Thursday, November 17, 2005

Rampokan at Karta Pustaka, Yogyakarta




Works of Peter van Dongen and Indonesian comic artists, that were exhibited at Erasmus Huis Jakarta and Semarang, are now being shown at Karta Pustaka, Yogyakarta, starting November 11th, 2005. The report (in Indonesian) and photographs here are courtesy of Motulz (thanks, Tul!).

Sekilas Laporan dari Jogja (extend exhibition Peter van Dongen)

Berangkat dari Cengkareng jam 10.45WIB. Kita tiba di Adi Sucipto pukul 11.45 langsung naik taxi hotel menuju Hotel Santika. Saya di kamar 360 (karena ada wi fi internet) dan Benk di kamar 364. Menunggu malam.. saya cuma istirahat di hotel sambil internet sementara Benk reuni dengan teman2 Jogjanya.

Malamnya kita ke lokasi pameran dengan motor (ala Jogja gitu deh) gue di bonceng Agung Komikaze (untung ada dia). Sesampainya di lokasi masih sepi dan langsung disambut Ibu Anggie. Dia masih ingat dan mengenal Benk dengan baik. Kami langsung bergabung dengan pengunjung yang datang kepagian. Baru ngobrol sebentar kita langsung dipanggil Ibu Anggie untuk dikenalkan kepada Pak Hasjmi. Beliau tidak terlalu tua dari yang saya bayangkan.. masih sehat.. dan masih ramah (maklum baru sekali ketemu beliau). Saya sama Benk mempertanyakan kondisi Gundala, beliau sangat ingin sekali memunculkan kembali Gundala, sayangnya saat ini belum bisa aja.

Acara langsung dibuka oleh Ibu Anggie lalu dilanjutkan oleh kata sambutan dari Pak Hasjmi. Pak Hasjmi mengulas tentang "gaya komik" Peter van Dongen yang terpengaruh oleh Herge. Baginya ini merupakan sebuah wacana baru bagi komikus Indonesia, baik yang tua maupun yang muda. Dulu, komik dengan gaya-gaya itu sering dikonotasikan dengan meniru, atau plagiator. Bagi Pak Hasmi ini merupakan sebuah langkah proses, tahap belajar yang sangat wajar dilakukan bagi semua orang termasuk pembuat komik.

Pak Hasmi pun mengakui bahwa saat dulu ia membuat komik pun meniru komik Amerika yang saat itu beredar. Hanya saja memang topik "meniru" ini sangat tabu dibahas. Nah bagi Pak Hasmi, keterbukaan Peter ini menjadikan sebuah pelajaran baru bagi komikus Indonesia. Selesai sambutan, Pak Hasmi langsung membuka pameran dan mempersilakan masuk. Pameran dihadiri banyak pemerhati komik. Saya ketemu Eko (Daging Tumbuh), Sam (Petak Umpet), Pak Haryanto? (dari Bening Animasi), lalu Ismail (Sukribo).

Ketika selesai pameran, kita akan pamit pulang (sekitar pukul 22.30) kita masih diajak makan malam oleh teman-teman komikus Jogja (sama Lulu (boemboe), Ismail (Sukribo, Ayam Majapahit), Ferry, Agung (Komikaze) dll). Selesai makan.. kita pulang ke hotel. Semalaman saya gak tidur.. cuma ngerjain kerjaan dan online hehehe.

Hari Sabtu, saya hanya beberes sementara Benk ada keperluan dengan teman Jogjanya. Pukul 13.00 kita check out, setengah jam kemudian diantar mobil hotel ke bandara lalu langsung check in dan boarding pukul 15.10. Tiba di Jakarta pukul 16.00... lelah rasanya :) lalu saya dan Benk berpisah.

Bagi saya.. pameran komik Belanda - Indonesia ini bisa jadi berbeda dengan pameran2 komik biasanya di Indonesia. Peter, yang hanya komikus baru dikenal di Indonesia ternyata bisa mendapatkan tempat yang SANGAT AKRAB dengan para penggemar, pemerhati, dan pekerja komik di Indonesia. Komik Peter seperti memberikan sebuah pandangan baru akan komik yang selama ini berkesan gak serius. Ada banyak pengunjung pameran yang sangat menyayangkan ketidak hadiran Peter dan ingin sekali bertemu dengan Peter. Sepertinya Peter memberi nafas baru bagi komik Indonesia, selain pula memberikan secercah harapan dan kesempatan untuk bangkitnya komik di Indonesia.

5 comments:

  1. uhu...semoga bisa mengikuti jejak mbak Tita..
    uhu...Mbak! lucu deh, tadi aku ketemu sama desainer prodak dari..Brazil!

    ReplyDelete
  2. Lho? mbak Tita ke Indonesia? atau Motulz-nya? =))

    ReplyDelete
  3. saya masih nangkring di sini :(
    yg ke yogya itu si motulz, dan dia jg yg nulis laporan dan bikin foto2 itu

    ReplyDelete
  4. ck..ck...liatin pameran komik di karta pustaka di MP, asyik juga...
    meskipun nggak bisa ngintip komiknya, tapi lumayanlah buat pengobat rindu sama yogya. Mbak Tita salam kenal dan selamat atas karya2 Anda.
    Dulu sih jaman saya masih kuliah di Yogya, salah hobi saya itu lihat pameran di karta pusaka.

    ReplyDelete
  5. ya ampunn sampe kaget..dikirain tita beneran ke ygy,tapi kok gak ada kabar-kabarinya.. :D

    ReplyDelete