Wednesday, October 19, 2005

akhirnya kesampean: nonton konser Madness!




Beberapa bulan yg lalu (tepatnya Juli), saya sempet agak kecewa ketika ada konser Madness di Melkweg, Amsterdam, terlewat oleh kami. Untungnya agak terobati karena ada live broadcast dari konser itu lewat Internet, di FabChannel, yg tentu saja saya tonton (dan untungnya lagi, anak2 sudah tidur, jadi nggak ada yg ngerecokin). Tulisan ttg nonton konser gratisan dari Internet itu ada di sini.

Nah hari Rabu minggu lalu, dalam perjalanan naik tram ke CS, saya lihat di jalan (sekitar Vijzelstraat) ada tempelan poster pengumuman konser. Latar hitam polos, gambar siluet 6-7 orang berjejer, dan tulisan MADNESS di atasnya. Saya langsung pasang mata, utk dapat info lebih lanjut ttg konser itu dari poster berikut. Tapi baru nemu poster yg sama ketika hampir tiba di CS: konsernya tgl 18 Oktober, di Heineken Music Hall (HMH). Aha! Hari itu juga saya langsung beli tiketnya, dua, sebab Syb pasti mau ikutan nonton.

Selasa 18 Oktober, sekitar jam 7 malam Ayu datang utk nge-babysit anak2. Dhanu dan Lindri girang banget, mereka seneng bisa main sama Tante Ayu-nya. Belakangan Ayu bilang mereka manis2 saja, dan satu jam setelah kita pergi, mereka mulai tidur. Gampang banget, katanya.
Oh iya - sebelum pergi ke HMH, begitu Ayu datang, kita tiup lilin kecil2an dalam rangka ultah Ayu tgl 17-nya. Kuenya juga kecil2, berupa 3 macam petit four. Lalu ada acara buka kado sebentar (Ayu kita kadoin Cadburry chocolate drink sama buku2: Persepolis-nya Satrapi dan The Book of Magic-nya Gaiman). Baru deh kita berangkat, naik tram ke Wibautstraat, lalu lanjut dengan Metro ke Bijlmer: 3 zone saja.

Ternyata malam itu, di waktu yg bersamaan dan tempat yg sangat berdekatan, ada pertandingan sepak bola, Ajax dengan ... (tim dari sebuah desa kecil di Austria). Setiba di stasiun Metro, ada yg ke arah Gein, tapi penuh sekali dengan suporter bola yg ribut teriak2 dan nyanyi2. Wah, ogah banget, mending nunggu kereta berikut. Saya lirik2 jam, sudah hampir jam delapan! Nanti konsernya mulai duluan! Tenang, kata Syb, biasanya mereka nggak akan mulai sebelum jam sembilan. Kalaupun mulainya mau jam delapan, pasti ada pemberitahuan di tiketnya.

Kereta berikut berangkat pk 20:16, masih ada bbrp suporter bola di dalamnya, tapi nggak sebanyak tadi. Juga bukan jenis yg liar. Kalau melihat mass behavior spt suporter berisik tadi, saya biasanya langsung ingat dengan teori2nya Desmond Morris di The Naked Ape - mengenai kebutuhan orang jaman skg utk melakukan "tribe war", menunjukkan daerah teritori mereka, dengan perangai2 yg mirip dengan manusia purba di masa lampau. Ada benarnya :)

Para suporter Ajax tsb turun di stasiun Arena, satu stasiun sebelum Bijlmer, tempat turunnya para pengunjung konser di HMH dan penonton bioskop Pathé. Waktu kami tiba di HMH, pasti sudah lewat dari jam setengah sembilan. Nggak ada antrian di depan, kami bisa langsung menunjukkan tiket sambil melewati security. Yg laki2 pasti kena geledah, sementara saya diperbolehkan langsung masuk.
*fiuh*.. Ternyata ada opening act dari sebuah band ska Belanda, namanya BeatBusters. Bagus juga, apalagi musiknya yg sewarna dengan Madness jadi seperti menawarkan pemanasan sebelum Madness beraksi. Madness-nya sendiri mulai pk. 21:15, katanya.

Sampai dalam hall, sudah penuh orang, tapi nggak terlalu sempit2an. Memang katanya karcisnya nggak terjual habis, tapi kok keliatannya cukup padat. Dilihat2, pengunjung konser ini rata2 usianya 30-50 th. Yg seumuran saya, pasti yg sudah doyan Madness sejak umur 13-an. Saya pernah dengar bahwa konser2 Madness banyak menarik kaum skinhead, dan malam itu saya lihat banyak orang yg kemungkinan besar 'bekas' kaum kepala botak itu. Dengan kepala masih botak total (atau cepak) dan lengan2 bertato, dan masih banyak yg pakai Doc Martens.
Kami tadinya menyusup di belakang, antara lantai dengan barisan tempat duduk. Tapi saya pelan2 cari celah utk maju, dan maju, dan maju terus sampai hampir tiba di depan panggung. Setelah itu, barisan orang2 mulai merapat, nggak mungkin maju lagi. Posisi kami kira2 tepat di tengah2, dengan jarak sekitar 10-15 kepala dari panggung. Lumayan, bisa melihat jelas!

Jam sembilan, BeatBusters pamitan, lalu ada break sekitar 15 menit. Konser di ruang tertutup ini, herannya, memperbolehkan orang merokok. Bayangkan bau asapnya. Hal lain lagi, adalah dibolehkannya orang2 minum bir selama pertunjukan berlangsung (tapi yg belakangan ini nggak terlalu bikin heran - lha judul gedung konsernya aja Heineken Music Hall). Selama break ini ada orang2 berkeliling dengan membawa silinder raksasa berisi bir di punggungnya, yg tersambung dengan selang yg dilingkarkan di pinggang. Ada silinder yg jauh lebih ramping di samping silinder raksasa itu, berisi gelas2 plastik. Orang yg ingin beli bir, tinggal panggil mas2 dan mbak2 bersilinder ini.
Selama konser berlangsung, herannya ada aja orang yg sempet ke bar utk beli bir, terus balik lagi ke spot semula. Padahal, suasanya sama sekali nggak mendukung utk minum2 bir dan merokok sambil nonton Madness. Sebab...

..ternyata penontonnya banyak yg brutal! Hahaha! Begitu para personel Madness muncul di panggung, orang2 udah pada blingsatan dan teriak2 "ONE STEP BEYOND!". Dan benar, lagu itulah yg pertama dinyanyikan. Begitu not pertama jatuh, langsung, seperti menekan tombol on/off di kepala para penonton brutal ini, mereka langsung lompat2 nggak karuan. Ternyata memang gayanya begitu, dan dilakukan sepanjang konser.
Saya ngerti lah, orang2 menari mengikuti lagu ska model Madness gini gayanya ada yg seperti "mengecek persendian di sekitar pinggang dan pinggul", ada juga yg seperti "melihat sol sepatu, kiri dan kanan bergantian, berulang2", ada yg seperti "engklek tapi jalannya miring". Tapi ternyata yg paling umum malam itu adalah gaya "loncat2 sambil tabrak sana-sini" dan "jatuhkan badan ke segala arah". Untung saya masih bersaudara dengan Obelix (mengutip kata Mas Chico, sepupu yg mengenalkan saya pada Madness lebih dari 20 th yang lalu), sehingga lumayan bisa berdiri tetap di tempat semula, tanpa goyah kena timpaan orang2 di sekitar.

Nggak cukup rupanya dorong2an model "becanda babu" begitu, rupanya banyak orang yg suka siram2an bir. Siraman pertama kena sebagian rambut, dan nggak bisa kesel berkepanjangan, sebab siraman2 dan semburan2 berikut lebih parah lagi. Malah sempet kena timpuk segelas bir di pundak kiri. Ya udah deh, join the fun, saya ikutan ngedorong2 orang yg berani2an belaga jatuh dekat2 saya. Ini nggak hanya laki2 lho, perempuan juga banyak yg ikutan jadi penonton model brutal begini.
Jadi, kebayang nggak sih, orang2 yg maksa beli bir dan niatnya minum bir itu, jadinya malah kuyup karena gelas birnya kesenggol2 pas berusaha melewati orang2. Orang2 yg maksa nonton sambil ngerokok, juga mengkhawatirkan, sebab rokoknya itu kan bisa nyundut orang2 di sekitarnya, yg gerakannya nggak terkontrol lagi. Belakangan saya dikasih tau sama Peter, yg juga nonton konser itu di barisan depan, bahwa sekarang2 ini 'kebrutalan' penonton itu nggak separah waktu mereka masih muda dulu. Sekarang sudah jauh lebih mild. Hihihi.. tapi tetep aja, coba saya tau dari kemarennya, pasti malem itu pergi nontonnya pake boots yg steel-toe! Habis, keinjek2 melulu dan hampir kepeleset gara2 tumpahan bir plus buangan puntung rokok di lantai.

Waktu lagu It Must Be Love (pertengahan konser), orang2 mulai pada crowd surfing. Hingga lagu2 berikut, crowd surfing masih berlangsung. Tapi nggak semua orang diladenin sesama penonton, bahkan seorang sempet jatuh *gedebug!* tepat di depan saya. Nggak masalah, gimana pun jatuhnya, seberapa keras dorong2annya, selengket apapun siraman birnya, semua orang masih tetep senyum satu sama lain dan ketawa2 senang.

Malam itu Madness menampilkan lagu2 dari album terbaru mereka, Dangermen, yg kebanyakan adalah cover dari lagu2 tua, seperti Shame & Scandal (yg aslinya dari Lord Tanamo, liriknya kocak banget), You Keep Me Hanging On (Diana Ross & The Supremes --> salah satu cover song terbaik!), Taller Than You Are (Lord Tanamo -- Suggs selalu memulai lagu ini dengan, "Lagu ini didedikasikan utk Bush dan Blair"), John Jones (Desmond Dekker), dan Israelites (Desmond Dekker).
Lagu2 lama mereka selalu disambut dengan gegap gempita oleh penonton (yg langsung mulai timpa2an lagi). The Prince, My Girl, Grey Day, Bed & Breakfast Man, Shut Up, It Must Be Love, Baggy Trousers, House of Fun, Embarassment, The Sun and The Rain, Our House, Nightboat to Cairo, dan terakhir Madness.

Penampilan mereka benar2 tidak mengecewakan! Waktu nonton konser mereka yg di Melkweg via Internet bulan Juli lalu itu, kesannya orang2nya sudah pada tua dan lelah. Tapi malam ini justru sebaliknya, semuanya keliatan enerjik, dan kualitas permainan musik dan vokal mereka sangat prima. Suggs lumayan komunikatif dengan para penontonnya, sering dibalas dengan komentar2 cheeky, tapi pengalaman membuat Suggs lihai membalas dengan jitu dan tetap kocak.
Saat mereka pamit utk pertama kali, tidak ada yg percaya mereka benar2 sudah selesai. Semuanya menunggu dengan penuh antisipasi sambil teriak2, "We want more!" (duhh standar banget ya). Dan benar, mereka keluar lagi, lalu memulai beraksi lagi sekian lama. Suggs lalu memperkenalkan satu persatu personel Madness. Sebagai selingan tambahan, Suggs mengumumkan bahwa minggu ini Woody, drummer mereka, berulang tahun. Ia mengajak semuanya menyanyi "Happy Birthday to You". Lalu mereka pamitan lagi. Nah di kali kedua ini orang2 pada mulai percaya. Tapi ternyata... mereka muncul lagi! Suggs, dan beberapa yg lain, pakai handuk putih utk ngelap2 keringet. Habis itu bukannya disingkirkan, handuk tsb tetap dipakai Suggs di kepalanya, agak2 berusaha membentuk surban (*hint hint*). "NIGHTBOAT TO CAIRO!!" teriak orang2. Dan benar, lagu itu langsung dimainkan! Madness menyusul sbg lagu penutup. Setelah itu mereka benar2 berpamitan, "OK We've seen you, you've seen us. Let's see each other some other time!".

Lampu-lampu menyala, para penonton kelihatan basah karena keringat dan bir, rambut2 semua lepek kuyup ke bawah. Berjalan di dalam hall agak susah karena lantai lengket sekaligus licin di beberapa tempat. Peter bergabung dengan kami sejak "pamitan kedua" berlangsung, lalu kami bertiga berjalan menuju pintu keluar. Kami berpisah (sebab Peter naik sepeda), untuk segera menuju setopan Metro.
Beruntung, pertandingan sepakbola telah selesai, sehingga Metro tidak lagi dipenuhi para suporter dan fanatik Ajax. Namun, tak bisa dihindari, kami segerbong dengan sekelompok bapak2 Inggris penonton Madness, yg pasti sedang mabuk dan semuanya bermulut besar *sigh*.

Ah, senangnya akhirnya bisa nonton Madness, live! Secara keseluruhan, semuanya menyenangkan, enerji dan atmosfirnya bagus, meskipun agak terganggu dengan tumpahan bir dan bau asap rokok. 'Laporan' versi gambarnya ada di album ini.


Gambar: poster hitam-putih Madness yg adalah cover sleeve dari album Dangermen, salah satu desain T-shirt yg dijual malam itu (ukuran anak2) dan personel Madness dalam pose klasik mereka.

***jurnal ini dibuat utk Mas Chico, yg sempat jadi anggota fansclub-nya Madness di th 80an***


9 comments:

  1. WAAAAHHH!!! betapa beruntungnya MBAK!! hadu hadu...Mereka bikin album baru? Masih norak nggak? menurut majalah Q,mereka masih kocak2,tapi ada 2 personil yang keluar.
    Moga2 New Order (yang bikin album baru juga) mengikuti jejak rekan2nya ini..dan bikin tur di Singapur...AMIIIIN

    ReplyDelete
  2. Masih rada2 ngibing nih sampe sekarang.. heheh.. (Wkt konser di Amsterdam kemaren, yg nggak ada hanya Chrissy Boy)

    Album terbaru mereka "Dangermen Session". Musiknya bener2 ska (dibandingkan album2 lamanya) dan semuanya cover songs, bagus2. Kalo mau liat konser yg di Melkweg bulan Juli lalu, search aja di situs FabChannel itu, mungkin masih ada rekamannya.

    ReplyDelete
  3. hihihihihihi senang ya nonton konser. Itu 'we want more' kayaknya udah jadi 'mantra' buat 'gak mau rugi' dan kayaknya udah gak surprise lagi kalo di turutin. Yg surprise malah kalo gak diturutin dan si penyanyi kabur. *belon pernah seh* :p.

    ReplyDelete
  4. Titaaaaaw....
    Aku bacanya sambil ketawa-ketawa sendiri ngebayangin tingkah penontonnya..udah pada tua tapi tetep ngibing mode : on =))
    Madness nggak mungkin dateng ke Jakarta ya ? *sigh*

    ReplyDelete
  5. menurut mas-mu, yg kemaren sempat menelponku, nggak akan :( mereka ke US aja ogah, cuma mau main di UK dan bbrp tempat di eropa.

    *tambahan* liat2 dari email, katanya mungkin aja ke jepang masih mau chic.. (hureee! mau disusul ke sana? :D)

    ReplyDelete
  6. bener bangeett! makanya gue gak usah ikut2an teriak2, toh sama2 menikmati 'hasilnya'.. hehehe..

    ReplyDelete
  7. kadang ku berharap konser itu terjadi di indonesia....awwwhh...pasti ku akan menggila juga!

    ReplyDelete