[Di-post di milis Jalansutra, 11 Juli 2007, msg #71265]
Begini ini kalau di Bandung sebagai pendatang; nama-nama lokal jadi tersamar, apalagi kalau cuma mendengar dari omongan teman yang logat Sundanya lekoh sekali. Jadi ketika janjian untuk pergi bareng ke Situ Patengan, saya kira namanya Situ Patenggang. Tapi ternyata, dua-duanya benar! Di peta tertulis "Patenggang". Ah, apapun namanya, yang dimaksud adalah danau yang sama, yang terletak di 'ujung' Ciwidey.
Kenapa 'ujung'? Karena sebelum tiba di Situ Patengan, di sepanjang perjalanannya kita akan melewati obyek-obyek wisata lain, antara lain Kawah Putih dan Ranca Upas (bumi perkemahan, pemandian air panas dan penangkaran rusa), dan hamparan kebun strawberry "petik sendiri" di kiri-kanan jalan.
Kembali mengenai Situ Patengan. Dari kota Bandung menuju Ciwidey, harus melewati Kopo yang terkenal macet. Meskipun kira2 seminggu yg lalu - saat kami ke sana - bukan akhir pekan, namun liburan sekolah masih berlangsung (dengan konsekuensi penuhnya tempat-tempat wisata), jadi kami sepakat untuk menghindari Kopo. Lewat tol keluar Bandung, masuk ke Cimahi, lewat Boras, hingga sampe ke Soreang. Dari sana langsung naik ke Ciwidey. Memang agak memutar dan berbelok-belok, tapi setidaknya mobil bisa bergerak terus, tidak terpaksa berhenti di tengah padatnya lalu lintas. Misi hari itu, antara lain: menjemput anak laki2 kami (6,5 th) yang sedang melangsungkan program hari terakhir kelompok camping-nya di daerah tsb. Sementara teman2 seperjalanan saya memang hanya niat main saja di sana.
Setelah melewati jalanan antar kota, jalan desa, stop di warung untuk beli mie instan, kebun2 strawberry, lalu lanjut naik gunung dan tebing berbelok2 curam, akhirnya tibalah kami di tempat tujuan. Tidak jauh setelah kebon teh Waliman terlalui (dan setelah membayar bea masuk mobil + orang di gerbang depan), jalanan beraspal menyempit dan menggelap seperti direngkuh teduhnya pepohonan liar di sekitarnya.. lalu tiba2 membuka 'tirainya' untuk memperlihatkan pemandangan luas yg terhampar di depan: Situ Patengan!
Mobil terus melaju turun mendekat ke danau. Terdapat tempat parkir yang luas, beberapa villa yang bisa disewa, dan pasar/ kios2 penjual berbagai barang hingga makanan. Di sini, udara terasa jauh lebih segar dibanding di kota, dan suhu pun lumayan dingin. Angin yang hari itu cukup kencang bertiup menambahkan sensasi "liburan di gunung" bagi kami.
Oke, mulai angkat2 barang dari bagasi! Ransel yang saya gembol sudah penuh berisi baju ganti si kecil (3,5 th) yg juga ikut, biskuit dan jus favorit dia, plus kue2 kering. Tangan yg masih bebas membawa kantong plastik besar berisi (lagi2) makanan kering dan peralatan makan (sendok, garpu, piring dan mangkuk plastik). Satu teman menenteng wadah air galonan yg masih terisi kira2 sepertiganya, plus tenda. Teman lain menggotong kompor gas kecil dan panci. Seperti mau camping, ya? Memang!
Benar saja dugaan kami, meskipun waktu itu hari Kamis, Situ Patengan penuh pelancong! Apalagi di tempat parkir tadi kami lihat ada 10 bis yg rupanya membawa siswa2 IPDN berwisata ke sana. Dari tempat parkir ini, orang bisa berjalan sepanjang daratan lebar yang sepertinya menjorok ke 'tengah' danau.
Kami berjalan ke arah ujung daratan yg paling jauh dari tempat parkir, ke titik yang dijanjikan seorang teman lain, yg memimpin camp putra kami di sana. Dengan segera kami menemukan kelompok camp tsb, yang sedang ramai mengadakan game high rope dan flying fox. Pohon2, kontur alami dan proporsi antara tanah dan air danau di sana rupanya sangat cocok untuk permainan2 ini, sampai2 sepertinya tatanan alami ini memang sengaja menyediakan diri khusus untuk itu.
Setelah tenda kami pasang dan kompor diletakkan di balik sebuah batu besar (supaya kalau masak apinya tidak terganggu kencangnya tiupan angin), mulailah kami berjalan2 sedikit. Bisa ngapain aja sih di sini? Ternyata ada tempat penyewaan sepeda air dan perahu kayu, baik tanpa maupun dengan motor.
Selain itu, pada dasarnya pengunjung bebas menikmati alam.. bisa pasifsantai seperti duduk2 ngobrol, semi aktif seperti main musik dan bikin acara arisan temu-kangen outdoor, bisa juga hiper aktif seperti grup camping ini.
Waktunya makan siang! Untuk mengganjal perut, kami sudah bawa berbagai jenis roti. Tapi untuk hangat2an, paling tepat memang mie instan rebus! Tanpa ditambah kornet atau telur, tapi dengan iringan biskuit 'rasa ayam' berbentuk segi-enam sebagai 'kerupuk'nya. Klasik! :D
Selesai makan, bilas2 alat makan dan beberes, kami memindahkan tenda ke dataran yg lebih tinggi. Dari sana kita bisa nonton aktivitas grup camping selanjutnya: membuat rakit dari batang2 bambu dan ban2 bekas. Ada dua kelompok; setelah selesai, masing2 regu menaiki rakit buatan sendiri untuk berlomba. Meskipun saat itu siang bolong, udara tetap dingin - apalagi air danau! Tapi anak2 (usia SD-SMP) ini tetap bersemangat berlumpur2 dan berbasah2, mendorong dan mendayung rakit mereka ke tengah danau.
Sayang jadual program camping tsb. berjalan lebih lama dari rencana, padahal kami harus kembali ke Bandung sebelum terlalu sore. Jadi misi menjemput dan membawa pulang si sulung gagal. Ia kami tinggalkan bersama grup camping-nya lagi, sambil berjanji akan menjemputnya di meeting point malam itu. Kami mengemas barang2, mengumpulkan dan membuang sampah (kemasan makanan memang sampah terbanyak!), menggulung tenda, lalu membawa barang2 kembali ke mobil.
Tak disangka sudah seharian penuh kami berkeliaran di sekitar danau. Tidak berbuat banyak selain main bola, main sepeda (meminjam dari grup camping.. hehe) naik-turun bukit, berkemah kecil2an dan jalan mondar-mandir, tapi rasanya cukup penat juga. Sekitar pukul setengah empat sore kami meninggalkan Situ Patengan dan tiba kembali di Bandung Utara menjelang jam enam sore (ini setelah pakai acara mampir ke salah satu kebun strawberry). Kesan dan pesan dari acara plesiran hari itu? Senang dan lelah, namun kurang puas karena belum sempat berperahu! Nah, ini bisa jadi "Misi Ciwidey" selanjutnya, kan?
eh..kapan yuk nyetroberi barengan..luna pengen banget tuh ke kebun stroberi..
ReplyDeletetapi pasti kalo wiken penuhnya amit-amit ya..
kalo wiken, emaaang. apalagi kalo lagi nggak musim. orang2 yg dateng dalam kelompok kecil (sekeluarga, misalkan) pasti disuruh 'ngalah' (= nggak boleh metik sendiri) kalau ada rombongan berbis-bis yg udah booking. njelehi. itu yg di lembang.
ReplyDeletekalo yg di daerah ciwidey ini lumayan banyak, jd kalo yg satu penuh, pasti ada tempat lain. yg gak tahan cuma: ke sananya itu, macet banget kalo weekend!
gue malah baru denger ada situ patengan, jangan2 kasusnya kayak elo gitu, kirain orangnya salah ngomong, hahaha...
ReplyDeleterencananya gue mo ke Bdg weekend ini, katanya udah mulai sepi, bener gak sih Ta?
Titaaaa.... gua pernah kesana naek perahu, emang enak ya... banyak hantuuu... gak deng... itu lindriiiiiiiii.... halaaaaaaaah.... cantiknya......
ReplyDeleteowh, lindri cantik sekali...
ReplyDeletedingin banget gitu mba? sedingin musim semi disini?
eniwee, skrng belum zomer disini, ujan deres dan mendung terus =(
kayaknya malah jadi rame ama orang2 yg liburan last minute gitu..
ReplyDeleteseperti halnya keluarga gue, yg baru nyampe semalem. mereka bakal di sini sampe minggu, jadi bayangin aja macetnya jalan ke arah jakarta minggu siang sampe malem..
kali2 tiap situ emang punya water sprites, lex :D
ReplyDeletegue bisa upload foto ke jurnal, tapi - pas ngebuka jurnal sendiri - nggak bisa liat fotonya.. aneh banget..
It's getting to be a pattern.. sudah beberapa kali musim dingin jadi 'hangat' dan musim panas jadi 'basah dan dingin'. Cuaca global bener2 sedang kacau.
ReplyDeleteSedingin apa ya di sana.. kira2 15 C gitu lah, plus angin (yg juga dingin). Enak, hawanya masih segar!
Ta, fotonya mana?
ReplyDeleteBandung masih suka ujan mendadak ga?
Lagi aneh yah cuacanya...
Ta, gue suka kata ini "pelancong." Duuuh... jadi bikin inget buku bacaan "Si Ajouw nan heboh....." dari tahun 50-an.... :))
ReplyDeletewah tempat ini enak sekaliii! jadi inget piknik di atas bukit.. bagaikan puncak taun 60an, masi asri dan alami (kayak udah lahir aja taun segitu.. hehe)
ReplyDeletebegini....kalo mnrt saya "Pateng-gang" lbh cocok buat org jawa. apalagi yg medhok
ReplyDeletenah kalo "Patengang" lbh pas buat org Sunda yg suka bicara sengau
e.g. misalnya kayak Deny Chandra-eks P-Project yg pernah bilang
"Kalo bannya kempes mah musti ke tamal ban..."
"Kalo mau pedas teh musti dikasih samal.."
Ada, aku resize dulu nih..
ReplyDeleteBulan2 lalu tuh yg sering ujan mendadak, tapi masih agak2 bisa diprediksi. Yaitu, sekitar jam 3-4 sore pasti tau2 ujan deres banget, setelah pagi/siangnya kering. Abis ujan juga mendadak kering panas lagi. (Apal, soalnya jam 3-4 begitu pas lagi jemput anak di sekolah :P)
wah apa nih ya? *lupa-lupa inget*.. sepertinya mesti ngubek lemari bukunya bokap lagi nih..
ReplyDelete..dan ternyata gaya plesiran dan dandanan orang2 yg barusan ke sana juga nggak terlalu beda dari taun 60an itu (cuma beda di henpon).. :P
ReplyDeletemenawi "vatengan" dhus pundhi, mbah?
ReplyDeleteTita
ReplyDeleteyou asked for an address.
E. C.
57 McLean Parade,
Ashgrove,
Brisbane,
Australia 4060
(delete when noted)
ps
ReplyDeleteeca33765@bigpond.net.au
Tita....Rumah nenek gue sekitar 1 jam perjalanan lagi ke arah lebih dalam dari Situ Patenggang (sebage urang sunda abdi nyebut Situ Patenggang, bukan Patengang). Beteeee...... banget kalo tiap lebaran harus ke rumah nenek, jauhnya itu loh ga nahanin, sebenernya ga jauh-jauh amat, tapi secara jalanan masih berbatu ga ada aspal-aspalnya sama sekali, itu yang bikin perjalanan lebih lama. Tapi sekarang setelah nenek pindah ke daerah Soreang, praktis ga pernah ke daerah situ lagi, yang akhirnya kadang kangen buat maen2 ke daerah Rancabali.
ReplyDeletePemandangannya indah bangets, kyknya Puncak Pass mah kalah dah kalo dinilai dari kebun tehnya. Waktu kecil kalo lewat kebun2 teh itu, suka berkhayal misalnya jatuh dari pesawat pas di hamparan kebun teh, mungkin ga akan berasa sakit yang hehehehehe.........
Tita n Chica, kalo mau metik stroberi di Ciwidey, mending pagi2 sebelum keduluan sama orang lain. Kalo siang ntar cuma kebagian yang pentil-pentil doang, rugiiii
*nyuhunkeundihapuntenabdikomenapanjangpisan*
Whaha ada orang lokal komentar panjang. Nuhun, Din!
ReplyDeletebetul bu sama2 dingin...tiris...............
ReplyDelete