Friday, August 25, 2006

Farewell, Professor!



Friday afternoon, 14:50 Netherlands time. Motul sent me a pm: Prof. Sudjoko passed away. So sudden; no sign, nor preliminary news beforehand. I browsed rightaway the Alumni Seni Rupa ITB mailing list; there are three posts asking for confirmation of this rumor. Furthermore, Motul (who heard additional news from an 89 alumni) said that indeed nobody knew about it; he was found by his neighbours, already three days gone (therefore, at present, is being investigated by the police). How sad.

People might be familiar with his articles in Kompas, usually discussing the use of Indonesian language. There's humour in his article, however bitter. He was also very active in our mailing list, mostly 'pulling our ears' to see the other side of any news, which often roused controversies - even anger - from other members. He used to send emails to the editors of newspapers, such as de Volkskrant, to inquire terms in Dutch language he found in that paper that he's not familiar with. Old as he was, he never stopped learning.

He used to be our lecturer in the History of Asian Culture class, which started at 07:00 in the morning. Of course some of us came late and missed the attendant list; those he didn't hesitate to nag in front of the whole classroom - even in front of the whole students who happened to pass by the lecture building. He was famous, sure, for his style of being very rude and stern, although I was sure he meant that for something. I, by the way, hardly ever get nagged because I was among the nerds who were very discipline and turned in our assignments on time and all. But facing Prof. Sudjoko, one can either turned to disilke him, or to take a positive side of his rudeness, or both.

Anyhow, I'll continue this journal after I receive further and clearer news about his passing.
In the meantime, I just pray for his soul to have a good rest.

============================================
Saturday morning..

I checked Kompas online and found an orbituary page: Prof Dr Sudjoko Ditemukan Meninggal. Posts in mailing lists of ITB lecturers and Product Design alumni added to the information about a last salute in ITB and his burial. It's time to move on - still keeping in mind values that he actually taught us. The last e-mail I received from him (dated Aug 20, perhaps one day before he's gone) was about a Mozart concert in Beijing by Lang Lang (a pianist), that was broadcasted by Metro TV. His email, like many others, was sent to many people, contained images and midi files. He used to tirelessly remind us, alumnis of an art & design school, to include images in our email. He used to be very actively involved ITB choir and film community, all which only confirm his commitment to enrich our cultural insights.

What I'm going to write here is our contact during my stay in The Netherlands. Around the end of 2001, he mailed me, asking me to track down a long-lost friend of his: Sie Hauw Tjong (a fellow ITB art student, who departed to The Netherlands perhaps in the 50s). During the search, I found instead Thé Tjong-Khing, also a former ITB art student, who now resides in Haarlem and is a reknowned illustrator. Pak Khing informed us that Sie Hauw Tjong has passed away years before. Pak Khing, whom we also learn a lot from, lent me several old photographs from the days when he was studying in Bandung (see my journal about Pak Khing here and here). I scanned them and sent them to Prof. Sudjoko, who became very delighted and started telling about those days (also to Pak Khing, despite the fact that Pak Khing can no longer speak Indonesian as good as we do).

2002 was the year that VOC had its 400th anniversary. I went to the Scheepvaart museum in Amsterdam to gather some materials concerning the VOC commemoration for Prof. Sudjoko, for he's known to be very interested in history. I had my sister take these materials (booklet, poster, etc.) to Bandung, where a person (Prof. Sudjoko's acquintance) supposed to deliver the package to him. I didn't know wheter he ever received it.

Much later, he was still active in a couple of mailing lists. I just did a search in my mailbox using the keyword "Sudjoko", and there they are: emails of images, news, encouragement, etc. - mostly sounding out humanity, all in Sudjoko style. I'll end this entry by listing some lessons I learned from his lifestyle:
  • Write and read properly, in any language. Especially in Indonesian, because that's our national language (eventhough it's not everyone's mother tongue), and also in English, since it is, for now, an absolute access to information and international relationship.
  • Be humble. Never act as if you're higher than other people only because you're older, more fortunate, or have a higher academic degree. Express it in your gesture, body language, and acts.
  • Never stop learning, don't hesitate to ask questions, however simple, to improve your knowledge.
  • Keep a cool head in a heated discussion, while still being recourseful.
  • Never lose your sense of humour.

Farewell, Professor. I'm sure your spirit and good deeds will be continued by those who have known you.


Klipping:
- Pikiran Rakyat (Sat 26 Aug):
Budayawan Keras Itu Telah Berpulang
- Detik.com (Sat 26 Aug): Profesor ITB Ditemukan Meninggal Setelah 4 Hari
- Kompas (Wed 6 Sept): Sudjoko yang Lurus dan Khas

Image: Map of Batavia from around 1642, graph of Mattheus du Chesne, KITLV - among the 400-year VOC commemmoration documents. Source:
VOC Kenniscentrum, KITLV

Copy of Prof. Sudjoko last email that I received (it was sent to several recipients):


-----Original Message-----
From: Sudjoko [mailto:djokojls@bdg.centrin.net.id]
Sent: Mon 8/21/2006 8:42 AM
Subject: Di Forbidden City

(foto Lang Lang)
Lang Lang, pianowan

Siang ini, 21 Agustus 2006, jam 14.05
Siaran Ulang Metro-TV: MOZART DI BEIJING

Pokoknya SUPER deh!

Arek2 di Kompas mbok ya
bikin rekaman VCD-nya
(lebih cepat, minta salinannya dari METRO-TV)

mbak Sofia gimana? Bisa bikin VCD-nya?
lantas kirim sekeping kepada saya, hehehe!











30 comments:

  1. Tita, Prof termasuk akademisi sejati ya :) turut berduka juga...

    ReplyDelete
  2. Ihik, berita sedih yah Ta. :(

    ReplyDelete
  3. thanks sin, ven :( iya abisnya mendadak banget. tadi abis ceting ama temen2, katanya beritanya udah masuk tv. beliau itu tokoh legendaris banget..

    ReplyDelete
  4. About 'Pulling Ears'..jadi ingat Seblue pernah diomelin soal Bahasa Inggris di milis Produk ITB =)) Pingin ketawa kalau ingat ulah Pak Djoko dari jaman kuliah sampai akhir hayatnya. Ingat hobby beliau mengomeli sekelas, ingat beliau marah2 karena "Punya buku kok nggak lecek! Buku itu harus lecek, tandanya digunakan!".Ingat penampilan beliau dengan Hemd yang dikancing tidak sejajar, kerah baju naik sebelah, dan satu kaki celana masuk ke sepatu boots, satu lagi di luar. Dan yang paling ingat kiriman2 beliau di mailing list yang isinya 'dahsyat'...Tapi, mendengar beliau nggak ada, kok rasanya sedih ya, apalagi, sedihnya kok meninggal dengan cara misterius begitu...Minggu kemarin masih mengirim foto bule2 ikut lomba makan krupuk 17 Agustusan ke Milis!

    ReplyDelete
  5. Iya ya MakPlon.. Lumayan banyak euy 'catchphrase' dari beliau, "Katanya mahasiswa! Tapi kok gak pantes menyandang maha!". Trus kalo ngomelin kita di Oktagon, dianya sambil jongkok dan nuding2 ke seluruh kelas.

    ReplyDelete
  6. Iya ya Plon...untung gue juga ngga pernah diomelin beliau. Kayaknya beliau nggak tega ya marahin cewek! Gue gak inget siapa tuh yang gue tulis dimarahin gara2 bukunya masih 'alus', tapi kata2nya itu lho nggak lupa! Ngomong2 beliau tuh ditemukan dalam keadaan gimana sih? Terluka? Mencurigakan? Gossipnya atuh...

    ReplyDelete
  7. Blom dapet gosipnya lagi nih.. masih nunggu kabar dari temen2 yg di Bandung (Pan, lanjut Pan!) Tapi ya kasian aja, krn bener2 sendirian, baru ketauan ama tetangganya belakangan ini :(

    btw, si Alex pernah kok diomelin gara2 absen di depan Oktagon (*lirik ke Alex*), sampe merah mukanya, soalnya beliau jadinya juga ngomel2in siapapun yg lewat situ.. heheh..

    ReplyDelete
  8. Oh, ternyata teori gue salah! Soalnya di angkatan gue ceweknya gak ada yang pernah dimarahin Pak Djoko, mungkin karena kita pada 'pinter', mending bolos daripada telat. ;P
    Ih, serem juga ya gossip Pak Djoko...mungkin karena beliau bergaulnya terlalu 'merakyat'? Eh, belum tentu juga kan meninggalnya bukan natural causes...(Menunggu gossip selanjutnya!)

    ReplyDelete
  9. turut berduka cita..aku termasuk rajin membaca artikel beliau di Kompas.

    ReplyDelete
  10. Si bapak ini walaupun terkenal nyeleneh bin eksentrik tapi beliau tetap punya sisi2 lembutnya koq. Gue inget banget waktu gue lagi bikin paper, Pak Djoko yang meriksain. Dan..... tentunya semua hasil karya gue dipenuhi dengan komentar2 dan catatan2 pinggir dengan tinta merah, bukan karena karya tulis gue kurang 'mendalam' tapi karena susunannyalah yang tidak seragam (Alinea 1 dan alinea 2nya ngak sinkron atas bawah, pembagian kolom yang tidak rata kertas dan lain2). Pokoknya gue disuruh ngulang lagi ngeberesin dari awal sampai akhir.

    Walhasil, gue kelimpungan kagak tahu musti gimana secara gue saat itu masih gagap dengan WordPerfect ataupun MicrosoftWord. Setelah beberapa minggu paper gue dibalikin terus dengan catatan: Rapihkan lagi! Akhirnya gue nyerah dan gue samperin tuh Bapak sambil memasang wajah memelas karena emang ngak ngerti musti digimanain lagi tuh paper. Rupanya si Bapak entah kasihan entah udah bosen ngelihatin gue bolak balik mulu minta dijelasin cara make program WP. Akhirnya si Bapak rela mengajarkan gue secara PRIBADI lewat telepon sampai selesai. Kira2 ada ngkali ngomong ampe 20 - 30 menitan. Akhirnya paper beres dan kita ngobrol (mungkin lebih tepatnya si Bapak lagi berasa kesepian jadi akhirnya dia ngobrol tentang kebudayaan Cina, Plato dan Socrates)

    Waktu itu bahkan gue ngejanjiin mau ngasih dia buku "Joyluck Club"-nya Amy Tan, karena dia belum baca. Namun karena kesibukannya gue kagak pernah ketemu si Bapak lagi. Waktu gue ke rumahnya, di rumah ngak ada orang, cuman buku2 berserakan dimana2. Sejak itu gue ngak pernah kontek2an lagi ama si Bapak, sibuk dengan dunia masing2.

    Sekarang denger kabar menyedihkan dan mengagetkan tentang si Bapak bikin gue menyesal kenapa waktu itu gue ngak kirim aja tuh buku lewat pos. Ihik.....ihik........

    ReplyDelete
  11. Wah, ta, gua baru denger euy. It's sad to lose somebody that had a lot of influence & impact of many people's live.

    Dia termasuk dosen yang bikin gua jadi lebih merhatiin detail tulisan Indonesia & Inggris gua buat sesuatu yang serius, bikin lirik lagu gua jadi lebih mendingan, baca kontrak jadi lebih teliti & ga gampang dikibulin, nulis TA jadi lebih berstruktur...hahaha..

    Gua inget, gua kepaksa masuk biar telat juga, soalnya gua mg dpnnya udah cabut keluar, jadi gua bawa surat buat minta ujian awal...khekhekhe.. trus diomelin, trus anak-anak laen jadi kena.( Hope they don't hate me fer dat kiqkiqkiq). Emang gua bego sih, is, ga sepinter cewe-cewe angkatan lu. Laen kali gua harus belajar lebih baik sama senior yah! hahahahah Akhirnya gua ga dikasi ujian awal, padahal gua ada surat kalo gua emang diharuskan pegi ke luar negeri taking care couple of things yang urgent & gua dibikin nangis(drama queen abees!). Tapi semester depannya gua seminar ama dia, biar lama, I scored ace! Guess I'm not that dumb afterall...Hahahaha.....trus jadi sempet musuhan ama Iweng, soalnya si Iweng pake toa teriak-teriak," Si Alex lunch bareng ama Pak Djoko jadi dapet A", hahaha.... enak aje, toket si Ria lebih gede dari punya gue & I'm not that low la yaw. Padahal yang lunch bareng semua anak yang ikut seminar sama dia (Tanto, Ria & satu lagi gua lupa) kecuali gua ma Iweng. See? He's not that rude, he took all the kids to lunch! How cool could that be? (despite the horrendous fashion statements..hahaha)

    Tapi gua ngakuin kalo dia emang jadi lunak ama murid-murid yang doyan ngulik bahasa juga. Gua inget semua ujian kita ga ada yang tentang sejarah Seni Rupa. Tapi bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ada ujian kosa kata, disitu kita harus mendeskripsikan apa artinya. One word I really remembered "menatingkeskul", that made me laugh my ass off. He's like a walking thesaurus dictionary. Well, I'm really grateful that he was the one who made the one thing in my life which I'm really passionate about (making lyrics) turned into something more cool, making myself stoked & proud. So for you Your Majesty of Idiosyncratic Words and Cool Idioms and those about to Rhyme, I salute You!

    \M/

    ReplyDelete
  12. I saw the movie, it made me cry walaupun berkali-kali gua tonton...heheheh

    ReplyDelete
  13. Tita,

    Turut berduka yah buat kepergian Professor-mu. Guru2 yang galak memang seringkali ditakuti dan dihindari wkt kita masih di-ajar, tapi cenderung memiliki kesan mendalam ketika kita sudah lulus dan semakin dewasa yah.....

    ReplyDelete
  14. Hallo Alex! pakabar? Siapa lagi yang bilang loe bego...gue juga kan menulis 'pintar' pake tanda kutip...kalau ditelaah lebih lanjut kan artinya bisa jadi: 'malas' (kok jadi bergaya pak Sudjoko nih :))
    Kalau diomelin massal sama Mr. Sudjoko mah kayaknya semua udah pernah kena ya...Gue inget diangkatan gue tuh kita akhirnya jadi rajin bangun pagi karena ngga sabar ingin menghadiri 'hiburan pagi': hari ini Pak Djoko ngomel soal apa lagi ya? Nah, kan, sakit semua angkatan gue, malah pingin nonton orang ngomel pagi2! Soalnya kata2 dalam omelannya itu lho yang 'dahsyat', bikin pingin ketawa melulu...

    ReplyDelete
  15. lha iya, orang sampe dapet julukan "sudjoker" dari temen2 gue.. :P

    ReplyDelete
  16. "Sudjoker" emang cocok bener ama beliau ya Plon! :D Kalau baca tulisan beliau di Kompas, kita bisa merasakan 'bobot' beliau yang sebenarnya, padahal sehari-hari membaca kiriman2 beliau di milis serasa 'hiburan', karena bikin cengar cengir bacanya..mungkin kita nih termasuk yang beruntung karena sempat mengenal sisi beliau yang 'behind the screen': eksentrik,tukang ngomel,tukang 'menjewer' orang...tapi tetap aja mendengar berita bahwa beliau telah pergi, rasanya sedih juga ya...seriously!

    ReplyDelete
  17. Turut berduka juga, meski sy sendiri kok agak kurang familiar sama beliau (jarang baca Kompas soalnya he...he...). Tadi saya sempet googling sebentar, ada banyak artikel terkait beliau. Persis dgn yang diomongin temen2 diatas.

    ReplyDelete
  18. Peter: trims.. emang yg galak2 gitu justru nyangkut di memori, dan makin tua (mestinya) kita makin ngerti kenapa dan maksudnya apa mereka gayanya begitu :)

    Mas Hady: terima kasih :) Saya juga jadi cari2 tulisan2 beliau yg terbit belakangan ini.

    ReplyDelete
  19. Ugh! Baca judulnya sekilas, kirain ngobrolin professor yang mana... eh taunya... profesor eksentrik kita yang satu itu...

    Kebetulan di milis SR '92 juga si Ple mengkonfirmasi berita duka ini, tapi versi nya Tita lebih komplit... Yang lucu, baru bbrp hari lalu tiba-tiba aja kepikiran soal pak Sudjoko ini...

    Yah pak, we'll surely miss you... =(

    ReplyDelete
  20. Hihihi.... Hai hai jeng! Pakabar juga! Eh... sori hihihi...maksud gua, gua bego harusnya emang kalo dah telat, pura-pura diperban aja sekalian..... hihihi... trus memelas bilang hari itu ketabrak spion truk jadi tangannya kecelitet trus jadi dikasi ujian awal. Tapi kayanya ga mungkin he buy that ya....khahahahaha....

    ReplyDelete
  21. eh iya sih, gue pernah kehilangan profesor pembimbing (2 th yg lalu, ketulis di jurnal ini). ternyata judul entry-nya mirip..

    ya emang ini berita kaget, apalagi tgl 21-nya pak djoko masih kirim2 email (yg terakhir itu sampe gue copy di atas) :(

    ReplyDelete
  22. thanks buat postingnya, Tita. ah.. pak Djoko.... aku kaget banget juga dapat email ttg meninggalnya beliau. aku baru mau nulis sesuatu ttg hal ini.... tapi masih belum2 juga..... keduluan sama Tita...

    ReplyDelete
  23. Hahaha...gue yakin sih sebenarnya he'd bought it, just wouldn't want to admit it =))

    Plon, tah, gambar kuna-nya cocok bener dengan imej beliau...heybat! :)

    ReplyDelete
  24. ayolah mer tulis, pasti ada kenangan unik juga :)
    aku baru tau kemaren bahwa ada kakaknya ibuku yg ternyata kenal sekali dgn keluarganya pak djoko, karena ketika tinggal di bandung dulu, bude mondoknya di rumah ibunya pak djoko.

    ReplyDelete
  25. tadinya mau pasang foto beliau - itu loh, yg suka dilampirkan di email2nya yg ke volkskrant atau temen2nya di belanda. tapi leungit euy. ya udah cari yg kira2 cocok aja :)

    ReplyDelete
  26. e-mail yang tujuannya ke mana, sampainya ke mana itu yah? hihihi..Sayang gue males sih downloading foto2 dari e-mail beliau, dan biasanya setelah dibaca ta del aja biar gak menuh2in mailbox. Kalo mau poto beliau kali di search ke milis aja, siapa tau ada email dengan foto beliau nyasar ke sana...cuman cape banget kali ya :)

    ReplyDelete
  27. Solemly bow down by his passing, I read the news...in...I think a newspaper someone left on a desk last week. I never knew him in person but heard a lot about him. I remember reading his "reviews" of movies, serious ones of course, and drama plays in Bandung. He was also a rare model of ITB lecturer that I'd like to see today. We certainly losing another good friend and teacher......my condelences. salam kenal, Rendy.

    ReplyDelete
  28. thank you. our loss here is virtually irreplaceable. salam kenal juga, tita

    ReplyDelete
  29. Jiwa pengajarnya terasa mba tita, maaf baru membaca, semoga pak Djoko dimudahkan dan diberi ketenangan di alam sana.
    kalau membaca tulisan di atas ternyata seorang dosen itu kadang sangat berarti yach bagi mahasiswanya.

    ReplyDelete
  30. Just made a comment in my daily quiz and put in good words about him, and found out he had passed away.

    Terima kasih atas tulisan anda yang mengingatkan kembali gaya beliau di ruang kuliah.

    ReplyDelete