- terlihat sekilas dari jalan terkesan bersih dan luas (meskipun tempatnya tidak besar), dengan interior yang simple sekaligus ramah
- berjudul steak & burger, cukup bisa mengundang saya yg cenderung karnivora ini
Tadinya kami duduk di dalam, tapi anak-anak selalu mau lari-lari di luar, jadi akhirnya kami pindah ke meja terluar. Dari meja kami ke tempat parkir hanya berbataskan vas-vas tanaman, jadi anak-anak harus benar-benar diingatkan untuk tidak sembarangan berlarian ke jalan. Tepat di sebelah tempat makan ini adalah warnet untuk game, jadi banyak motor berseliweran, membuat kami makin was-was kalau tiba-tiba anak-anak memutuskan untuk melesat ke lapangan parkir. Untungnya mereka bisa tenang ketika makanan datang (kelakuan liar mereka memang biasanya bersumber dari rasa lapar).
ONION RINGS
Satu makanan pembuka datang dahulu: onion rings. Irisan bawang bombaynya berukuran pas, dan tepung yang membalutnya juga tidak terlalu tebal, tapi menutupi sekujur irisan bawang. Keseluruhannya crunchy, sekaligus ringan. (Ah, andai isinya irisan cumi segar dan bukan bawang bombay..) Onion rings ini dihidangkan bersama semangkuk kecil saus BBQ yang dipenuhi irisan bawang putih dan bawang bombay. Kejutan indah buat yang gemar bawang-bawangan!
Tambahan lagi, di sisi piring ada ‘buket salad’ mini: daun sla, irisan panjang paprika merah dan hijau, berlumur dressing ringan (rasanya mirip saus huzarensla buatan ibu saya yg terbuat dari leburan kuning telur rebus), diikat oleh satu ring bawang bombay. Tampilannya manis sekali.
FRIES + SAUSAGES
Berikutnya, datang makanan utama pertama: kentang goreng + susis punya Lindri (4 th). Memang standar, tapi justru di hidangan yang sepele ini kelihatan kepedulian si pemasak: pas/tidaknya struktur, kadar kematangan, dan juga presentasi keseluruhan hidangan. Kentangnya panjang bergelombang, renyah di luar dan empuk di dalam, seperti seharusnya kentang goreng. Susisnya susis sapi biasa yang berwarna kemerahan – yang sayangnya bukan jenis yang disukai oleh Lindri, jadi tidak dihabiskan olehnya. Tapi dua potong susis itu dikerat bersilang sepanjang ‘badan’nya, sehingga isinya menyeruak dengan ramai akibat digoreng. Menarik. Porsi ini juga dihidangkan dengan saus BBQ serupa.
CLUB SANDWICH
Hidangan pesanan Dhanu (7 th) ini datang berbarengan dengan kentang goreng dan susis, didampingi juga dengan kentang goreng dan saus BBQ. Saya tidak sempat mencicip yang ini, sebab Dhanu kelihatan senang sekali dengan makanannya. Tumpukan tiga lembar roti ini diisi dengan bacon sapi dan irisan telur rebus di bagian bawah, dan grilled chicken fillet di bagian atas. Irisan sla, timun dan tomat menambah ketebalan roti bertingkat ini; siraman dressing ‘kuning telur rebus’ (dan mungkin saja ada mayonais dan saus tomat) menambah ramainya hidangan ini.
SPAGHETTI CARBONARA
Berikutnya, datanglah spaghetti pesanan Syb. Gundukan pasta yang sudah bercampur dengan saus cream dan irisan ham sapi itu dihias dua utas spaghetti yang disimpul sehingga membentuk semacam laso, yang didudukkan dengan tegak di puncak gunung pasta. Garam dan merica siap sedia, jadi dapat ditambahkan sesuai selera. Nah, hidangan yang ini sempat saya icip sedikit. Tekstur pastanya sesuai harapan, dan untaian spaghetti yang sudah rata berlumur saus carbonara ini memang berasa sekali creamy-nya, tapi yang dominan terasa di gigitan pertama adalah butter, lalu cheesy. Gurih!
STEAK A’LA DAGO
Pesanan saya datang terakhir, pasti karena persiapannya paling banyak. Di lembaran menu, banyak bahan disebutkan untuk hidangan yang satu ini – dan memang benar: piringnya penuh sekali!
Tiga potong Lyonnaise potatoes berjajar rapih di sisi piring, ditemani setumpuk tumisan sayur hijau (kailan?) di sebelahnya. Dagingnya sendiri berupa sirloin yang dibentuk pipih sehingga bisa ‘membungkus’ campuran bayam, mozzarella dan bawang putih di dalamnya. Bayangkan ‘lumpia’ berkulit sirloin dan berisi bayam, dibagi dua dengan diiris menyerong di tengah2nya. Lalu satu potong ditegakkan pada tengah2 piring, sementara potongan lain berbaring tenang di sisinya. Seperti itulah garis besar presentasi Steak a la Dago. Saus black pepper menggenang luas di sekitarnya, diwarnai dengan aksen putih (dari sour cream, bila tidak salah tebak) yang berzig-zag di tengah-tengahnya.
Bayam bungkus daging ini sama sekali tidak sulit dipotong, apalagi dikunyah. Tekstur dan rasa bayam yang lembut dikuatkan dengan tarikan mozzarella dan bawang putih panggang. Dibalur saus black pepper (yang masih bertabur serpihan kasar butiran black pepper), dan sour cream, suapan yang rasanya lumer di mulut ini memang membuat saya enggan berbagi porsi ketika Syb minta gilirannya untuk mengicip.
Secara keseluruhan, makanannya memuaskan. Meskipun tempat makan ini masih relatif baru (baru sekitar dua bulan), pelayanannya sudah cukup baik, stafnya lumayan tanggap dan lamanya waktu menunggu hidangan pun wajar. Hanya saja minuman yang kami pesan kebetulan semuanya ‘buatan’, instan: lemon tea dari Nestea (utk anak2), dan orange & lemon squash kami hanyalah sirup jeruk dan lemon yang diberi soda. Oh ya, untuk harga, saya kira masih wajar. Kami makan berempat menghabiskan sekitar Rp130.000 (dan ternyata porsi saya yang termahal.. hehe).
Kemungkinan besar kami akan kembali lagi ke sini – untuk mencoba menu yang lain. Apalagi lokasinya dekat sekali dengan tempat kami tinggal, dan anak-anak sudah terbukti doyan dengan makanannya (hanya saja mereka perlu diingatkan terus soal berlarian di tempat parkir). Lain kali, kalau diniatkan ke The Grill lagi, bawa kamera, ah!
The Grill steak & burger
Jl. Ir. H. Juanda 342 D
Bandung
Telpon: (022) 250 0232
(Kalau dari arah bawah/Selatan, letaknya di sisi kanan jalan, di kompleks bangunan ruko pas sebelum belokan ke Jl. Kanayakan/Politeknik Manufaktur ITB. Kalau sudah lihat Borma di sebelah kanan, berarti sudah terlewat!)
harus difoto ! penasaran sama steak ala dagonya
ReplyDeletewah Tita, jadi penasaran sama penampakan Steak ala Dagonya...dari deskripsinya cukup heboh. Sirloinnya berarti cukup tipis sampe bisa membungkus bayam and friends?
ReplyDeleteIya nih difoto dong. Dari tadi baca deskripsi aja udah membayangkan sambil nelan liur. Murah banget ya. Siennnyyyyyyyy minta diajak kesini jugaaaaaaa
ReplyDeleteThanks reviewnya Ta. >:D<. Dah lama gak baca review bermutu. Kangen review2 model elo, Chica, Lita, ato Cindih yg descriptionnya hidup dan detail sehingga tanpa gambar pun dah terbayang2 :D.
ReplyDeleteTa, dari deskripsinya aja dah bikin ngiler.. Enak
ReplyDeleteGimana kalau ada fotonya ya, bikin kalap mungkin
Iya ta, baca review loe aja jadi ngiler gw... ditunggu foto2nya yaaa...
ReplyDeletethx for the review... ;)
btw, logo nya lutu ya... :D
foto... foto.... coba coba.... mau mau....... lapar..lapar..... ngacay!
ReplyDeleteyuk yuk chic, aku kalo motret pasti cemen :P
ReplyDeleteiya, pipihnya kurang lebih 6-7 mm lah. ahh pengen lagiii ;))
ReplyDeleteikut lageeee
ReplyDeleteAww makasih Ven :"> Makasih juga :D
ReplyDeleteHihi iya euy, waktu piring satu persatu disajikan, rasanya pengen pulang bentar ngambil kamera (tapi udah laper :P)
ReplyDeleteiya lutu, G kecil yg kebalik terus jadi kepala sapi! thx juga!
ReplyDeletemari.. mari..
ReplyDeleteKasian sapinya ... Korban pembantaian.
ReplyDeleteMatanya keliatan sedih begitu .. :D
Seakan dia berkata : WHY ME?
Yakin itu mata sedih? Sepertinya mata pasrah :)
ReplyDeletewah beneran deh Ta, gue ngeces baca deskripsi steak-nya, apalagi pake diberdiriin segala? bayam? mozarela? bawang putih? Ooooooohhhhh....
ReplyDeleteSepertinya patut d coba nih ntar pas k Bandung...heheheh....
ReplyDeletewah boleh juga infonya, pas gw mo ke bandung nih
ReplyDeleteMer, jadi udah tau nanti pas mudik mau makan di mana.....:))
ReplyDeletelogonya lucu....
ReplyDeleteiya... untuk steak checked!!! :D
ReplyDeleteTita...aku link, buat bekel kalu kapan2 ke Bdg
ReplyDelete*tapi kapan ya...afra ujian SD feb-mei, aku ga bisa bergerak kemana2, tolooong*
bintangnya mana? lima kah atau empat kah? nanti klo ke bandung mampir ahh... :)
ReplyDeletewah dekat rumah bandung! :D
ReplyDeletewooo.....nanti mampir ke sini ah kalo lagi *ngedrop sesuatu atau apa* ke rumah esduren.
ReplyDeletefotonya please Tita
ReplyDeletecool banget...
ReplyDeletelain kali ya, kalo ke sana lagi. sekarang pake gambar dulu :">
ReplyDeleteini emang kombinasi yang *oohh.. banget! apalagi kalo ditambah roasted pine nuts.. OOHHHH...
ReplyDeletejadi kapan nih broer? kita bisa pamer ke anin sesudahnya.. hehe.. *lirik2 anin
ReplyDeletesilakan dicoba, terus cerita2.. mungkin pengalamannya beda :)
ReplyDeletechildren friendly! (anak2 itu tau nggak ya daging yg mereka makan itu dari si sapi lucu itu..)
ReplyDeleteabis afra ujian kali ya..
ReplyDeletedari lima bintang, saya kasih 4 atau 3,5 dulu lah, sampe at least 2x lagi ke sana. kita lihat konsistensinya.
ReplyDeletesangat! dulu spot ini kan tempat nimbun sampah dan tempat parkirnya truk sampah. sejak dibuat jadi ruko, sampahnya pindah ke pasar simpang.. huehh..
ReplyDeleteahh.. alesan! kemari sih kemari aja yuuk, ntar gue susul!
ReplyDeletemakanannya?
ReplyDeletesaya kira tadinya the grill ini sekelas steak & shake atau obonk... taunya gaya banget!
huaaaa...murah steaknya :D
ReplyDeletegmbrnya bagus deehhh :)
Gambarnya kereeen! Gue malah lebih suka gambar2 + description elo daripada foto. Elo banget sih ;;).
ReplyDeletemakasiihh :)
ReplyDeletebuatku, segitu itu harga average, masih bearable. dan.. what you pay is what you get pastinya, kan ada juga steak yg delapan ribuan ;))
awww >:D< hihi thx ven :">
ReplyDeleteThanks Tita, bisa jadi rekomendasi buat bokap yang sedang kuliah di Bandung. Malam minggu biasanya bokap dan adek selalu makan malam yang itu2 aja (ihikk, Eastern lagi Tomodachi lagi :P). Apalagi beliau suka steak, thankss...
ReplyDeletedan sketsa deskripsi nya, seperti biasa .. luar biasa :) Walaupun hitam putih, tapi justru lebih menarik, auranya beda dengan foto.
Terutama Club Sandwichnya, pas dibahas per layer, waow, 'arsitektural' banget.
haha.. kalo di desain produk itu judulnya "gambar ungkah", atau exploded view. biasa deh, kebawa2 sampe gambar2 makanan sekali pun.
ReplyDeletewaah kalo setiap malem minggu harus eksplorasi bandung, mestinya banyak yg bisa dicoba tuh! doyan steak berarti udah ke tempat sebangsa swiss butcher, glosis dan tizi gitu ya? *laper lagi*
and thanks for the flattering remarks :">
aduh..aduh...aduh....aduh.....duh Gusti....(nelangsa mode activated)
ReplyDeleteCIK UENAK-E nang mBANDUNG YO? panganane kok UENAK-UENAK ngono yo?
ndak usah spt yg sampeyan critain di atas: wong sama es campur+mie ayam kantin tubagus aja saya kuangennya ndak ron-karon (puingin mulih wae rasane....)
mbok yao cak, sisan reunian karo cak andar!
ReplyDeletesuk nang kantin tubagus aaah.. *malah menyiksa*
Asikkkk malah digambarin!
ReplyDeleteLebih sip dari foto nih.
ooh tentu saja.. inget pas kita pada posting isi tas dulu itu? dasar gue males motret :P
ReplyDeleteaaahh...mbak titaaaa....awas yaaa...sama ave mau makan2 yaaa..mau nyirikin yaaa *melotot ke mbak tita dan siap2 'menerkam' ave*
ReplyDeleteTapi tampaknya menyenangkan dan enak tu restoran. Steak ala dagonya amit2 membuat ku mengiler tak henti2. Ini tu dulu lokasi apa ya?depan Bappeda itu bukan sih? *berusaha keras mengingat2*. Nanti pasti akan kukunjungi ketika aku mudik. Huh *gak mau kalah*
wah! harus dicoba!
ReplyDeletedulu sih kosong, cuma lahan gak jelas yg dipageri seng bergelombang, terus di depannya tertumpuklah sampah2 yg meluber hingga jalan dago.
ReplyDeletebappeda itu, naik dikit. nyaris di seberang hotel dago nggak jelas itu, yg 100rb/malem (si ika pernah nginep situ.. hihi.. gimana ka?)
yuk bert! *nimbrung aja :P
ReplyDeleteLooks enticing...I've got to visit Bandung...:-)
ReplyDeleteyes, do! now that I'm back to my old self
ReplyDeletewah... sketsanya keren taaaaaaa....
ReplyDeletemakasih, makasiiihhh :)
ReplyDeletekoreksi ibu tita..ttg Steak Ala dago,kentangnya bukan lionese potato tapi roasted potato.dan dagingnya bukan sirloin tapi tenderloin.but anyway thank you for recomend our cafe to public.We eager to serve you....!
ReplyDeleteterima kasih atas koreksinya.
ReplyDeletemaaf, wkt nulis cuma modal bon sama keterangan di menu :)