisi saya dan memastikan apakah uterus sudah keluar semua dalam keadaan lengkap. Setelah itu ia melaksanakan sendiri jahitan yang diperlukan, sebelum berkemas dan berpamitan, untuk kembali lagi esok harinya untuk memeriksa dan memantau kondisi saya dan putri kami. Kali ini, semuanya berlangsung lancar dan kami tidak perlu lagi mendadak ke RSB di tengah malam.
KELEBIHAN dan KEKURANGAN
Kelebihan:
- Suasana ruang yang sudah sangat akrab, bisa menenangkan dan memberikan mental support
- Kehadiran orang-orang terdekat yang diinginkan (plus 1 bidan dan 1 asisten), dapat membuat pengalaman melahirkan menjadi sangat pribadi dan natural
- Tidak usah berkemas utk menginap di RSB
- Keluarga dan teman tidak usah menyesuaikan jadual menjenguk bayi dengan peraturan RSB
- Jauh lebih murah dibandingkan biaya persalinan dan perawatan di RSB
Kekurangan:
- Bila bidan kurang tangkas/terampil/berpengalaman dalam menangani hal-hal darurat, sehingga tetap harus memakai layanan RSB
- Bila ada peralatan yang terlupakan atau tidak tersedia selama proses persalinan
==================================
p.s. Versi graphic diary-nya bisa dilihat di sini:
Lahiran Dhanu: 9-months diary
Lahiran Lindri: another 9-months diary
Artikel di tabloid itu bisa dibaca langsung di tabloidnya. Yg aku tempel di sini ini cerita aslinya (sebelum diedit utk tabloid), lengkap dengan pertanyaan dari Mom&Kiddie.
1. Apa alasan Anda memilih untuk melakukan persalinan di rumah! Bagaimana dukungan pihak keluarga, terutama suami?
2. Tolong ceritakan proses persalinan yang Anda alami?
3. Menurut opini Anda, apa kelebihan dan kekurangan setelah Anda melahirkan di rumah? Tolong jelaskan!
Kedua anak kami dilahirkan di Amsterdam, Belanda. Di negara tersebut, ibu yang sehat dengan kondisi kehamilan normal umumnya memang melangsungkan persalinan di rumah. Rumah Sakit Bersalin (RSB) menjadi pilihan bila kesehatan ibu kurang baik, atau terdapat masalah selama kehamilan, atau prosesnya diasumsikan akan berisiko.
Ketika tes kehamilan menunjukkan tanda positif, kami memberitahukan dokter keluarga, yang lalu merujuk kami ke klinik bidan terdekat. Klinik bidan inilah yang menangani proses kehamilan hingga persalinan dan sekitar 2 minggu masa pasca persalinan. Setelah bersalin, untuk beberapa hari ke depan seorang asisten akan datang untuk membantu mengurus bayi (seperti memandikan dan ‘melatih’ ibu dan bayi dalam proses menyusui), mengontrol kondisi ibu dan bayi, bahkan juga melayani tamu yang datang dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehari-hari (seperti berbelanja, mencuci baju, dan menyiapkan makanan).
Suami tentu saja sangat mendukung, karena adik, saudara-saudara dan teman-teman perempuannya juga melahirkan di rumah. Keluarga di Indonesia, meskipun sempat mengungkapkan keraguan, tetap mendukung pilihan saya. Syukurnya saya tetap sehat dan kandungan pun tidak bermasalah, sehingga saya dapat melaksanakan kedua persalinan di rumah, sesuai rencana.
PERSALINAN PERTAMA
Berminggu-minggu sebelumnya kami sudah mendapat kiriman paket “bersalin di rumah” yang kami dapatkan sebagai layanan dari asuransi yang kami ikuti, berupa alas tempat tidur selama bersalin, popok bayi, pembalut, perban dan kapas, buku catatan persalinan, dsb.
Seminggu sebelum due-date, pada hari Minggu sekitar pk 09.30 pagi, air ketuban pecah menggenangi lantai ketika saya beranjak dari tempat tidur. Suami segera menelpon klinik bidan, untuk memberi tahu. Sekitar pk 10.00 seorang bidan datang untuk memeriksa kondisi saya. Ia berpesan untuk bersantai saja seharian ini, kerjakan aktivitas sehari-hari seperti biasa, dan menelpon mereka lagi kalau kontraksi sudah terasa setiap 5 menit.
Jadi pagi itu kami berjalan-jalan di KerstMarkt (Pasar Natal) yang digelar pada hari itu di sebuah pasar terbuka dekat rumah, sekaligus mampir ke sebuah drugstore untuk membeli thermometer. Di rumah, saya membuat minestrone (meal soup ala Italia) dalam jumlah banyak, sebab saya tahu tidak akan sempat memasak sampai beberapa hari ke depan. Ketika itu bulan Desember, musim dingin, dan langit sudah menjadi gelap sekitar pukul empat sore.
Kami sebisa mungkin mempersiapkan apa pun yang kira-kira akan diperlukan. Satu yang belum siap, adalah meninggikan tempat tidur. Terdapat peraturan bahwa ketinggian tempat tidur harus sekitar 50-60 cm dari permukaan lantai, untuk memudahkan kerja bidan selama masa persalinan. Tempat tidur kami adalah jenis futon yang hanya setinggi 30 cm dari lantai, sedangkan – karena bayi datang seminggu lebih cepat – tidak ada waktu untuk meninggikan tempat tidur tersebut. Si bidan akan terpaksa bekerja di tempat tidur rendah.
Menjelang malam hari perut mulai terasa mulas, yang hanya bisa diduga sebagai kontraksi, sebab ketika itu saya belum pernah merasakan “kontraksi”. Menjelang pukul sembilan malam, kontraksi terasa makin sering dan makin tajam. Saya mulai mempraktikkan posisi-posisi yang dapat meredakan perih, sementara suami mencatat frekuensi kontraksi. Ketika kontraksi sudah terjadi setiap lima menit, suami menelpon bidan, yang berjanji akan datang dalam waktu setengah jam. Saat itu sudah sekitar pk. 21.30. Bidan datang sekitar pk. 22.00 bersama seorang asisten. Bidan memeriksa kondisi saya dan bayi, lalu mempersiapkan ‘tempat tidur bersalin’ dengan asistennya. Sementara itu saya berjalan mondar-mandir, atau sesekali ke WC untuk buang air kecil, sambil meringkuk setiap kali kontraksi terasa.
Sekitar pk. 23.00, sudah mencapai bukaan 10. Pk. 23.30 dorongan pertama dimulai. Tak lama kemudian, ditandai dengan kontraksi hebat, dilakukan dorongan kedua, yang membawa bayi ke posisi crowning. Setelah dorongan kedua ini kami jeda sebentar; bidan bahkan meminta saya menyentuh ubun-ubun bayi yang berambut lebat, yang sudah terpapar udara di luar kandungan. Ketika kontraksi berikut datang, asisten sedang mengambil ganti air hangat. Bidan meminta saya menahan bayi, tapi tidak berhasil, dorongan bayi terlalu kuat. Pk. 23.46, lahirlah putra pertama kami dengan pecahan tangisnya. Suami saya dipersilakan memotong tali ari, dengan bimbingan bidan.
Bidan lalu dengan sigap membersihkan bayi, mengukur beratnya dan memeriksa kondisi lainnya, lalu memakaikan baju dan topi, sebelum meletakannya di dada saya. Ia langsung mencatat Apgar score si bayi. Asistennya mengganti alas seprai dengan yang bersih. Kontraksi berikut, yang terjadi beberapa menit kemudian, mengeluarkan kantung tempat si bayi tinggal selama 39 minggu. Bidan lalu memeriksa kondisi saya pasca persalinan. Saat itu lah ia ragu, apakah perlu menjahit atau tidak.
Ia lalu menelpon RSB terdekat untuk memberitahukan bahwa saya akan diperiksa sejenak di sana, lalu menyiapkan kendaraan di depan apartemen kami. Saya segera memakai baju tebal, untuk menembus cuaca musim dingin di tengah malam, dan berjalan menuruni anak tangga (kami tinggal di apartemen, di lantai tiga) menuju tempat parkir. Bayi kami dibungkus baju hangat dan digendong oleh suami saya, menyusul menuju mobil.
Tiba di RSB pk. 01.30, kami diantar menuju sebuah kamar bersalin. Saya bersiap di tempat tidur, sementara suami duduk di sisi sambil tetap menggendong si bayi yang sedang tidur lelap. Beberapa saat kemudian seorang dokter kandungan datang, memeriksa, dan melaksanakan sekitar tujuh jahitan. Setelah itu saya dibantu untuk membersihkan diri, lalu kami dipersilakan untuk beristirahat sebentar sebelum pulang. Sekitar pk. 03.00 kami telah tiba kembali di rumah.
PERSALINAN KEDUA
Prosedur ketika mengetahui positifnya kehamilan serupa dengan pengalaman pertama: memberi tahu dokter keluarga, dirujuk ke bidan, membuat ultrasound graphic pada 3 bulan pertama, lalu bersiap-siap dengan paket bersalin yang ada, yang dikirimkan oleh pihak asuransi.
Siang hari itu, di awal musim gugur, kontraksi ringan sudah terjadi. Di sore hari, kontraksi terasa makin keras dan sering. Ini terjadi 10 hari sebelum due-date, jadi kami belum juga meninggikan tempat tidur sesuai standar yang berlaku. Suami menelpon bidan sekitar pk. 20.00, ketika kontraksi makin terasa kencang. Bidan datang pada pk. 21.00, memeriksa bukaan (sudah 8), menelpon asisten untuk datang dan langsung sibuk mempersiapkan semuanya. Anak laki-laki kami yang saat itu hampir berusia 3 tahun ingin ikut membantu, ia sibuk juga memindah-mindahkan mainannya dari satu wadah ke wadah lain. Ia pun terkadang mendatangi saya yang sedang menahan sakit sambil menyodorkan irisan apel yang sedang dimakannya, ‘untuk mengobati ibu’, katanya.
Sekitar pk. 22.00, bidan memutuskan untuk memecahkan ketuban, supaya bayi dapat terangsang keluar. Dan benar saja, setelah air tergenang keluar, si bayi dengan keras mendorong dirinya keluar dari rahim. Tangisan bayi pecah pada pk. 22.17. Suami beranjak ke kamar belakang untuk memanggil si kakak – yang sedang bermain sendiri – supaya melihat adik barunya. Sambil menggendong si kakak yang penasaran dan terus bertanya, suami saya sekali lagi memotong tali ari bayinya.
Bayi yang sudah diperiksa, dibersihkan dan dibungkus oleh bidan ditidurkan di dada saya. Saya bertanya, apakah bayi ini perempuan atau laki-laki. Kata bidan, silakan lihat sendiri. Ternyata, ini bayi perempuan! Memang jadi kejutan menyenangkan, apapun jadinya, karena selama proses kehamilan USG hanya dilaksanakan satu kali, ketika kandungan berusia sekitar 3 bulan.
Bidan kembali memeriksa kondisi saya dan memastikan apakah uterus sudah keluar semua dalam keadaan lengkap. Setelah itu ia melaksanakan sendiri jahitan yang diperlukan, sebelum berkemas dan berpamitan, untuk kembali lagi esok harinya untuk memeriksa dan memantau kondisi saya dan putri kami. Kali ini, semuanya berlangsung lancar dan kami tidak perlu lagi mendadak ke RSB di tengah malam.
KELEBIHAN dan KEKURANGAN
Kelebihan:
- Suasana ruang yang sudah sangat akrab, bisa menenangkan dan memberikan mental support
- Kehadiran orang-orang terdekat yang diinginkan (plus 1 bidan dan 1 asisten), dapat membuat pengalaman melahirkan menjadi sangat pribadi dan natural
- Tidak usah berkemas utk menginap di RSB
- Keluarga dan teman tidak usah menyesuaikan jadual menjenguk bayi dengan peraturan RSB
- Jauh lebih murah dibandingkan biaya persalinan dan perawatan di RSB
Kekurangan:
- Bila bidan kurang tangkas/terampil/berpengalaman dalam menangani hal-hal darurat, sehingga tetap harus memakai layanan RSB
- Bila ada peralatan yang terlupakan atau tidak tersedia selama proses persalinan
==================================
p.s. Versi graphic diary-nya bisa dilihat di sini:
Lahiran Dhanu: 9-months diary
Lahiran Lindri: another 9-months diary
Subscribe to:
Posts (Atom)