Thursday, November 17, 2005

Townscapes

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Comics & Graphic Novels
Author:Pierre Christin & Enki Bilal
Pierre Christin bekerja sama dengan Enki Bilal dalam membuat album Townscapes ini di tahun 1970an. Album ini berisi tiga cerita pendek, plus satu cerita sebagai awalan yg memperkenalkan tokoh utama pada cerita2 pendek tsb. Kisah2 dalam album ini semuanya bertemakan protes terhadap kebijakan2 pemerintah, militer dan kaum penguasa dan pemodal, yang berakibat ke pengrusakan lingkungan, ketidak-pedulian terhadap situs bersejarah, dan kesejahteraan rakyat. Meskipun fokus dan contoh2 kasus pada kisah2 ini terasa usang, namun tema2 yg diangkat Christin dan Bilal tsb nampaknya masih berlaku hingga kini.
Meskipun dibuat di awal2 karirnya, karya Bilal untuk album ini sudah sangat mengagumkan. Ia telah berhasil menggambarkan berbagai ekspresi dengan jitu, mengajukan visual berbagai detail dengan unik, dan menciptakan suasana sesuai dengan mood yg sesuai dengan cerita.

Pada intinya, album yang dibuat pada lebih dari 30 th yg silam ini mengajak berpikir: apakah pembangunan selalu berarti perbaikan kualitas hidup bagi kebanyakan orang? Apakah yang sebenarnya diinginkan manusia, demi kepuasan hidupnya? Sejauh mana lingkungan, budaya dan sejarah akan dikorbankan, atas nama "kemajuan" dan "peningkatan kesejahteraan"? Tiga setengah bintang untuk album ini, yg telah kembali membukakan benak pada pemikiran2 tsb.

Berikut ini adalah ringkasan kisah2 pada Townscapes.

And Thus Was A Legend Born… (1975) sebagai cerita awal mengisahkan ttg sebuah pertemuan rahasia sekelompok politikus, yg berlokasi di sebuah gedung tua yg dulunya adalah sebuah hotel mewah. Seorang pemuda bertubuh tinggi langsing dan berambut pirang keperakan, meskipun turut terlibat dalam pertemuan ini, tampak tidak menonjol – bahkan sebaliknya, cenderung misterius. Namun ternyata pemuda ini lah yg menghantar para politikus tsb, satu demi satu, terjerumus masuk ke dalam perut bumi dengan disambut makhluk2 aneh. Pertemuan berakhir dengan runtuhnya gedung tua tsb, melesak masuk ke dalam tanah, disaksikan oleh publik yg sama sekali tidak berkeberatan akan lenyapnya para politikus tsb. Si pemuda misterius tsb adalah tokoh yg akan terus muncul dalam kisah2 berikutnya. Meskipun berada di belakang adegan utama, ia memegang peranan penting di tiap kisah.
Dalam cerita awal ini, sekilas terdapat meta-narasi di mana Christin dan Bilal menampilkan diri mereka sendiri.

The Cruise of Lost Souls (1975) mengisahkan sebuah desa terpencil, di mana terletak sebuah pangkalan militer di dekatnya, yang kabarnya giat melakukan percobaan2 teknologi. Karena pangkalan militer ini lah kondisi di lingkungan sekitar desa itu berubah (danau menjadi dangkal, ladang menjadi kurang subur, dsb) sementara desa tsb terisolasi dari luar akibat tertutupnya akses umum oleh pangkalan militer tsb.
Suatu pagi, para warga desa tiba2 mendapati semua rumah dan bangunan desa terangkat, dan mengambang setinggi dua meter dari permukaan tanah. Pada hari yang sama, desa tersebut mendapat tamu sepasang orang muda, pria dan wanita, yg kemudian tinggal bersama mereka selama kejadian aneh tsb. Warga desa tidak keberatan, bahkan terlihat menikmati perubahan keadaan ini, yg mereka duga terjadi gara2 eksperimen di pangkalan militer tsb.
Di hari berikut, seluruh isi desa terangkat jauh lebih tinggi lagi, hingga terbawa angin keluar dari tengah hutan tempat mereka berada, menuju ke pesisir pantai, hingga mengambang di atas permukaan air laut lepas. Di sepanjang perjalanan desa tsb, para warga menjumpai penduduk2 lain yg mulai menyadari dan menonton fenomena “desa terbang” ini. Para penduduk ini pun menganggap bahwa kejadian ini adalah gara2 eksperimen di pangkalan militer tsb, sehingga turut ‘menitipkan’ protes ttg tergusurnya nelayan dan desa mereka gara2 pembangunan sebuah resort megah di dekat daerah mereka, atau daerah industri yg dibangun dekat desa mereka. Kalangan militer dan pemerintah sendiri akhirnya harus turun tangan utk menyelesaikan kasus ini, demi nama baik mereka.

Ship of Stone (1976) ber-setting di sebuah desa tua di pesisir Perancis, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Pada puncak bukit di sisi desa tsb terdapat sebuah kastil kuno yang dipercaya sebagai tempat cikal bakal nenek moyang bangsa di daerah itu. Kehidupan sehari2 para penduduk desa terancam ketika sekelompok pemodal memutuskan utk membangun sebuah kompleks kondominium dan resort mewah di puncak bukit tsb, yg berarti harus menggusur kastil tua tsb. Desa di kaki bukit akan dijadikan sebuah obyek wisata, dengan mengubah beberapa tempat menjadi hotel dan café bergaya chic.
Para penduduk desa keberatan dengan hal ini, sehingga berusaha mencari cara utk menghalang2i maksud para pemodal tsb, dibantu oleh seorang pemuda pendatang, yg berpostur jangkung dan berambut pirang keperakan. Ditemani oleh seorang gadis lokal, pada suatu malam pemuda ini menghampiri kastil tua tsb, untuk menemui seorang kakek2 yang, menurut orang2 desa, telah tinggal di kastil tsb selama berabad2 lamanya. Malam itu juga si pemuda dan gadis tsb menyaksikan sesuatu yg luar biasa: kenyataan bahwa kastil tsb memang merupakan kediaman bagi nenek moyang bangsa mereka; bukan hanya dari abad atau zaman yang baru lalu, namun sejak masa pertama kalinya makhluk2 mulai menghuni planet ini. Dengan bantuan para nenek moyang dari kastil tsb, para penduduk desa melancarkan aksi mereka melawan rencana pembangunan daerah tsb, dengan cara yg mustahil diterima akal sehat.

The Town That Didn’t Exist (1977) berkisah ttg sebuah kota kecil yang suram, di mana para penduduknya, yg sebagian besar adalah buruh, sedang melakukan aksi mogok kerja dan protes kepada pemilik pabrik. Suatu ketika, si pemilik pabrik, yg juga adalah orang dan sumber dana paling berpengaruh bagi kota kecil tsb, meninggal dunia secara mendadak. Perusahaannya diteruskan pada ahli warisnya, yaitu putri tunggalnya, yg bertemankan seorang pemuda jangkung berambut putih keperakan. Putri tunggal ini menggunakan pengaruh dan modal yg ia miliki utk mengubah seisi kota, yg tadinya berkesan kelabu dan kuno, menjadi berwarna warni dan indah ceria. Orang2 berpakaian bagus, kehidupan ditanggung layak. Ada satu lagi perubahan besar: seluruh kota ini ditutup oleh pagar2 pembatas dan kubah2 raksasa yg memisahkan kota tsb dari lingkungan di luarnya.
Kesejahteraan hidup penduduk kota telah terjamin, suasana kota dibuat sedemikian indah dan menarik, tapi apakah benar 'perbaikan’ semacam ini merupakan hal yg diinginkan para penduduk kota tsb?

Townscapes
Pierre Christin & Enki Bilal
(C)Humanoids/DC Comics, 2004
ISBN 1-4012-0361-2

2 comments:

  1. isinya kayak apa mbak? covernya kok mengingatkan aku sama manga ya?

    ReplyDelete
  2. Huehehe.. manga? Aku rasa si tokoh utama itu (yg di cover) malah mengingatkan ke sosok Daniel, si Dream yg pirang, pengganti Morpheus yg berambut hitam. Isinya tipikal gambar Bilal (klik link di nama Bilal di atas, ada bbrp contoh gambarnya dari Comiclopedia-nya Lambiek, atau klik ini - situs pribadi Bilal, berbahasa Perancis).

    ReplyDelete