Wednesday, January 23, 2008

The Grill, Bandung

Lokasinya, yang merupakan bagian dari satu seri ruko baru, memang biasa-biasa saja. Suasananya bahkan cenderung berisik dengan suara kendaraan, karena berada tepat di sisi keramaian jalan Dago. Tapi tempat ini menggoda untuk dimampiri, karena:
  • terlihat sekilas dari jalan terkesan bersih dan luas (meskipun tempatnya tidak besar), dengan interior yang simple sekaligus ramah
  • berjudul steak & burger, cukup bisa mengundang saya yg cenderung karnivora ini
Jadi tadi sepulang menjemput anak-anak dari sekolah, kami spontan mampir untuk ‘makan malam’ di sana. Ketika kami datang, belum ada pengunjung lain. Selang seperempat jam kemudian baru satu persatu meja terisi. Desain meja dan bangku kayunya lurus tegas, hanya berupa kotak persegi panjang yang rapih. Dinding berlapis batu yang dialiri air di bagian belakang dan beberapa vas tanaman berdaun lebar membantu membentuk suasana yang lebih asri.
Tadinya kami duduk di dalam, tapi anak-anak selalu mau lari-lari di luar, jadi akhirnya kami pindah ke meja terluar. Dari meja kami ke tempat parkir hanya berbataskan vas-vas tanaman, jadi anak-anak harus benar-benar diingatkan untuk tidak sembarangan berlarian ke jalan. Tepat di sebelah tempat makan ini adalah warnet untuk game, jadi banyak motor berseliweran, membuat kami makin was-was kalau tiba-tiba anak-anak memutuskan untuk melesat ke lapangan parkir. Untungnya mereka bisa tenang ketika makanan datang (kelakuan liar mereka memang biasanya bersumber dari rasa lapar).


ONION RINGS
Satu makanan pembuka datang dahulu: onion rings. Irisan bawang bombaynya berukuran pas, dan tepung yang membalutnya juga tidak terlalu tebal, tapi menutupi sekujur irisan bawang. Keseluruhannya crunchy, sekaligus ringan. (Ah, andai isinya irisan cumi segar dan bukan bawang bombay..) Onion rings ini dihidangkan bersama semangkuk kecil saus BBQ yang dipenuhi irisan bawang putih dan bawang bombay. Kejutan indah buat yang gemar bawang-bawangan!
Tambahan lagi, di sisi piring ada ‘buket salad’ mini: daun sla, irisan panjang paprika merah dan hijau, berlumur dressing ringan (rasanya mirip saus huzarensla buatan ibu saya yg terbuat dari leburan kuning telur rebus), diikat oleh satu ring bawang bombay. Tampilannya manis sekali.

FRIES + SAUSAGES
Berikutnya, datang makanan utama pertama: kentang goreng + susis punya Lindri (4 th). Memang standar, tapi justru di hidangan yang sepele ini kelihatan kepedulian si pemasak: pas/tidaknya struktur, kadar kematangan, dan juga presentasi keseluruhan hidangan. Kentangnya panjang bergelombang, renyah di luar dan empuk di dalam, seperti seharusnya kentang goreng. Susisnya susis sapi biasa yang berwarna kemerahan – yang sayangnya bukan jenis yang disukai oleh Lindri, jadi tidak dihabiskan olehnya. Tapi dua potong susis itu dikerat bersilang sepanjang ‘badan’nya, sehingga isinya menyeruak dengan ramai akibat digoreng. Menarik. Porsi ini juga dihidangkan dengan saus BBQ serupa. 


CLUB SANDWICH
Hidangan pesanan Dhanu (7 th) ini datang berbarengan dengan kentang goreng dan susis, didampingi juga dengan kentang goreng dan saus BBQ. Saya tidak sempat mencicip yang ini, sebab Dhanu kelihatan senang sekali dengan makanannya. Tumpukan tiga lembar roti ini diisi dengan bacon sapi dan irisan telur rebus di bagian bawah, dan grilled chicken fillet di bagian atas. Irisan sla, timun dan tomat menambah ketebalan roti bertingkat ini; siraman dressing ‘kuning telur rebus’ (dan mungkin saja ada mayonais dan saus tomat) menambah ramainya hidangan ini.

SPAGHETTI CARBONARA
Berikutnya, datanglah spaghetti pesanan Syb. Gundukan pasta yang sudah bercampur dengan saus cream dan irisan ham sapi itu dihias dua utas spaghetti yang disimpul sehingga membentuk semacam laso, yang didudukkan dengan tegak di puncak gunung pasta. Garam dan merica siap sedia, jadi dapat ditambahkan sesuai selera. Nah, hidangan yang ini sempat saya icip sedikit. Tekstur pastanya sesuai harapan, dan untaian spaghetti yang sudah rata berlumur saus carbonara ini memang berasa sekali creamy-nya, tapi yang dominan terasa di gigitan pertama adalah butter, lalu cheesy. Gurih!


STEAK A’LA DAGO
Pesanan saya datang terakhir, pasti karena persiapannya paling banyak. Di lembaran menu, banyak bahan disebutkan untuk hidangan yang satu ini – dan memang benar: piringnya penuh sekali!
Tiga potong Lyonnaise potatoes berjajar rapih di sisi piring, ditemani setumpuk tumisan sayur hijau (kailan?) di sebelahnya. Dagingnya sendiri berupa sirloin yang dibentuk pipih sehingga bisa ‘membungkus’ campuran bayam, mozzarella dan bawang putih di dalamnya. Bayangkan ‘lumpia’ berkulit sirloin dan berisi bayam, dibagi dua dengan diiris menyerong di tengah2nya. Lalu satu potong ditegakkan pada tengah2 piring, sementara potongan lain berbaring tenang di sisinya. Seperti itulah garis besar presentasi Steak a la Dago. Saus black pepper menggenang luas di sekitarnya, diwarnai dengan aksen putih (dari sour cream, bila tidak salah tebak) yang berzig-zag di tengah-tengahnya.
Bayam bungkus daging ini sama sekali tidak sulit dipotong, apalagi dikunyah. Tekstur dan rasa bayam yang lembut dikuatkan dengan tarikan mozzarella dan bawang putih panggang. Dibalur saus black pepper (yang masih bertabur serpihan kasar butiran black pepper), dan sour cream, suapan yang rasanya lumer di mulut ini memang membuat saya enggan berbagi porsi ketika Syb minta gilirannya untuk mengicip.  

Secara keseluruhan, makanannya memuaskan. Meskipun tempat makan ini masih relatif baru (baru sekitar dua bulan), pelayanannya sudah cukup baik, stafnya lumayan tanggap dan lamanya waktu menunggu hidangan pun wajar. Hanya saja minuman yang kami pesan kebetulan semuanya ‘buatan’, instan: lemon tea dari Nestea (utk anak2), dan orange & lemon squash kami hanyalah sirup jeruk dan lemon yang diberi soda. Oh ya, untuk harga, saya kira masih wajar. Kami makan berempat menghabiskan sekitar Rp130.000 (dan ternyata porsi saya yang termahal.. hehe).
Kemungkinan besar kami akan kembali lagi ke sini – untuk mencoba menu yang lain. Apalagi lokasinya dekat sekali dengan tempat kami tinggal, dan anak-anak sudah terbukti doyan dengan makanannya (hanya saja mereka perlu diingatkan terus soal berlarian di tempat parkir). Lain kali, kalau diniatkan ke The Grill lagi, bawa kamera, ah!

The Grill steak & burger
Jl. Ir. H. Juanda 342 D
Bandung
Telpon: (022) 250 0232
(Kalau dari arah bawah/Selatan, letaknya di sisi kanan jalan, di kompleks bangunan ruko pas sebelum belokan ke Jl. Kanayakan/Politeknik Manufaktur ITB. Kalau sudah lihat Borma di sebelah kanan, berarti sudah terlewat!)

58 comments:

  1. harus difoto ! penasaran sama steak ala dagonya

    ReplyDelete
  2. wah Tita, jadi penasaran sama penampakan Steak ala Dagonya...dari deskripsinya cukup heboh. Sirloinnya berarti cukup tipis sampe bisa membungkus bayam and friends?

    ReplyDelete
  3. Iya nih difoto dong. Dari tadi baca deskripsi aja udah membayangkan sambil nelan liur. Murah banget ya. Siennnyyyyyyyy minta diajak kesini jugaaaaaaa

    ReplyDelete
  4. Thanks reviewnya Ta. >:D<. Dah lama gak baca review bermutu. Kangen review2 model elo, Chica, Lita, ato Cindih yg descriptionnya hidup dan detail sehingga tanpa gambar pun dah terbayang2 :D.

    ReplyDelete
  5. Ta, dari deskripsinya aja dah bikin ngiler.. Enak
    Gimana kalau ada fotonya ya, bikin kalap mungkin

    ReplyDelete
  6. Iya ta, baca review loe aja jadi ngiler gw... ditunggu foto2nya yaaa...
    thx for the review... ;)
    btw, logo nya lutu ya... :D

    ReplyDelete
  7. foto... foto.... coba coba.... mau mau....... lapar..lapar..... ngacay!

    ReplyDelete
  8. yuk yuk chic, aku kalo motret pasti cemen :P

    ReplyDelete
  9. iya, pipihnya kurang lebih 6-7 mm lah. ahh pengen lagiii ;))

    ReplyDelete
  10. Hihi iya euy, waktu piring satu persatu disajikan, rasanya pengen pulang bentar ngambil kamera (tapi udah laper :P)

    ReplyDelete
  11. iya lutu, G kecil yg kebalik terus jadi kepala sapi! thx juga!

    ReplyDelete
  12. Kasian sapinya ... Korban pembantaian.
    Matanya keliatan sedih begitu .. :D
    Seakan dia berkata : WHY ME?

    ReplyDelete
  13. Yakin itu mata sedih? Sepertinya mata pasrah :)

    ReplyDelete
  14. wah beneran deh Ta, gue ngeces baca deskripsi steak-nya, apalagi pake diberdiriin segala? bayam? mozarela? bawang putih? Ooooooohhhhh....

    ReplyDelete
  15. Sepertinya patut d coba nih ntar pas k Bandung...heheheh....

    ReplyDelete
  16. wah boleh juga infonya, pas gw mo ke bandung nih

    ReplyDelete
  17. Mer, jadi udah tau nanti pas mudik mau makan di mana.....:))

    ReplyDelete
  18. Tita...aku link, buat bekel kalu kapan2 ke Bdg
    *tapi kapan ya...afra ujian SD feb-mei, aku ga bisa bergerak kemana2, tolooong*

    ReplyDelete
  19. bintangnya mana? lima kah atau empat kah? nanti klo ke bandung mampir ahh... :)

    ReplyDelete
  20. wooo.....nanti mampir ke sini ah kalo lagi *ngedrop sesuatu atau apa* ke rumah esduren.

    ReplyDelete
  21. lain kali ya, kalo ke sana lagi. sekarang pake gambar dulu :">

    ReplyDelete
  22. ini emang kombinasi yang *oohh.. banget! apalagi kalo ditambah roasted pine nuts.. OOHHHH...

    ReplyDelete
  23. jadi kapan nih broer? kita bisa pamer ke anin sesudahnya.. hehe.. *lirik2 anin

    ReplyDelete
  24. silakan dicoba, terus cerita2.. mungkin pengalamannya beda :)

    ReplyDelete
  25. children friendly! (anak2 itu tau nggak ya daging yg mereka makan itu dari si sapi lucu itu..)

    ReplyDelete
  26. dari lima bintang, saya kasih 4 atau 3,5 dulu lah, sampe at least 2x lagi ke sana. kita lihat konsistensinya.

    ReplyDelete
  27. sangat! dulu spot ini kan tempat nimbun sampah dan tempat parkirnya truk sampah. sejak dibuat jadi ruko, sampahnya pindah ke pasar simpang.. huehh..

    ReplyDelete
  28. ahh.. alesan! kemari sih kemari aja yuuk, ntar gue susul!

    ReplyDelete
  29. makanannya?

    saya kira tadinya the grill ini sekelas steak & shake atau obonk... taunya gaya banget!

    ReplyDelete
  30. huaaaa...murah steaknya :D
    gmbrnya bagus deehhh :)

    ReplyDelete
  31. Gambarnya kereeen! Gue malah lebih suka gambar2 + description elo daripada foto. Elo banget sih ;;).

    ReplyDelete
  32. makasiihh :)

    buatku, segitu itu harga average, masih bearable. dan.. what you pay is what you get pastinya, kan ada juga steak yg delapan ribuan ;))

    ReplyDelete
  33. Thanks Tita, bisa jadi rekomendasi buat bokap yang sedang kuliah di Bandung. Malam minggu biasanya bokap dan adek selalu makan malam yang itu2 aja (ihikk, Eastern lagi Tomodachi lagi :P). Apalagi beliau suka steak, thankss...
    dan sketsa deskripsi nya, seperti biasa .. luar biasa :) Walaupun hitam putih, tapi justru lebih menarik, auranya beda dengan foto.
    Terutama Club Sandwichnya, pas dibahas per layer, waow, 'arsitektural' banget.

    ReplyDelete
  34. haha.. kalo di desain produk itu judulnya "gambar ungkah", atau exploded view. biasa deh, kebawa2 sampe gambar2 makanan sekali pun.

    waah kalo setiap malem minggu harus eksplorasi bandung, mestinya banyak yg bisa dicoba tuh! doyan steak berarti udah ke tempat sebangsa swiss butcher, glosis dan tizi gitu ya? *laper lagi*

    and thanks for the flattering remarks :">

    ReplyDelete
  35. aduh..aduh...aduh....aduh.....duh Gusti....(nelangsa mode activated)

    CIK UENAK-E nang mBANDUNG YO? panganane kok UENAK-UENAK ngono yo?

    ndak usah spt yg sampeyan critain di atas: wong sama es campur+mie ayam kantin tubagus aja saya kuangennya ndak ron-karon (puingin mulih wae rasane....)

    ReplyDelete
  36. mbok yao cak, sisan reunian karo cak andar!
    suk nang kantin tubagus aaah.. *malah menyiksa*

    ReplyDelete
  37. Asikkkk malah digambarin!

    Lebih sip dari foto nih.

    ReplyDelete
  38. ooh tentu saja.. inget pas kita pada posting isi tas dulu itu? dasar gue males motret :P

    ReplyDelete
  39. aaahh...mbak titaaaa....awas yaaa...sama ave mau makan2 yaaa..mau nyirikin yaaa *melotot ke mbak tita dan siap2 'menerkam' ave*
    Tapi tampaknya menyenangkan dan enak tu restoran. Steak ala dagonya amit2 membuat ku mengiler tak henti2. Ini tu dulu lokasi apa ya?depan Bappeda itu bukan sih? *berusaha keras mengingat2*. Nanti pasti akan kukunjungi ketika aku mudik. Huh *gak mau kalah*

    ReplyDelete
  40. dulu sih kosong, cuma lahan gak jelas yg dipageri seng bergelombang, terus di depannya tertumpuklah sampah2 yg meluber hingga jalan dago.

    bappeda itu, naik dikit. nyaris di seberang hotel dago nggak jelas itu, yg 100rb/malem (si ika pernah nginep situ.. hihi.. gimana ka?)

    ReplyDelete
  41. Looks enticing...I've got to visit Bandung...:-)

    ReplyDelete
  42. yes, do! now that I'm back to my old self

    ReplyDelete
  43. wah... sketsanya keren taaaaaaa....

    ReplyDelete
  44. koreksi ibu tita..ttg Steak Ala dago,kentangnya bukan lionese potato tapi roasted potato.dan dagingnya bukan sirloin tapi tenderloin.but anyway thank you for recomend our cafe to public.We eager to serve you....!

    ReplyDelete
  45. terima kasih atas koreksinya.
    maaf, wkt nulis cuma modal bon sama keterangan di menu :)

    ReplyDelete