Sunday, August 14, 2005

Wisata manja




Beberapa hari yang lalu, di luar cuaca sedang nggak jelas (cerah-bermatahari dan mendung-gerimis bergantian), di dalam rumah anak2 main Lego dengan saya, sambil ngobrol sesekali dengan ibu mertua yang mondar-mandir nyuguhin teh dan kue-kue (ini mertua memang full service banget). Ada satu bahan obrolan yg nyangkut terus, harus segera diumbar di sini, biar lepas.

Mertuaku bilang, ia baru2 ini baca ttg sebuah resort di Turki yang semuanya mirip dengan Amsterdam: rumah2nya, kanal2nya, hotel, toko, segala café dan restorannya (mungkin minus coffee shop dan XXX ya.. dan sepeda2 yg ganas di jalanan :P). Katanya, tujuannya adalah untuk para wisatawan dari Belanda yang ingin berlibur ke Turki, tapi maunya diladeni dengan fasilitas yang persis dengan di Belanda (atau lebih spesifik, Amsterdam). Malah, belakangan banyak complain dari para wisatawan Belanda yg pergi ke resort itu, bahwa ada terlalu banyak orang Perancis dan Jerman juga di situ.

"Why..?!" kata2 yg pertama keluar dari mulut. Ya memang sih, ada (banyak!) orang2 yg kalau pergi berlibur ke negara lain, harapannya adalah treatment dan lingkungan yg sama persis dengan tempat asalnya. Tapi kasus ini, bener2 seperti 'Amsterdam pindah' - hanya saja keberadaan sinar matahari dan kehangatan lebih bisa dipastikan. Hm, atau itu ya maksudnya: karena tak mungkin memindahkan cuaca Turki ke Belanda, ya Belandanya saja yg dibawa ke Turki. Tapi tetep aja, kitsch! Hahahaha..
Yang jelas, kalau saya ke Turki suatu hari nanti, yang pertama2 saya hindari adalah resort 'Amsterdam pindah' ini :D

(foto2: ngambil di Internet, dari hasil ngGoogle image)

18 comments:

  1. ihh aneh banget..... masak komplain krn byk warga negara laen.. lgan di Amsterdam kan kenyataannya emang hiruk pikuk oleh org2 asing...

    ReplyDelete
  2. Lho, apa resort2 di Bali gak seperti itu juga, Club Med misalnya. Lalu apa perumahan2 di seputar Jabotabek tidak serupa tapi tak sebangun, sampai2 namanya pun disama2in, i.e. pesona California/Florida etc. So, it's not a brand new trend, isn't it?

    Just my two cents. Lam kenal

    ReplyDelete
  3. iya itu kali ka, ke luar negri malah pengen nggak ada orang asing, piye toh.
    dan mosok liburan ke negara orang, mengharapkannya persis seperti masuk kandang sendiri lagi.. hihi..
    some people just can't stand any variation in their lives.. :P

    ReplyDelete
  4. salam kenal juga :)

    bener mas, trend ini bukannya sama sekali baru. tapi sempet bikin saya gemes aja, habis memang bukan model liburan yg saya suka. kalau ke daerah tertentu, saya lebih suka mengenal kehidupan dan budaya lokal tempat tujuan. bukannya memaksakan budaya saya ke mereka.

    (perumahan, itu sepertinya masalah lain lagi, di mana orang2 (yg mampu beli) keinginan dan seleranya ingin 'modern' dan seperti 'luar negri', tapi jadinya salah kaprah.)

    ReplyDelete
  5. kalo ini mah orang jakarta aja yang latah...

    ReplyDelete
  6. Di Dubai, krn keinginan untuk menarik minat turis Barat u/ datang berlibur malah pemerintah sampai mengijinkan dioperasikannya pantai untuk berjemur (tentunya dgn bikini)... hiks :-(

    ReplyDelete
  7. di sekeliling pantainya pasti dipager tinggi2 kan ya.. (seperti pantai para nudis di sini :P)

    ReplyDelete
  8. Saya belum pernah ke sana, tapi kata Ima ngga tuh... Selengkapnya bisa baca di sini dan foto2nya ada di sini.

    ReplyDelete
  9. Numpang nyeletuk nih mas, kalau menurut saya kasusnya ngga bisa disamakan dengan bali, Bali bangga dengan budayanya, resort dengan worldwide chain rata2 pakai dekorasi & tema setempat (bahkan ada manggis & salak bali buat breakfast). Kalau masalah nama nama resort yg terdengar asing, mereka kan tetap harus mendukung bendera induknya yg memang PMA, dan lagi itu kan brand image...pangsa pasarnya asing, jadi mungkin dengan pegucapan yg mudah buat turis2 asing membuat nama itu melekat di ingatan mereka...:-) Anyway, just my opinion, ikutan salam kenal ya..juga buat tita (gara2 reviewnya dari kemarin sibuk hunting 100 bulletnya di amazon.com, dah dicari ditoko buku disini ga ketemu)

    ReplyDelete
  10. ikutan seru boleh yaa.....? kebetulan saya pernah di dubai juga lumayan lama, kalau dilihat dari foto2nya, itu adalah private beach, rata-rata resort di dubai punya private beach, memang tidak dipagar tinggi tinggi, tapi juga bukan public access selain turis2 atau tamu hotel atau tamu convension. kalau pantai nudis, menurut saya hampir tidak mungkin, waktu registrasi hotel ataupun dibuku panduan tamu di kamar hotel, selalu ditekankan bahwa UAE adalah negara muslim dan supaya menghormati custom setempat. Pernah saya melihat dengan mata kepala sendiri, tamu hotel asing ditegur security resort karena pakai skimpy bikini yg modelnya G-String itu n disuruh ganti baju renang...:-). Memang, industri pariwisata dimana2 selalu menimbulkan konflik & dilema ya...

    ReplyDelete
  11. Halo, salam kenal juga! Selamat mencari 100 Bullets.. mudah2an ikutan ketagihan juga :)

    ReplyDelete
  12. Trims atas link-nya, tulisan Ima memang menarik sekali.

    ReplyDelete
  13. "Menghormati custom setempat" itu yg, sayangnya masih sulit dilakukan banyak pendatang. Kalau datang utk menetap, bisa jadi masalah berkepanjangan. Kalau wisatawan, mereka hanya tinggal sementara, jadi mungkin nggak terlalu masalah (kecuali di kota seperti Amsterdam, yg turisnya ada sepanjang tahun.. hihihi).

    Kacau deh, di sini sering terdengar turis2 (terutama dari Amerika) yg mencibir sana-sini (karena semuanya kecil2 dibandingkan dengan di Amerika), ngaku2 Rembrandt punya mereka, dan mengira bahwa orang2 yg lalu-lalang di kota Amsterdam itu para figuran yg akan bubaran setelah jam 5 sore.

    ReplyDelete
  14. Coba dibikin tempat wisata seperti tinggal di indonesia...
    susah pasti yaa :D..kan musti green terus, belon lagi tanamannnya heterogen ...belon lagi makanannya yang pedes, gurih dan sampai yang wangi2 :D (temen2nya pete, petis dan jengkol sampai jeroan), dll,dll.
    dan keistimewaan di kita ,indonesia,bisa juga ikut2an bikin ala perumahan di eropa (salah satunyalah).
    sing sukur...hehehe..asa di eropa tapi udaranya tropis.
    btw,-
    ini bicara wisata kan Ta, bukan korupsi, macet dll ituh :)

    ReplyDelete
  15. Ha3x... lucu juga ya Americans... baru denger saya nih. Thanks for sharing.

    ReplyDelete
  16. Ah...walopun lidah global (bisa makan apaan aja karena emang doyan makan), teuteup aja kalo ditawarin pete bakar, rendang jengkol ato balado jengkol 2 piring bisa abis itu!..hi..hi... cerita dikit boleh yaa nih..., pernah pulang kampung bawa temen2 dari sini, gue ajakin makan di restoran Padang Mak Etek namanya, dihidangkanlah menu diatas ituh...dengan sabarnya menjelaskan asal muasalnya pete n jengkol (healthy vegetable! hi..hi..). Jadi pusat perhatian, bule bule duduk dimeja makan nasi pake tangan dengan menu rendang, pete bakar, kalio jengkol n gak lupa sambel ijo yg pake jengkol n ikan asin...:P, pas bayar dikasi diskon 50% sama uda thamrin! uda jadi ikut bangga dengan pete & jengkol....ah bangga gak bangga emang dari sononya udah enak...hi..hi...

    ReplyDelete
  17. hehehe..ga nyangka disukai juga ya..:D

    ReplyDelete
  18. hehehe..ga nyangka disukai juga ya..:D

    ReplyDelete