Urut2an kejadian:
10.00 Saya tiba di kantor PN, langsung ke ruang Panitera Pengganti. Melihat bangku Pak B yg kosong, saya tanya ke rekannya yg duduk dekat pintu, "Pak B sudah datang?". "Oh sudah", jawabnya, "Sedang makan". Rupanya normal bagi mereka untuk makan tengah pagi, meninggalkan ruangan, di jam kantor. Saya tunggu di luar ruangan, berdiri di balkon di mana saya bisa melihat orang yang naik tangga menuju kantor Panitera Pengganti.
10.45 Saya lihat Pak B menaiki tangga bersama seorang rekannya, sambil merokok. Saya diamkan sampai ia masuk kantor dan duduk di mejanya. Setelah berhadapan, saya sapa, "Selamat pagi, Pak, ada kabar?". Pak B mengeluarkan map kasus saya dan memberitahu bahwa berkas sudah ditanda-tangani hakim. "Sekarang kita berikan ke bagian Perdata, biar mereka yang mengurus selanjutnya". Saya ikuti ke bawah, masuk ke ruang Perdata.
11.00 Bu R di ruang Perdata, yg harus menanda-tangani salinan berkas tsb, segera memeriksa kelengapan isi map. Ternyata ada yang kurang, jadi Pak B harus keluar lagi utk meminta tanda-tangan seseorang (entah siapa). Saya disuruh duduk menunggu di luar ruang Perdata.
Pak B kembali sekian menit kemudian, lalu menyerahkan berkas ke Bu R. Ketika ia beranjak pergi, saya bilang, "Terima kasih", tapi ditengok pun tidak. Perilakunya sejak ketemu dengan saya cukup judes.. pasti dia sebel karena nggak saya kasih 'tips' (mau tips kok judes.. heheh)
Berkas2 harus dikopi, menitip pada anak2 SMA yg sedang magang di situ. Saya hanya punya sedikit receh (kembalian angkot), jadi hanya mengopi 1x. Bu R lalu minta selembar meterai, dan untungnya saya selalu menyimpan beberapa lembar di dompet. Setelah itu, saya menunggu di ruang tunggu kantor Perdata tanpa mengerti kapan urusan ini akan selesai.
Lewat pk. 12.00 Bu R menuju ruang tunggu dan memberi saya berkas2 tsb. "Biayanya 20 ribu", ujarnya. "Saya bayarkan ke kasir?" tanya saya sambil menunjuk ke meja kasir di sebelahnya. "Nggak, ke saya aja". "Maaf, saya nggak punya pecahan kecil Bu, adanya ini. Ada kembalian?", sambil menunjukkan selembar 100 ribu Rupiah. Nggak ada, katanya. Jadi saya harus keluar sebentar, beli sesuatu, supaya dapat kembalian pecahan yg lebih kecil.
Di depan kantor PN itu banyak tukang jualan (minuman, gorengan, dll), tapi saya nggak yakin mereka bisa mengembalikan 100rb Rp. Jadi saya ke toko BaBe (Barang Bekas) di seberang kantor PN. Beli LEGO palsu (LIGIO? pokoknya buatan Cina), terus balik ke PN dengan bekal kembalian, lembaran2 senilai 20rb.
Masuk kantor Perdata, saya masih harus menunggu Bu R yg sedang melayani orang lain. Baru saya bisa membayarkan 20rb tsb dan membawa pulang SK! Ketika naik angkot, jam sudah menunjukkan hampir pk. 13.00. SELESAI! Saya nggak harus bolak-balik PN lagi untuk hal2 yg nggak jelas!
Selingan:
Waktu saya sedang menunggu Bu R di ruang Perdata, ada seorang ibu2 datang untuk memohon pengesahan surat nikah anaknya dan akte lahir cucu2nya yg dilahirkan di Swiss (dari ibu WNI, ayah WN Swiss). Tanpa harus menguping, karena semua jelas terdengar dari ruang tunggu, saya tahu bahwa si ibu ini langsung digiring ke meja Bu Mm. Lalu, lagu lama terulang lagi!
Saya dengar Bu Mm lagi2 menasehati agar cucu2 ibu itu tetap WNA saja, kenapa ibunya nggak jadi WN sana aja, apa benar si ayah mau menimang mereka bila ada apa2, dsb. Si ibu itu disuruh pulang utk pikir2 dulu. Sounds familiar, doesn't it.
Setelah meninggalkan meja Bu Mm, si ibu yang lewat dekat saya itu saya sapa. Lalu saya ceritakan saja pengalaman saya sewaktu mengurus pengesahan surat2 saya sejak awal di PN. Ibu itu juga bertanya, berapa lama hingga SK keluar dan sudah berapa biaya yg saya keluarkan. Saya bilang, saya hanya mau bayar kalau ada kuitansi yg jelas, dan ibu itu juga setuju. Dari nadanya kelihatan sekali bahwa si ibu skeptis akan 'kebersihan' para staf di PN ini :P Setelah mengobrol dengan suara lirih, ibu itu pamit pergi. Saya agak senang bisa menceritakan keanehan di kantor PN ini, semoga si ibu itu juga doesn't give in easily dalam membereskan urusan di sini.
Selama menunggu Bu R, seperti biasa saya menggambar di buku harian bersampul keras warna hitam itu. Bu Bb, yg bertugas sebagai kasir (ini si cashier lady yg memberi saya seribu rupiah dan yg pernah bilang ke Pak A bahwa biaya pengadilan masih cukup), beberapa kali melewati dan melihat gambar2 saya. Lalu menyapa, "Nggambar apa aja nih? Dari tadi asyik aja!". Sambil sedikit memperlihatkan halaman2 sebelumnya, saya bilang, "Bukan apa2 Bu, cuma kejadian sehari2 aja". Lalu dia bilang, "Waah.. nanti pengalaman nunggu lama di sini digambar juga?!". Sambil senyum saya jawab, "Nggak di buku yang ini". Bu Bb beranjak pergi sambil ketawa dan menepuk pundak saya, "Jangan dong!" katanya. Hahaha..
Itung2an:
Saya nggak ngerti gimana caranya PN menghitung2 biaya pengadilan. Yang sudah saya bayarkan adalah berikut ini (dalam Rupiah):
- Biaya sidang akta perkawinan: 265.000 (diserahkan ke kasir, pada kuitansi tertulis 259.000)
- 'Biaya administrasi' pembuatan SK: 50.000 (diserahkan ke Pak A, tanpa kuitansi)
- 'Biaya map' untuk berkas salinan: 20.000 (diserahkan ke Bu R, tanpa kuitansi)
- Relaas Panggilan Sidang: biaya panggilan dan ongkos perjalanan: 25.000 (surat relaas tidak diantar, saya ambil sendiri ke kantor PN)
- Turunan/Salinan Pemutusan Perkara Perdata: materai + leges: 7.750 (meterai saya sediakan sendiri)
- Perincian biaya Nomor: 74/Pdt/P/2007/PN.Bdg: biaya administrasi (50rb) + biaya panggilan (50rb) + biaya redaksi (3rb) + biaya materai (6 rb): 109.000
Buka2an:
Pak A = Abas Basari, no. HP +62 813 219 77 646
Hakim = Hj. D.S. Dewi, S.H., M.H.
Pak B = Bambang, Panitera Pengganti
Pak J = Jejen, Bagian Arsip
Bu R = Hj. Rina Pertiwi, S.H.
Tahap selanjutnya:
Membawa SK ke kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mendaftarkan akte pernikahan kami dan akte lahir anak2. Kembali berurusan dengan markas Pak Rofiq yang takut dimintai kuitansi itu. Wish me luck for the next moves! :)
Huaaaa...mbak tita...selamat-selamat. Paling gak urusan yang ini udah beres dan moga2 gak ada urusan lagi sama PN gendeng itu. Sukur deh...mudah2an lancar urusan selanjutnya.
ReplyDeleteAsik euy itu buka2an nya...emang udah kayak konferensi pers. Gimana? Perlu konferensi pers beneran?Jadi saya teh jadi artisnya? kekekekeke,,,,
Buka2 an! =)) =)). Selamat yah Ta! Walaupun perjalanan masih panjang, paling gak satu tahap telah lewat tanpa lo harus bikin surat ke FPK :D :D :D. Senangnya!
ReplyDeleteSeneng kahirnya selesai jg urusannya mbak, duh gemes banget neh kl denger ulah petugas di indo yg kotor geto
ReplyDeletewahhhh buka2annya seruuuuu!!!!
ReplyDeletebuka2an ada yg namanya jejen surejen :))
ReplyDeleteHuahahahahaha, berarti dia nyadar banget kalo pengalaman di sana itu sebenernya malu2in.
ReplyDeleteMantap Ta, baru coret2an di kertas aja dia udah takut, dia gak kepikiran ada yang namanya INTERNET, yang bisa buka-bukaan abis kayak begini!
Mudah2an tahap berikutnya elo tetep tabah, karena gue udah gak berani doain lancar. :D
mati deh, nama dan hapenya disebut sebut ...
ReplyDeleteLUCK mbaaak LUCK!
ReplyDeletePaling tidak sudah kelar banyak bagian ^__^
Tita, semoga lancar buat yang selanjutnya, at least semoga lebih lancar dari yang sebelumnya. :)
ReplyDeleteakhirnyaaa kelar jugaa..dapet pengalaman aneh pula hihi..
ReplyDeleteSelamet Taaaa .. akhirnya keluar juga suratnya .. salut sama keuletan kamu ..
ReplyDeleteIya selamat Ta, perjuangan lo happy ending ^_^
ReplyDeleteUlet sekali! Salut deh! Salut juga atas sketsa2 yg dibuat! Keep on the good work!
ReplyDeleteanin: dankjel! hayuukk.. mulai mejeng! =))
ReplyDeletentong: benaarrr :D posting public letter itu memang tidak nyaman :) thanks! *muah*
julie: terima kasih. memang sih sudah siap2 dengan mental bobrok begini, tapi kalo ngalamin sendiri ternyata bikin kesel banget :P
modjo: yah.. kurang lengkap sih, tapi dapetnya itu aja :D
del: khikhikhi.. itu juga mungkin cuma nama panggilan..
LiTa: bener, belom gue kasih alamat esduren si ibu itu :P thanks ya liiit >:D<
masarcon: sudah resiko :D
bert: makasih! iya, satu tahap lagi terlewati.. fiuh..
pet: terima kasih.. akan terus saya update kalo ada yg 'lucu-lucu' lagi..
wil: iya legaaa untuk yg ini :)
ju: makasiiiiiih.. hehe
sint: thank you, perjuangan ini dilaksanakan dengan dukungan teman2 semua, yg bikin gue tetep semangat.
Sekali lagi, thank you all! :)
theresa: thanks a lot! :) wish I could browse your site quite soon (most probably after this mess is over :P)
ReplyDeleteBersambung ke "Teguh Kukuh Berlapis Baja 2" ..hehehe ganbateeeneeeee
ReplyDeleteGefeliciteerd mba, akhirna beres oge eta urusan di PN teh. Mudah2xan buat pengurusan surat2x selanjutnya ga beribet kaya yang d PN.
ReplyDeleteBagus juga tah mba buka2xan nya, jadi tau orang2x gendengnya...he.hehehe....
waaahhh..selamat yah mbak :) terus berjuang!
ReplyDeletesaya selalu berdoa agar dijauhkan berurusan dengan 2 instansi: kepolisian dan pengadilan...
ReplyDeletedan rumah sakit
ReplyDeletedan pegawai negeri.....atau yan g berjiwa seperti itu...
ReplyDeleteselamat Ta, kesabaranmu dan ceritamu semoga bisa tersebar....
Terima kasih, terima kasih :)
ReplyDeleteTadi siang saya ke Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil utk menindak-lanjuti kasus yg dari Pengadilan Negeri (PN) ini: melaporkan pernikahan yg berlangsung 7+ tahun yang lalu. Semuanya lancar :D
satu 'sandungan' sudah lewat ..... depannya ada lagi ..... :(
ReplyDeleteiyaaa.. belum semuanya selesai. baru bisa agak lega setelah syb dapet vitas dan anak2 dapet dwi-WN mereka (= masih lama!)
ReplyDeleteWah baru bisa baca dgn bener hari ini, kemaren2 nggak nemu internet..
ReplyDeleteAkhirnya selesai juga 1 babak ini, selamat ya sepupu *hugs*
Maju terus pantang mundur !
selamat babak pertama sut beres.
ReplyDeletebagian buka²annya seru bener.. smoga mereka atao keluarga atao sapanya lah ada yg punya MP, biar bisa baca. *nyengir devil sambil ngebanyanginnya*
smoga babak berikutnya ga terlalu ribets. doaku bersamamu adinda :D
chic: ahaiyyy spp! >:D< untung nggak usah sampe pake jasa 911 bdg, ya :P terima kasiiihhhh
ReplyDeletendy: haha thank youuuu..
Selamat ya Ta *hug* Akhirnya pada nyerah juga oleh kegigihanmu.
ReplyDeletethanks sisc *hug balik*.. mungkin mereka sebel juga ngasih hint2 minta duit tp nggak pernah dikasih sesuai harapan.. hihihi..
ReplyDelete- Bu, biaya pengadilannya sudah habis..
+ Ayo cek ke kasir
- Bu, ini masih perlu meterai..
+ Nih saya bawa (*keluarin, kasihin*)
- Bu, ini masih ada yg harus difotokopi..
+ Berapa lembar? Ini uang fotokopinya (*ngeluarin receh*)
capek nggak sih :P
ooo jejen sekarang bagian arsip ;))
ReplyDeleteAsli gua ngakak abis. Huahahahaha.
ReplyDeleteOrang2 PN sampai kehabisan jurus gitu ngadepin Tita. Huahahahahahahaha
jangan2 mereka dapet wangsit nih hari senen kalo gak keluar juga alamat jadi bulan2an :D pheww, satu urusan lega masih ada yg lain ya ta :)
ReplyDeletechel: =)) =)) inget aja lu!
ReplyDeletesisc: huehuehue.. kuncinya: tampang lempeng dengan senyum manis, sambil sesekali menyeringai kejam
G: haha iya! nyaris aja! khikhikhi
finally!!!!!
ReplyDeletea relief!!
ReplyDeletenumpang baca ya abis seru banget salam kenal ya
ReplyDeletetrims :) salam kenal juga
ReplyDeleteMakasih Tita.....dan selamat akhirnya selesai juga urusannya.
ReplyDeleteBtw.yg urusan2 kayak gini dikau nggak sendiri.
Hi salam kenal, punya pengalaman serupa tapi tak sama, nanti deh kalo ngurus Dwi kewarganegaraan pasti mesti ngurut dada lagi. Untungnya sih aku dulu married disini jadi gak perlu daftar2 lagi. Aku mesti tunggu 2-1/2 jam cuma untuk daftar permohonan Dwi Kewarganegaraan, belum lagi uang "operasional" (tapi disuruh masukin amplop putih berarti kan gk resmi dan kagak bertanda terima) yang harganya ampir menyamai biaya resmi pendaftarannya, ya udah aku tawar ajah he he he gk rela ajah, diterima juga akhirnya.
ReplyDelete