Thursday, December 2, 2004

Makan Siang Daerah De Pijp, Amsterdam - 1




[as posted in Jalansutra mailing list on 12 August 2004, msg #21084]

Senin, 9 Agustus 2004, saya dan Christine Tanod (juga anggota JS, yang sedang berada di Amsterdam) janjian untuk bertemu di Leidseplein sekitar pk.12.00 siang. Saya yang tiba terlebih dahulu di Leidseplein duduk di salah satu bangku kosong, menunggu Christine sambil membaca2 buku.
Tak lama kemudian Christine, yang baru turun dari tram, datang menghampiri. Kami sama2 memberitahu bahwa (kebetulan) masing2 sedang mengenakan baju biru, jadi 'tebak2an' kami langsung tepat.
Dari Leidseplein, saya ajak Christine berjalan kaki ke arah De Pijp melewati Max Euweplein (di mana terdapat Hard Rock Cafe dan Holland Casino).
Dari sana, jalan berantakan dan agak kacau, karena sedang ada proyek perpanjangan jalur Metro, jadi saya sempat agak bingung, sehingga kami harus dua kali menyeberang ke dan dari gerbang Vondelpark hanya untuk mencari jalur pejalan kaki. Kemudian kami melewati Museumplein, area luas yang dikelilingi oleh Rijksmuseum,
Museum Van Gogh dan Stedelijkmuseum. Dari Museumplein ini kami langsung berjalan ke arah Heinekenplein (yang terletak di belakang Museum Heineken), sudah dekat ke pasar Albert Cuyp, tempat kami berencana makan siang.

DE SOEPWINKEL
Sasaran pertama kami adalah De Soepwinkel. Restoran De Soepwinkel ini termasuk mungil, elemen interiornya sederhana namun cukup elegan. Citra ruangnya yang ramah dan terbuka memberi
rasa nyaman pada pengunjung. Orang yang hendak makan sendiri juga tak perlu canggung; di sana disediakan berbagai majalah dan koran yang bisa dipinjam selagi menikmati hidangan. Orang yang
datang membawa anak2 kecil juga tak perlu sungkan; De Soepwinkel menyediakan bangku tinggi untuk anak, juga buku mewarna lengkap dengan pensil warna.
De Soepwinkel ini termasuk tempat makan baru di daerah sekitar pasar Albert Cuyp, yang sudah dipenuhi berbagai macam tempat makan, namun ia berhasil bertahan, bahkan mengembangkan restorannya. Pada awalnya, De Soepwinkel hanya menawarkan berbagai jenis sup, sesuai nama dan spesialisasi restorannya. Belakangan, ia juga menawarkan berbagai quiche dan cake, hingga
toast, roti isi, dan salad.
Kebetulan hari sedang cerah, malah sedang panas-panasnya, jadi kami memilih untuk duduk di luar. Di salah satu meja yang sejuk terlindung payung besar. Meja2 di luar memang ditempatkan di sidewalk, jadi selama kami duduk di situ, para pejalan kaki dapat berseliweran di sekitar kami.
Saya dan Christine masing2 memesan "Beginner's Menu" yang terdiri dari semangkuk 'kecil' sup, roti tawar, seiris quiche atau cake (pilih salah satu), dan satu jenis minuman. Saya memesan sup berjudul "Asian vegetable soup with shrimp", quiche "courgette & cream cheese" dan fresh orange juice. Pesanan Christine sama, bedanya hanya di quiche yang dia pesan: "smoked salmon &
dille".
Di sini tersedia 4 jenis soup of the month, plus dua atau tiga jenis soup of the day, dan sebenarnya pelanggan boleh mengicip jenis2 sup
tsb sebelum memesan. Agak menyesal saya karena kali ini memesan sebelum mengicip, karena sup yg datang ternyata rasanya seperti lodeh. 'Lodeh' versi bule (isi utamanya buncis & courgette),
ditambah udang. Quiche yang dipesan Christine sukses. Quiche di sini bukan seperti cake tebal-padat, tapi lebih mirip pizza tipis yg
base-nya terbuat dari 'bladerdeeg' dan bahan dasar topping-nya cream & telur. Quiche saya sepertinya salah, karena topping-nya 'prei'
(leeks) dan kacang mede. Memang tetap enak, tapi lidah yang sudah di'set' untuk makan rasa courgette terpaksa harus menerima rasa prei.
Fresh orange juice yang kami pesan benar2 baru diperas, dan manis-manis asam rasanya.
Paket Beginner's Menu ini harganya 6.65 Euro untuk vegetarian soup; untuk yang non-vegetarian harga satu paketnya 7.15 Euro. Paket satu lagi adalah "Advanced Menu", yang isinya sama dengan Beginner's Menu, hanya saja mangkuk sopnya berukuran medium, ditambah butter (untuk olesan roti tawar) plus secangkir teh atau kopi.
http://www.soepwinkel.nl

PASAR ALBERT CUYP
Setelah puas duduk2 di De Soupwinkel, kami berjalan menelusuri pasar Albert Cuyp. Pasar ini sebentar lagi akan merayakan ulang tahunnya yang ke-100, dan adalah salah satu dari tiga pasar terbuka di Amsterdam, di samping Dappermarkt dan Noordemarkt, di mana kios2 dipasang pada pagi hari di sekujur jalan, dibongkar pada sore hari, dan pada malam hari dan hari Minggu menjadi tempat parkir mobil. Albert Cuyp, yang buka setiap hari kecuali Minggu, termasuk pasar yang kini makin makin banyak dikunjungi wisatawan. Di pasar ini terdapat berbagai barang, dari bahan makanan (buah, sayuran, ikan, poultry, keju, telur, kacang2an, coklat, dll) hingga pakaian (sepatu, baju, arloji, kacamata, dll), berjenis2 sabun & parfum dan berbagai tas & koper. Ada juga kios2 makanan kecil seperti kios kentang goreng, haring, lumpia vietnam, stroopwaffel, dll. Selain 'kios2 kaget' tersebut, sekujur jalan Albert Cuyp juga dipenuhi berbagai restoran dan toko, bakery dan kantor pos, hingga wartel/warnet. Pasar ini juga sudah menjadi sasaran banyak pengamen (dan pencopet!) dalam melancarkan pekerjaan masing-masing.
Formasi kios pasar selalu berubah. Pada hari Senin, biasanya kios2 yang ada tidak terisi penuh. Banyak pedagang yang memilih untuk berlibur pada hari Senin, dan spot-nya diisi oleh pedagang lain, atau bahkan dibiarkan kosong.
Sehingga Senin2 biasanya pasar tidak terlalu penuh. Tapi tidak pada hari Senin ini, hampir semua kios terisi, terutama oleh penjual pakaian. Hari yang terik ternyata tidak menghalangi orang berjalan2 memenuhi pasar siang itu.

DE TAART VAN MIJN TANTE
Setiba di ujung pasar, kami berjalan belok ke kanan menelusuri Jalan Ferdinand Bol (yang juga sedang berantakan akibat pembangunan terusan jalur Metro), kembali menuju Heinekenplein, di mana di seberangnya terdapat cafe "De Taart van Mijn Tante". De Taart ini tadinya adalah sebuah bakery kecil, yang menerima pesanan kue taart
dalam berbagai bentuk, terletak di 1e Jacob van Campenstraat (jalan kecil yg berpotongan dengan Jalan Ferdinand Bol). Namun sepertinya
mereka menjadi makin sukses sehingga dapat membuka cafe di perpotongan jalan tersebut, di tempat yang sangat strategis. Salah satu koki dari De Taart malah sudah menjadi bintang televisi, pada program anak2, di mana ia melayani permintaan anak2 (para bintang tamu) untuk membuat taart dalam bentuk apapun.
Hidangan unggulan café ini tentunya berbagai jenis cake dari De Taart (yang bakery-nya masih tetap menerima pesanan taart). Cafe De Taart, seperti juga kue2 taart produksinya, bernuansa sangat berwarna-warni dan bergaya 'kitsch'. Dalam cafe ini, tak ada meja dan kursi yang serupa, baik ukuran maupun desainnya. Taplak mejanya
berbahan plastik dengan print/motif warna2 menor, persis pengalas meja di warung2 pinggir jalan di Indonesia. Di etalase dan di masing2 meja terdapat model dari kue taart yang pernah mereka buat, semuanya berwarna terang (aslinya berlapis marzipan), dengan elemen dan desain yang unik.
Dekor2 lain pada café ini adalah bermacam2 vas bunga dengan bunga2 plastik di dalamnya, terletak di lantai maupun di atas meja, dan pada dindingnya terdapat bermacam2 bingkai berisi berbagai foto.
Begitu masuk, kami langsung menghampiri etalase kue untuk memilih2 kue yang akan kami pesan.
Sambil memilih2 itu, kami ditawari mengicip sepotong kecil kue "Pengantin", yang rasanya manis lembut. Saya pesan carrot cake, Christine pesan poppyseed cake, dan kami berdua minum teh
dari satu poci besar.
Pesanan kami datang, dalam rupa yang sangat menggoda. Masing2 cake kami ditata di atas piring kecil, ditemani setangkai bosbessen (red currant?), irisan anggur dan strawberry, yang bergelimang saus berry. Bentuk carrot cake-nya berbeda dari carrot cake yang biasa saya makan.
Carrot cake yang ini bertopping marzipan berwarna putih pucat bertekstur garis2 tipis, dihiasi dengan sebuah walnut yang separuhnya dicelup coklat. Cake-nya berlapis tiga: paling atas dan paling bawah adalah carrot cake itu sendiri, yang teksturnya lembut dan tidak terlalu padat, dan rasanya cukup enak. Lapisan tengah sepertinya cream cheese, rasanya tidak terlalu manis, tapi cukup segar untuk mengimbangi kombinasi rasa carrot cake dan marzipan.
Poppy seed cake yang dipesan Christine juga tak kalah 'sangar'. Di daftar menu, bahkan dicantumkan bahwa cake ini 'illegal', mungkin
karena poppy seed juga dikenal sebagai bahan dasar pembuat opium. Poppy seed cake ini juga terlihat berlapis2. Lapisan yang terbuat dari
poppy seed bertekstur padat, berwarna gelap nyaris hitam, dan rasanya unik (sedikit berasa wijen). Lapisan lain teksturnya lebih lembut, seperti umumnya kue tart. Toppingnya, saya lupa tepatnya seperti apa, tapi sepertinya icing yang terbuat dari cream cheese yang bertekstur lembut tapi berasa renyah.
Poci teh kami terbuat dari porselen putih, bermotif bunga2 mawar merah kecil. Cangkir2 kami bentuk dan motifnya sesuai dengan si poci. Kami masing2 memilih berbagai teh yang disediakan, tapi kami sepakat untuk mencoba yang berjudul "Afrikan Cream" (kalau nggak salah) - yang sebenarnya terbuat dari campuran African redbush,
lemon peel, dan bumbu2 lain. Di sebelah masing2 cangkir teh disediakan seiris kecil 'botterkoek', atau kue mentega khas Belanda, yang teksturnya sangat padat dan benar2 berasa mentega + gula.
Dua jenis cake + satu poci besar teh (untuk 5 cangkir) berharga 12.50 Euro. Bila berminat, silakan melihat2 website mereka di http://www.detaart.nl


[Bersambung - acara makan siang kami belum berakhir di sini :) ]


1 comment:

  1. Tita... jadi inget dulu ketemuan hehehehe..... kapan ketemuan lagi neh? kangen.....

    ReplyDelete