Tuesday, July 17, 2007

Negeri Seribu Danau

[Di-post di milis Jalansutra, msg #71462]
(Baru nyadar bahwa cerita ke Finlandia ini ternyata pernah saya post juga di milis ini, dengan lebih detail dalam dua babak, di th 2004! Pantesan, ketika nulis rasanya kok deja vu)

Bila kita mengenal julukan Negara Kepulauan untuk Indonesia, sehingga sebuah seri tentang anak2 bangsa pun dijuduli Anak Seribu Pulau, ada pula negara yang dikenal sebagai Negeri Seribu Danau, yaitu Finlandia. Salah satu hal yang menonjol dari bangsa Finlandia adalah kecintaan dan penghargaan mereka yang tinggi terhadap alam. Nilai-nilai ini tercermin pada gaya hidup mereka yang selalu meluangkan waktu untuk 'kembali ke alam' di pondok2 musim panas mereka, atau "mökki". Pada umumnya tiap keluarga memiliki mökki di tengah hutan, di tepi danau. Ukuran dan fasilitas dalam pondok ini bermacam2, namun yang wajib ada - selain akomodasi untuk tidur dan masak/makan - adalah sauna.

Bila berteman dengan orang Finlandia, cepat atau lambat kita pasti akan segera dikenalkan kepada tradisi mereka ini. Begitu pula yang saya alami. Sepasang teman, Vesa dan Kikka, mengundang saya melewatkan liburan musim panas di mökki mereka di daerah tengah Finlandia. Setelah perjalanan bermobil dari Helsinki dan bermalam di Hyvinkkää, kami tiba di sebuah desa kecil di daerah Joutsa. Dari sana, mobil terus melaju di jalan raya, lalu tiba2 berbelok keluar jalur dan masuk 'jalan setapak' dalam hutan, menembus pepohonan tinggi. Tak lama kemudian tampak tiga pondok kayu yg terletak di pinggir danau. Satu pondok utama, satu gudang, dan satu sauna.

Ketika itu bulan Agustus, di penghujung musim panas - cuaca masih hangat bersahabat sementara serangan serangga sudah mulai berkurang. Pohon2 pinus yang tinggi dan semak2 rendah silih berganti mengisi lahan hijau di hutan sekitar pondok, tidak terlalu rapat sehingga orang dapat lewat dengan mudah, juga tidak terlalu renggang sehingga privacy pondok dan sekitarnya masih terjaga. Dari tepi danau terlihat pulau2 tersebar di kejauhan; dari yang besar hingga dapat memuat satu-dua m�kki, hingga yang terkecil, yg hanya dapat memuat pepohonan dan tumbuh2an lain.

Setelah membereskan barang2 di pondok utama, kami menuju pondok gudang/garasi untuk mengambil kano dan kayak. Ya, melewatkan seminggu di tepi danau tentunya harus merasakan nikmatnya mendayung! Kano untuk dua orang dipakai oleh Vesa dan Kikka, serta Sussi, seekor Siberian Husky yang sesekali mencebur ke danau untuk berenang. Saya pakai kayak yg hanya muat satu orang, yang perlu daya keseimbangan tinggi ketika masuk dan keluar dari kayak.
Hari pertama ini kami berkeliling di area sekitar pondok saja, terutama bagi saya untuk membiasakan diri mengontrol dan mengarahkan kayak sesuai keinginan. Permukaan air danau yang tenang merefleksikan bayangan kami di air yang bersih. Meskipun tidak ada tonggak2 pagar pembatas, jarak ke pondok2 orang lain yg dapat dicapai dari danau harus dijaga untuk menghormati privacy. Sukses mendayung perahu masing2 tanpa menjadi basah,
kami kembali menuju pondok mendekati jam makan malam ('alarm lapar' dari perut merupakan alat orientasi waktu yang tepat bagi saya di negeri yang - di musim panas - mataharinya enggan redup hingga larut malam).

Keesokan harinya, kami siap2 mengarungi danau lagi, kali ini membawa bekal makanan kecil dan minuman karena jarak yang ditempuh lumayan jauh. Kali ini kami pergi dengan misi mendarat di pulau2 kecil tak berpenghuni untuk mengumpulkan berries dan jamur liar. Bagi Vesa, yang seumur hidupnya selalu melewatkan masa2 liburan di pondok ini, tentu mudah mengorientasikan diri di tengah danau. Lain halnya dengan saya, yang pasti tersasar bila tidak baik2 memperhatikan landmark di sekitar danau selama berperjalanan.

Setelah sekitar satu jam mendayung, kami tiba di pulau kecil pertama. Tidak ada dermaga di sini, jadi kami harus mencari tempat mendarat yang aman. Segera setelah menambatkan kedua perahu, kami mulai menjelajah pulau - didahului Sussi yang girang mencium bau hewan2 liar. Wah, rasanya seperti bertualang di buku2nya Enyd Blyton!
'Panen' kami dari sini lumayan, banyak sekali blueberry yang dapat kami bawa pulang. Sayangnya, jamur yg dapat dimakan jarang dapat ditemukan. Apalagi jenis yg kami cari, chantarelle, yang sangat cocok jadi ingredient saus yg menemani salmon panggang.

Lanjut ke pulau kedua, dengan hasil serupa. Sebagian besar jamur yang dapat ditemukan sebagian besar adalah jenis terompet, yang kemudian, setelah dibersihkan, diuntai pada rentangan benang oleh Kikka, dan dibentangkan di langit2 pondok supaya mengering. Baru setelah menciut dan menghitam (hingga tampak seperti batang korek api yg terbakar habis), jamur2 ini disimpan dalam toples sebagai bahan makanan.
Nah, ketika hendak bertolak dari pulau ini, kembalinya saya masuk ke dalam kayak tidak berlangsung terlalu mulus. Masih di tepi danau, kayak oleng sedikit ketika baru satu kaki saya masuk. Untung titik di situ masih dangkal, jadi yang tercebur hanya sebagian kaki saja, sampai lutut. Ah, nggak apa2, main di danau masa takut basah :)

Menjelang sore kami sudah kembali ke pondok. Berkotak2 blueberry kami bersihkan dulu, sebelum dibuat jadi pies dan cheesecakes oleh Kikka. Selanjutnya, membersihkan jamur dengan kuas, lalu 'menjahit' ujung bawahnya ke seuntai benang panjang. Ini yang paling makan waktu. Setelah semua beres, waktunya bersauna!

Letak pondok sauna terpisah agak jauh dari pondok utama. Ruang sauna rata2 serupa, berisi satu tungku untuk batu panas, ember air dingin dan gayung2 untuk menyiram batu2 tsb. Bila suka, biasanya ada juga rempah alami yg bisa diteteskan ke atas batu, untuk mengaromakan uap. Bangku2 kayu berjajar pada dinding, 2 hingga 3 tingkat. Ada ventilasi untuk sirkulasi udara dan cahaya, tapi tidak sebesar pada ruangan2 hunian biasa.
Orang Finland terbiasa memakai fasilitas ini dengan bertelanjang bulat, baik antar anggota keluarga maupun dengan teman2 sendiri. Bukan berarti mereka kaum nudis atau exhibitionist, tapi karena mereka menganggap semua ini wajar dan alami. Untuk tamu atau pendatang seperti saya yang tidak biasa, mereka mengerti dan biasanya membagi sesi pemakaian sauna, perempuan dan laki2. Atau memaklumi bila kita ingin mengenakan baju renang selama di sauna.

Di pondok ini, saya memilih utk bersauna sendiri, membiarkan Vesa dan Kikka berduaan sebentar. Sauna yg baru mereka pakai menyisakan batu2 yg masih sangat panas di atas tungku api. Saya masuk, duduk dan sesekali menuang air pada batu ketika uap panas sudah berkurang. *PSSCCHHH* ..lalu keringat keluar deras. Ketika sudah agak kepanasan, kita keluar pondok, lari ke dermaga, dan menceburkan diri di danau. Bila dirasa sudah cukup berendam atau berenang di air, kita bisa kembali ke dalam sauna dan bebas mengulangi hingga puas. Kebiasaan ini berlaku di musim apa pun, juga musim dingin. Bila danau membeku, dibuat lubang di permukaannya, sehingga para sauna-goers pun menceburkan diri dalam air es!
Serbuan berbagai sensasi tubuh ini adalah cara cepat membangkitkan rasa lapar. Selesai bersauna dan mandi di shower cabin di sebelahnya, saya langsung tertuntun ke tepi dermaga oleh aroma salmon panggang. Salmon segar yang sudah cukup gurih hanya perlu sedikit diperciki lemon, lalu dipanggang di atas api hingga matang. Sementara menunggu, Kikka membuat sausnya: irisan bawang bombay, butter, creme fraiche dan irisan sedikit chantarelle temuan kami tadi pagi. Dilengkapi kentang rebus, lengkaplah hidangan kami. Dessert-nya tentu saja homemade blueberry pie hangat, dengan es krim vanilla! Makan malam di atas dermaga mungil, di tengah danau tenang, dikelilingi hutan ramah, dinaungi langit malam yg enggan gelap, dan dinikmati bersama teman2 baik.. serasa tak ada masalah di dunia ini.

Seminggu berlalu dengan cepat di sini. Tiba2 kami sudah harus berkemas pulang. Pertama2, tentu menyimpan kembali kano dan kayak yg sudah dikeringkan ke dalam gudang. WC satu2nya yg terletak di dalam gudang juga harus 'diolah'. Ini WC kering, jadi buangan kita yang jatuh di tanah (below the garage) dan tercampur pasir harus diaduk, dan ditutup dengan tanah. Lubang WC diganjal dari dalam sehingga tak ada hewan yg bisa masuk gudang. Meja barbeque juga dimasukkan kembali, pondok sauna dikunci, pondok utama dibereskan. Sampah2 non-organik dikumpulkan untuk dibawa ke pusat daur-ulang di kota, yang organik ditinggalkan sebagai kompos. Dengan cermat, segala jejak2 buangan disingkirkan dari sekitar lokasi. Pondok dan danau ini kami tinggalkan sedapat mungkin dalam keadaan persis seperti sebelum kami datang; bersih dan rapih. Siap untuk menerima penghuni pondok di saat berikutnya!

10 comments:

  1. Pengalaman yg mantep banget!! Pasti gak terlupakan rasa salmon dan berry itu yah? Tus nyobaiin sauna di tempat asli! Moga2 satu hari gue bisa beruntung juga :D

    PS: mendayung sejam? Apa kabar tuh biceps? :)) :))

    ReplyDelete
  2. Khekhekhe.. bener Ven, tak terlupakan. Dan yg gue ceritain di sini kan yg 'aman2' aja.. yg lebih seru simpen buat versi non-milis ;))
    Wah, sejam itu mungkin ngedayungnya cuma 50%.. sisanya leyeh2 di tengah danau..

    ReplyDelete
  3. Kalo gitu ditunggu versi yang lebih serunya :D

    ReplyDelete
  4. untuk versi grafisnya silakan lihat di album yg ini. yang tak tergambarkan di situ, mungkin suatu hari akan diceritakan.. hehehe..

    eh sisc, jadi mau buku nggak? mau alamatnya posnya dong..

    ReplyDelete
  5. manaaa...mana versi serunyaaaaaa....????

    ReplyDelete
  6. aw aw aw..online dong *geser syb dari ibook*

    ReplyDelete
  7. apaan nih versi seru? qeqeqeqe ngikut duooongggggg, :-))

    ReplyDelete
  8. bikin artikel / cerita ttg "nggak aman2" itu dong.... ke pm atau ke email addres kami saja, buat nambah wawasan kami ini... thanks...

    ReplyDelete
  9. Jadi dong:P Dan satu set kartu natal buat november ntar *teteup*

    Mau rekening banknya dong

    ReplyDelete