Rating: | ★★★★ |
Category: | Restaurants |
Cuisine: | Asian |
Location: | BIP Bandung |
Sebenarnya sudah sejak beberapa minggu lalu saya tahu tentang tempat makan ini, tapi agak enggan mendatanginya.Kenapa? Bukan karena lokasinya yang ‘mojok’ di lantai dasar Bandung Indah Plaza dan dikelilingi oleh kios2 yang belum buka. Tapi karena – setiap kali turun atau naik eskalator di lantai dasar yg dekat dengan tempat tersebut – selalu ada staf Rice Bowl yg berseru2, “Silakan Rice Bowl-nya!”, “Coba Rice Bowl-nya, Mbak!”, dan sejenisnya. Makin diteriaki, makin saya urung mampir.
Nah kemaren siang ini rupanya saya ‘jodo’ dengan tempat ini. Setelah sedari pagi hanya diisi bubur ayam pinggir jalan, sekitar jam dua siang - ketika akhirnya semua pekerjaan saya selesai - dalam keadaan sangat lapar, saya memutuskan utk mampir ke Rice Bowl. Kebetulan sedang tidak ada staf yg berseru2 di ujung eskalator. Ini cara meluangkan waktu yang baik sebelum berangkat menjemput anak2 di sekolah!
Ice Lemon Tea
Meskipun sudah lewat jam makan siang, beberapa meja di Rice Bowl masih terisi, dan ternyata pelanggan pun masih berdatangan. Saya memilih sebuah meja kecil di pojok ruangan, dan duduk di salah satu dari dua kursi empuk yg berhadapan. Sebelum membaca menu, saya pesan dulu minuman: ice lemon tea. Minuman ini segera datang dalam gelas tinggi, berisi bongkahan2 es batu dan cairan yg warnanya coklat pucat. Kadar manis dan asamnya cukup imbang, tapi kenapa rasanya agak sintetis ya? Minuman ini (pada menu) termasuk chef’s recommendation, jadi semestinya bukan lemon tea pabrikan, bukan?
Orange Chicken Rice Bowl
Berlanjut ke makanan. Saya pesan chef’s recommendation tanpa ‘cap cabe’ di pinggirnya (= tidak pedas): orange chicken rice bowl. Tak lama kemudian semangkuk besar porsi nasi tsb dihidangkan di depan saya. Tidak salah bahwa ini termasuk hidangan yg dijagokan, sebab tekstur dan rasanya pas. Gigitan pada potongan daging ayam bite-size bersalut tepung renyah, disusul dengan lembutnya daging dan asam-manisnya saus jeruk, sangat sesuai dengan harapan rasa yg telah dititipkan pada lidah. Condiments pada porsi tsb berupa irisan ketimun, bawang bombay dan nanas adalah juga teman2 yg cocok bagi si ayam renyah. Hanya saja sayang, nasinya tidak mudah ‘diangkat’ dengan sumpit; sangat mudah tercerai-berai dan jatuh berantakan kembali ke dalam mangkuk. Dan sayang juga daging ayamnya terlalu sedikit, sementara porsinya belum cukup meredakan rasa lapar saya.
Masa pesan lagi? Yah sekalian deh, mumpung sedang di sini dan sambil menghabiskan waktu. Saya ambil buku menu lagi sambil melirik ke meja2 lain. Wah, ada mie juga! Sepertinya yang berkuah2 hangat begitu enak utk sore2 yg dingin spt waktu itu. Mata saya segera menyisir kembali buku menu, terutama ke baris2 dengan icon ‘chef’s recommendation’ di sisinya. Foto beberapa menu yg tertera di situ sangat membantu saya membuat keputusan. Oke, karena tadi menu ayamnya sama sekali tidak pedas, kali ini saya pilih menu yang disertai satu icon cabe (ada nol, satu, dua atau tiga icon cabe pada masing2 menu, sesuai dengan tingkat kepedasannya): black pepper beef noodle (saya pilih yg home made noodle; beda sekitar 6000 IDR dengan pilihan Hong Kong noodle).
Mengamati sekitar, saya lihat para staf Rice Bowl cukup cepat tanggap. Selalu ada yg siap utk dipanggil, dan bahkan berinisiatif membantu ketika seorang pelanggan dengan bayinya menumpahkan sesuatu di meja mereka. Mungkin atribut ‘family restaurant’ memang cocok untuk tempat ini. Juga ketika dengan tidak sengaja saya menyenggol wadah saus/sambal di meja, yg berakibat cipratan2 sambal pada tangan dan permukaan meja. Seorang pelayan segera memberi setumpuk serbet kertas yg ditata di atas sebuah piring kecil.
Black Pepper Beef Noodle
Porsi black pepper beef noodle saya datang dengan kuah terpisah dalam mangkuk yg lebih kecil. Tampilannya menarik! Kalau yang tadi kaya dengan warna kuning cerah, diselingi aksen hijau dari ketimun, kali ini dominan warna coklat gelap baik dari daging sapi maupun taburan gerusan lada hitam di permukaan mangkuk dan coklat pucat dari lembaran2 mie, dengan aksen merah yg berani dari irisan cabe, hijau terang dari paprika dan pakchoy, dan kilapan2 segar dari irisan bawang bombay, daun bawang dan bawang putih. Kuah kaldunya yg sangat panas juga terlihat menarik, dengan taburan irisan tipis daun bawang. Ketika diicip, sangat terasa indikasi sari poultry – mungkin bebek dan ayam sekaligus – yang cukup mild dan dengan baik dapat mengimbangi pedasnya merica pada menu utama.
Bagian mie yang belum tercampur bumbu2 black pepper ternyata sudah terasa cukup enak. Sayur2an yg menyertai irisan daging sapi juga terasa segar, baik rasa maupun teksturnya. Namun sayang, beberapa potong daging terlalu melawan ketika digigit; cenderung alot. Padahal rasanya mantap, terutama dengan cubitan2 asyik dari serpihan2 kasar lada hitam yg bertebaran di sekujur porsi mie.
Red Bean Ice Bowl
Setelah porsi kedua ini, rasa lapar tergantikan dengan menjelang puas. “Menjelang”? Iya, sebab rasanya belum lengkap bila tidak diakhiri dengan sedikit yang manis-manis. Apalagi sebelumnya saya sudah melirik salah satu (lagi-lagi) rekomendasi si jurumasak pada buku menu: red bean ice bowl – yang porsinya saya duga cukup mungil, mengingat keadaan lambung saya yang mestinya sedang cukup sibuk mencerna makanan2 sebelumnya. Jadi dengan yakin saya pesan dessert yang satu ini.
Tak lama kemudian datanglah es krim kacang merah saya: sebuah mangkuk transparan yg pas untuk satu bola es krim vanilla, dengan taburan kacang merah dan salutan sirup kental. Kacang merahnya pas, tidak keras, juga tidak lembek. Sirup kental itu ternyata berasa seperti cairan gula jawa, yang segera mengingatkan saya pada manisnya cendol. Ini adalah penutup yang sangat pas, baik rasa maupun porsinya. Tidak terlalu manis, dan tidak membosankan.
Waktunya telah tiba bagi saya utk meninggalkan tempat ini, namun masih banyak menu yg ingin saya coba di sini. Lain kali, saya berniat mengajak teman makan, supaya makin banyak yang bisa diicipi. Mudah2an saat niat itu hampir terlaksana, sedang tidak ada yang berseru2 ke arah kita di dekat eskalator..
Prices (IDR)
Orange chicken rice bowl 18,900
Black pepper beef noodle (homemade) 23,900
Ice lemon tea 7,900
Red bean ice bowl 6,900
[Tax 10%]
Scale 1 to 5
Service: 4
Food: 3,5
Ambience: 4
Price: 3,5
Total: about 3,75
Rice Bowl Family Restaurant
Bandung Indah Plaza
Telp 022 4223308
Website: http://www.ricebowl.co.id/
P.S. Anyone who'd like to see the complete version of my Rice Bowl drawing can view it at my Back to Bandung, ... album.
Kalo ngajak sepupunya gimannnnnna ? *sambil ketip-ketip kemayu*
ReplyDeleteDuh, Tita. Kalau tahu "kapasitas"mu seperti ini kenapa hari itu nggak ikut saya nyambung makan/minum es krim di Rasa setelah dari Toko You?! Beli oleh-oleh buat sepupuku hanya alasan untuk mampir jajan di sana, kok. Tapi lain kali ke Bandung perlu icip-icip tempat baru, ah, nggak cuma nostalgia jaman SMA/kuliah. :)
ReplyDeletebetol skali, gua juga batal mampir gara-gara staf yang manggil-manggil di luar restoran-nya, padahal menurut kakak gua yang langganan kesono, emang enak kok masakannya, cuma porsi nasi di bowl ngga imbang sama potongan daging katanya, gedean nasi kemana-mana...
ReplyDeleteDuh... gue lagi di rumah ipar, baca review gini jadi lapar.... Hmmm... di kulkas ada Volcanic Chicken gaya bangladesh.... hmmmm.....
ReplyDelete(kucing berjingkat-jingkat ke ruang makan).
ahhh tentu saja senang sekaliii *ketip2 lebih kemayu* - apalagi sepupunya yg ini kayaknya bisa melempar pandangan yg membungkam teriakan2 mbak2 dan mas2 di ujung eskalator ;))
ReplyDeletehahaha Waktu itu sebenernya juga udah pengen ikutan (es krim rasa pisangnya Rasa yg ijo itu lho.. hmmh!), tapi apa daya angkot ke sekolah anak2 hobinya ngetem lama, jadi takut gak keburu :P
ReplyDeleteBesok2 siapa tau kita bisa 'pesta galia' ;))
Berarti strategi pemasaran mereka yg model begini nggak sukses2 amat ya :P
ReplyDeleteIya bener proporsi nasi dan lauk tak sebanding yg kita inginkan! Dasar orang dagang.. Tapi enak sih. Perhaps I'll come back for their desserts, too (semuanya chef's recommendation) :D
jadi? skg volcanic chicken-nya udah errupted diacak2 kucing? ;))
ReplyDeleteRice bowl ini sejak buka di Citos (dan sejak tau yg punya itu anak2, temen temennya Jesse :p), gue gak pernah tertarik datang. Rupanya enak yah :D.
ReplyDeleteoohh ada faktor 'J' rupanya ;))
ReplyDeletecobain aja ven, rasanya cukup decent kok
hmm... pernah gak ya... rasanya pernah jg kesini.. tapi lupa hahaha... susah diingat barangkali.. yang ke ingat cuman teriakan2nya itu hihi
ReplyDeletekamu kebanyakan gaul sih :P
ReplyDeleteooo penting itu ... ;)) kok lu gak gaul sama gw sih? *maksudnya kok gak ngajak2 makan disitu.... :D kan deket kalo ke BIP :D*
ReplyDeleteandaikan semudah itu menculikmu keluar dari kantor..
ReplyDeleteblack pepper beef noodle....... suka banget. Boleh pesan ngak, tanpa bawang bombay :))
ReplyDeleteenakan melempar pandangan membungkam apa neriakin balik ya ? *susun strategi sebelum makan di sini*
ReplyDeleteboleh boleeehh.. mau makan sini atau dibungkus? :D
ReplyDeletehahahahah teriakannya apaan ya.. "IYA IYA INI JUGA MAU KE SANA!" atau "COBA KALO SITU GAK BENTAK2, GUE UDAH DARI DULU MAMPIR!" =))
ReplyDeleteasal waktunya pas aja.. jam makan siang.. no problemooo.. :D
ReplyDeletehuahahaha waduh jadi laper sambil ngebayangin, kok bayangan gua tuh beef rice bowl yoshinoya sama bakmi ayam ya :P, pengen kesituuu
ReplyDeletemie nya lumayan juga lho.. cukup lah buat sedikit2 mengobati kangennya lidah gue ke bakmi GM :D *cegluk*
ReplyDeleteyoshinoyaaaaaaaaa...gue sedih banget pas yoshinoya tutup..*hiks*
ReplyDeletehaiyaaaaa.... subuh-subuh baca ini jadi lapeeeer.....
ReplyDeletedingiiin lagi ya lex.. brrrr.. *kruyuukkk*
ReplyDeleteTa .... lama-lama kamu akan terbiasa dengan teriakan-teriakan sejenis: 'silakan rice-bowl-nya' atawa 'giordano, silakan' .... :) hehehehe....
ReplyDeleteoh tidaaakkk =)) kejadiannya adalah: aku makin ahli menghindar dari cegatan2 mereka di ujung2 eskalator dan pintu2 keluar/masuk!
ReplyDeletetraktir sepupu dan adiiiikkkkk :D hihihihi
ReplyDeleteOh? ada rice bowl toh di BIP?
ReplyDeletesetuju dengan mbak Chiqa, untuk kelas rice bowl Yoshinoya memang JAGOnya. Pas di SG termasuk sering aku sambangi, karena mereka cukup dermawan memberikan bubuk cabe dan jahe.