Cerita Sampul
Angin Kedua Komik Lokal
Seakan-akan tiba-tiba, sejumlah komik lokal dirilis pada waktu yang kalaupun tak bersamaan ya berdekatan. Ada Antologi Tujuh, The Trails of the Midnight Bunny, Brastaseta: Sang Penyembur Api, Mat Jagung: Kabut Manusia, Warok Surobongsang, 15 Kesalahan dalam Branding, lalu delapan judul sekaligus persembahan Penerbit M&C!.
Isi komik-komik itu bukan saja beraneka macam, melainkan juga terasa segar, kalaupun tak menarik. Contohnya Antologi Tujuh. Buku ini lahir dari prakarsa Tita Larasati, komikus yang populer dengan "genre" graphic diary. Terilhami 24 Hour Comic Day (aksi membuat komik spontan dan rampung dalam 24 jam yang diprakarsai Scott McCloud, penulis buku Understanding Comics), Tita mengumpulkan rekan-rekannya sesama komikus untuk ikut membuat tujuh halaman komik sepanjang tujuh hari kehidupan masing-masing. Hasilnya adalah kumpulan karya yang beraneka rupa dan tak sedikit yang menggelitik.
Yang lebih unik adalah 15 Kesalahan dalam Branding. Karya Herman Kwok, praktisi pencitraan perusahaan, bersama teman-temannya ini boleh dibilang merupakan komik pertama di Indonesia yang berisi pengalaman praktek di suatu bidang tertentu. Katakanlah ini sebuah komik rujukan.
Pada periode yang sama pula, awal bulan ini tepatnya, telah diumumkan pemenang Lomba Komik Jelajah Kota Tua, yang diselenggarakan oleh Departemen Budaya dan Pariwisata.
Begitu banyak komik, produksi lokal pula. Komik lokal bergairah kembali? Tampaknya.
Bagi penggemar komik yang memang merindukan hadirnya karya-karya lokal, dan sangat boleh jadi kreator komik, hal itu tentu merupakan perkembangan yang menggembirakan. Dari segi jumlah, semua judul baru yang disebut itu memang belum menyamai judul-judul hasil terjemahan --masih sangat, sangat jauh. Tapi paling tidak pembaca jadi punya pilihan yang lebih luas; kreator pun jadi punya kesempatan untuk berkarya dan menyajikan alternatif.
Tetapi, sebentar. Bergairah? Bukankah sebelum ini hal yang sama pernah terjadi pula? Dulu, pada pertengahan 1990-an, pernah muncul, misalnya, Kapten Bandung. Atau Caroq. Tapi para superhero sentuhan lokal itu lalu seperti kehabisan napas. Dan begitu pula komik-komik lain yang diterbitkan lewat gerakan indie....
Memang tidak sampai mati, sebab diam-diam satu-dua komik lokal masih dibuat; juga karakter-karakter lain dicoba dihidupkan. Dan barangkali karena tak pernah benar-benar mati itulah selalu tiba masanya ketika, ibarat permukaan air laut, pasang naik kembali tiba.
Pasang naik itu kali ini terjadi pada dua-tiga bulan belakangan. Apa sebab?
Pasti ada lebih dari satu jawaban. Sementara jawaban-jawaban atas pertanyaan itu akan dielaborasi di bagian pertama Cerita Sampul edisi ini, yang sangat boleh jadi akan segera terbit adalah kekhawatiran. Dari pengalaman yang lalu, wajar bila ada pertanyaan akankah gairah itu kembali mengempis seperti yang sudah-sudah.
Tita..
ReplyDeletebiasanya komik2 ini bisa didapetin di mana?
apa udah available di semua toko buku?
terus terang kangen euy baca komik..
paling ngga kalo ada di Gramedia, bisa skalian cari buku si ipid bieq nu drunken marmut tea.. :P
aku udah lama nggak ke gramed, tp di sana kabarnya sih udah pada ada.
ReplyDeletekalo nggak ada di sana, di aksara juga biasanya ada.. mereka udah sediain satu rak khusus utk cergam lokal. dicampur sama seri drunken-nya pidi juga(!) :P