Wednesday, May 10, 2006

Sejarah Indonesia di Mata Komikus Belanda



Dari ketinggian langit, terlihat beberapa peti kayu besar berjajar
di tanah. Masing-masing peti berisi seekor harimau yang menunggu
kelanjutan jalan hidupnya melalui upacara Rampokan (= perburuan
harimau). Satu persatu peti-peti tersebut terdobrak terbuka, melepaskan
masing-masing penghuninya – sementara sebuah narasi menyebutkan nama
demi nama yg menokohi kisah ini – untuk memulai jalannya cerita.
Pandangan beralih dari lapangan tempat peti-peti tersebut berada,
menyapu ke arah pegunungan dan hutan di sekitarnya. Kala itu tahun
1946, ketika Hindia-Belanda baru saja mengubah statusnya menjadi
Indonesia; ketika terjadi banyaknya pergolakan militer dan aksi-aksi
perjuangan untuk menegaskan kedaulatan Indonesia. Di jalan pada sisi
gunung terlihat iring-iringan jip militer dan truk yang mengangkut
warga sipil Belanda dan Indonesia, termasuk wanita dan anak-anak. Di
suatu kelokan jalan, seutas tali ranjau telah menunggu.. dan jip
pertama terjebak dalam ledakannya!


Photobucket - Video and Image Hosting
Cuplikan dari Rampokan Celebes

Inilah awal dari sebuah
kisah berjudul “Rampokan Java” (1998), sebuah novel dalam gambar karya
Peter van Dongen, kelahiran Amsterdam th 1966. Kisah ini beranjut dan
berakhir pada seri kedua yang berjudul “Rampokan Celebes” (2004).
Selisih sekitar enam tahun antara seri pertama dengan seri kedua ini
benar-benar diperlukan Peter untuk mengumpulkan dan meneliti lebih
banyak data, baik dalam bentuk dokumen tertulis maupun foto, termasuk
juga perjalanan ke Indonesia, untuk melengkapi kisahnya. Dalam
pembuatan seri pertama pun, Peter membutuhkan setidaknya tujuh tahun
sebelum menyelesaikan karyanya. Namun kerja keras selama 13 tahun ini
tidaklah sia-sia. Meskipun mendapat banyak kritik, terutama dari para
sejarawan dan veteran yang mengalami sendiri masa pergolakan di
Hindia-Belanda antara th 1946 – 1950, “Rampokan Java” telah memperoleh
berbagai penghargaan tertinggi dalam bidang roman bergambar (graphic
novel) di Belanda dan Belgia. Peter van Dongen pun kerap memamerkan
karya yang digarapnya selama proses menyelesaikan kedua seri “Rampokan”
tersebut (seperti sketsa, desain tata letak, poster promosi, halaman
contoh, dan sebagainya), baik di Belanda sendiri maupun di Belgia dan
Perancis. Pameran karyanya tidak terbatas pada acara-acara komik
internasional, namun juga di berbagai galeri dan museum. Tidak hanya
berhenti di sini, “Rampokan Java” telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Perancis dan sedang dalam penyelesaian untuk versi bahasa Italia,
karena tingginya animo para pembaca di negara-negara tetangga Belanda
tersebut. Dengan sendirinya, “Rampokan Celebes” pun mendapat sambutan
serupa dan sangat dinanti-nanti oleh pembaca seri sebelumnya. Secara
tidak langsung, Peter van Dongen telah memperkenalkan (sejarah)
Indonesia di Eropa Barat dengan cara yang unik: melalui sebuah novel
bergambar.

Photobucket - Video and Image Hosting
Sampul majalah MYX yg memuat edisi khusus (berwarna) Rampokan Celebes. Beberapa lembar isinya bisa dilihat di sini.

Apakah yang dikisahkan dalam seri “Rampokan”?
Seorang
pemuda Belanda yang dilahirkan dan dibesarkan di Makasar, bernama Johan
Knevel, sempat dikirim kembali ke Belanda pada saat Jepang masuk dan
menduduki Hindia-Belanda. Kisah “Rampokan” dimulai saat Johan kembali
ke Indonesia sebagai tentara sukarelawan, dengan misi rahasianya:
mencari wanita yang mengasuhnya kala ia kecil dulu, bernama Ninih.
Selanjutnya dan hingga akhir, adalah petualangan Johan dalam usahanya
mencari Ninih. Dalam seri pertama, lokasi cerita adalah pulau Jawa dan
dalam seri kedua pulau Sulawesi.

Apakah arti judul “Rampokan”?
Istilah
“Rampokan” mempunyai dua makna; “perburuan harimau” dan “menyita benda
secara paksa”. Saya sengaja memilih judul tersebut sebab makna tersebut
dengan tepat menganalogikan makna yang lain dalam kisah ini.

Apakah kisah ini dikarang sendiri oleh Peter, dan apa yang memotivasinya?
Seluruh
kisah “Rampokan” adalah karangan Peter sendirim yang dibantu oleh
seorang teman dalam menyusun dialog dan mengedit teks. Motivasi Peter
membuat seri “Rampokan” adalah cerita-cerita dari ibunya. Waktu Peter
dan saudara2nya masih kecil dulu, ibu mereka sering bercerita tentang
tanah kelahirannya dan situasi di sana saat beliau tinggal di sana
semasa perang dan setelahnya.
[Ibu Peter lahir di Manado th 1941,
lalu dengan keluarganya pindah ke pegunungan semasa kependudukan Jepang
(sementara ayah dari ibunya tinggal di camp Jepang). Setelah masa
kependudukan Jepang berakhir, keluarga Peter kembali ke Ternate, lalu
tinggal di Makassar. Th 1951 keluarga Peter pindah ke Belanda.]

Cerita
sang ibu yang paling berkesan adalah ketika pada tahun 1950an beliau
harus mencari perlindungan di dalam rumah, karena serangan bom di
Makassar. Ibu bersembunyi di bawah meja, sangat ketakutan sambil
mendengarkan dentuman meriam, tanpa tahu ke mana peluru sebenarnya
disasarkan (dan ternyata salah satu bom jatuh di rumah tetangga!).
Terlahir
dan dibesarkan di Amsterdam, Belanda, Peter tidak pernah mendapat info
menyeluruh di sekolah mengenai Indonesia pada masa pendudukan Belanda.
Sehingga, waktu kecil Peter tidak pernah mendapat penjelasan mengenai
alasan atau kejadian pemboman yang dialami ibunya di Makassar. Baru
ketika menginjak usia 20 tahun, Peter memikirkan kembali mengenai tanah
kelahiran ibunya dan ingin mengetahui lebih banyak. Pada saat itu Peter
baru menyelesaikan cerita bergambar (cergam) berjudul “Muizen Theater”
dan hendak memulai dengan cergam yang lain. Masa lalu dan cerita-cerita
ibunya menjadi inspirasi utama bagi Peter untuk menggarap kisah
“Rampokan Java”.

Photobucket - Video and Image Hosting
Makassar, cetak saring karya Peter

Bagaimana Peter menghadapi berbagai kritik tajam yang menanggapi kisah “Rampokan”?
Berbagai
kritik adalah wajar bagi Peter, karena setting waktu yang ia pilih
dalam kisah ini adalah masa sensitif di Indonesia kala itu, di mana
status Indonesia sebagai negara berdaulat sedang diuji. Melalui riset
yang mendalam dan menyeluruh, Peter mengambil detail sebanyak mungkin
berdasarkan fakta pada masa itu – terutama jenis kendaraan, pakaian,
berbagai elemen dalam kota atau desa atau hutan, dan, yang paling
menarik bagi Peter, gedung dan arsitektur pada masa itu. Sejarah hanya
saya pakai sebagai latar belakang cerita fiksi yang saya karang dan tak
lebih sebagai pendukung proses kreatif, yang hasilnya tak berbeda dari
novel, hanya saja berbentuk gambar dan dialog bersekuel.

Gaya gambar Peter sangat meningatkan pada seri Tintin karya Hergé.
Peter
sangat mengagumi karya-karya Hergé dan dengan sendirinya mengadaptasi
gaya gambarnya ke dalam karya-karya saya sendiri. Seri Tintin menjadi
sukses juga karena perhatian dan detail yang dicurahkan Hergé ke dalam
gambarnya; ia juga melakukan riset yang mendalam untuk setiap seri
Tintin yang dibuatnya. Hal ini, dan juga ketekunannya, sangat menjadi
inspirasi bagi Peter.

Secara teknis, bagian mana yang paling sulit dalam pembuatan seri “Rampokan”?
Untuk
“Rampokan Java”, seluruhnya dibuat secara manual oleh Peter. Dari
sketsa, kotak-kotak pembatas, hingga pewarnaan (dual tone). Peter harus
memotong sendiri kertas film dengan cutter, satu persatu, untuk membuat
separasi warna. Ia menghabiskan dua bulan penuh hanya untuk menggarap
pewarnaan seri pertama ini. Untuk “Rampokan Celebes”, seluruh pewarnaan
menggunakan komputer. Selain karena adanya tenggat waktu, juga karena
warna-warna pada seri ini adalah datar dan tak bertekstur, maka
pewarnaan dengan menggunakan komputer dapat mencapai hasil serupa
dengan pewarnaan manual.

Setelah seri “Rampokan” ini selesai, apakah ada rencana untuk novel bergambar selanjutnya?
Peter
memastikan akan membuat karya berikut, hanya belum memastikan topiknya,
meskipun sudah banyak ide terkumpul di benaknya. Yang jelas, karya
berikutnya masih akan bernafaskan masa Hindia-Belanda. Sebab tema ini
yang akan selalu ada dalam hatinya, dan masih akan terus menarik
baginya, yang juga ia akui sebagai akar/ latar belakangnya. Ini
penting, sebab seseorang harus selalu berkarya dari lubuk hatinya,
dengan jujur dan penuh dedikasi.

Photobucket - Video and Image Hosting
Sampul Rampokan Celebes

Rampokan” mendapat sambutan
positif dari pembaca berbahasa Perancis dan Italia. Apakah ada rencana
ke arah penerbitan “
Rampokan” dalam bahasa Indonesia?
Pada salah
satu pameran karya-karya Peter di sebuah galeri di Amsterdam, direktur
Erasmus Huis Jakarta datang berkunjung dan menyatakan berminat untuk
menggelar pameran ini di Jakarta. Rencana ini tentunya disambut dengan
baik oleh Peter. Selama ini Peter sudah menerima berbagai reaksi
positif dan antusiasme dari anak-anak muda Indonesia yang sangat
beminat untuk menikmati seri “Rampokan” secara menyeluruh. Jadi menurut
Peter, pameran di Jakarta akan menjadi pemicu yang sangat baik untuk
memperkenalkan seri “Rampokan” ke masyarakat Indonesia.

Berdasarkan pengalaman berkarya selama ini, adakah yang hendak disampaikan kepada para komikus muda?
Percayalah
pada tingkat kemampuanmu sendiri. Di masa kini, semua gambar memang
dapat dikomputerisasi, namun hal ini dapat dilatih dan siapapun dapat
mengerjakannya. Yang terpenting adalah orang di belakang komputer
tersebut. Jadi adalah sangat penting untuk mempelajari berbagai teknik
manual dan mengembangkan gayamu sendiri, tetap tekun dan terus berusaha
menghasilkan yang terbaik.

Photobucket - Video and Image Hosting
Ilustrasi yg dijadikan lembar2 promosi pada pameran Peter van Dongen di Jakarta dan Yogyakarta

Tita, 19 April 2005

PS: Seri Rampokan Jawa telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia pada bulan September 2005, peluncurannya berbarengan dengan pameran Peter van Dongen dan Rekan2 Komikus Indonesia di Erasmus Huis Jakarta.



6 comments:

  1. saya sudah baca ini,, ceritanya menarik,, dan awalnya sempat ragu2 mau beli krn mahal haha,, 75000 buat komik setipis asterix!

    ReplyDelete
  2. dmana beli rampokan celebes? di aksara kemang cuma ada rampokan java,, makasih ya!

    ReplyDelete
  3. rampokan celebes baru ada versi belanda dan perancis; sepertinya belum masuk indonesia. coba kontak toko/galeri komik lambiek (amsterdam), di bagian pemesanan .. mungkin mereka bersedia mengirim ke indonesia(?)

    ReplyDelete
  4. oh di Aksara udah ada, Beli ah kalau ke Jakarta

    ReplyDelete
  5. hmmmm, bisa kasi saya info tentang karakteristik komik belanda gak?? beserta jenis2nya......tolong dunk!!
    thx u!!:-)

    ReplyDelete
  6. hmmmm, bisa kasi saya info tentang karakteristik komik belanda gak?? beserta jenis2nya......tolong dunk!!
    thx u!!:-)

    ReplyDelete