Monday, October 17, 2005
Dua hari bersama Alin di Amsterdam
(As posted in Jalansutra mailing list, msg# 43345)
Jauh di mata, dekat di perut. Pelesetan dari kiasan itu agaknya mengena ke komunitas Jalansutra, terbukti dari kejadian minggu lalu yang saya alami di sini. Saya baru bergabung ke milis Jalansutra setelah kembali menclok di Amsterdam pada th 2002, dan sejak itu belum sempat lagi mudik ke Indonesia. Jadi kontak dengan teman2 JS pun hanya berlangsung lewat e-mail, chatting, atau Blog masing2 (dari mana saya bisa melihat tampang2 mereka), tanpa pernah bertemu langsung.
Minggu lalu seorang anggota JS, Alin, berangkat ke Belanda dalam rangka training yang diselenggarakan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Meskipun hanya akan berada di Belanda selama 3 hari, Alin hendak menyempatkan bertemu dengan saya pada hari begitu ia mendarat (Minggu), dan pada hari keberangkatannya kembali ke Indonesia (Rabu). Jauh hari sebelum berangkat, Alin dengan nekad menawarkan ke teman2 JS bila hendak menitipkan apa2 utk saya. Nekad? Iya, sebab tau saja, anak2 JS nggak kuat kalo nggak bagi2 makanan unggulan! Dengan segera berbagai titipan diserahkan pada Alin utk diboyong ke Belanda. Beruntunglah peraturan imigrasi Belanda masih memperbolehkan berbagai panganan masuk melalui bandaranya.
MINGGU: Titipan, New King, Australian HomeMade
Minggu pagi, saya dan Dhanu (anak saya yg hampir berumur 5 th) menjumpai Alin di Schiphol. Alin sudah check in di hotelnya (di daerah Schiphol) sebelumnya, jadi kali ini ia hanya membawa titipan2 sebanyak dua kantong plastik besar. Tidak sulit mengenali Alin, karena fotonya sudah saya lihat di Friendster dan Multiply-nya (Ben, Alin nggak mirip Dora! Ngaco kamu ya).
Titipan2 tsb segera berpindah ke tas ransel dan tas kain yg saya bawa. Banyak sekali, sampai terharu rasanya. Ada 2 pia keju dari Lisa, 1 bungkus ebi (dan emping utk Venny) dari Tina, rempeyek kacang dan sagon keju dari Indra, bagelen kering Merbabu dari Chica (plus 2 ransel utk para krucils-ku), 2 pepes peda + 2 pepes telur asin + "sambel si tante" dari Cindy, dendeng balado + sambelnya dari MaMel, 2 set SambURud dari Titin, set kartu "Watudu" dari HerBud, DVD animasi dari Jenz, dan rendang-nya Lidia (LiTa, meskipun ketinggalan, makasiiiih bangeett). Ibu saya juga nggak ketinggalan menitipkan brambang goreng buatannya sendiri. Terima kasih ya teman2 semua! Bener2 saya rela menjebolkan diet barang seminggu (hehe ampuun Mb'Ole), demi mengicipi andalan2 kalian yang memang nggak ada duanya ini!
Dari Schiphol, kami bertiga naik kereta ke Amsterdam utk langsung makan siang di daerah Nieuwmarkt, di restoran New King yg letaknya hampir berseberangan dengan kelenteng Fo Guang Shan He Hua di Zeedijk. Pangsit goreng, sup Peking, sup sui kiauw, lumpia isi bebek saus tiram, seporsi daging campur (bebek panggang, tja siu/ panggang merah dan speenvarken/ panggang crispy) dan sapo tahu, plus nasi putih dan teh. Rasanya cukup enak, porsinya lumayan banyak (sampai sapo tahunya harus dibungkus), dan harganya sangat reasonable (kira2 40 Eur utk 6 jenis hidangan tsb).
Puas makan siang, kami berjalan ke arah centrum Amsterdam, melewati Dam square, lalu menelusuri Kalverstraat. Meskipun ini hari Minggu, di mana biasanya toko2 tutup, di pusat Amsterdam ini mereka tetap buka dan jalanan bahkan dipenuhi orang, yg memang sebagian besar adalah wisatawan. Setiba di ujung Kalverstraat, kami mampir sebentar ke The New English Bookshop, di mana berbagai buku baru berbahasa Inggris dijual dengan harga sangat-sangat miring. Selesai melihat2 (dan akhirnya membeli) buku2, kami menyeberang, melewati Munttoren, lalu masuk ke jalan setapak di Bloemenmarkt. Pasar bunga ini tempat belanja oleh2 murah meriah di pusat kota Amsterdam.
Dari situ kami berjalan menelusuri Leidsestraat yang juga dipenuhi toko2 dan pejalan kaki. Cuaca yang cerah dan hangat, ditambah sekian jam berjalan kaki, membuat kami berniat duduk sebentar sambil menikmati es krim. Pilihan jatuh pada Australian HomeMade yg terletak hampir di ujung Leidsestraat, sekaligus mengicipi es krimnya (sebelumnya, hanya coklat2nya saja yg sempat saya coba). Chocolate milkshake utk Dhanu, rum raisin utk Alin dan vanilla utk saya. Sejauh ini, rasanya memuaskan. Harganya yg setara dengan Haagen Dazs dan Ben & Jerry masih pantas, lagipula mereka mengklaim hanya menggunakan bahan2 natural utk produk2nya.
Dari Leidseplein, kami kembali ke Amsterdam Centraal Station utk mengantar Alin yg meneruskan perjalanan ke Rotterdam. Saya dan Dhanu berbalik pulang, siap menikmati titipan2 dari teman2 JS!
RABU: Museumplein, De Taart van Mijn Tante, Albert Cuyp, Szechuan Kitchen, De Bakkerswinkel
Pagi2 setelah mengantar Dhanu sekolah, saya ke Schiphol lagi, janjian ketemu dengan Alin. Training-nya selama 2 hari telah selesai, dan ada waktu di pagi/siang hari bagi kami utk berjalan2 sebelum pesawatnya berangkat ke Indonesia pada malam harinya. Setelah menyimpan koper di locker Schiphol, kami naik kereta lagi ke Amsterdam CS.
Dari CS, kami langsung naik tram ke Leidseplein, lalu melanjutkan dengan berjalan kaki ke arah Max Euweplein (di mana terdapat Hard Rock Cafe dan Holland Casino), menuju Museumplein. Pagi ini juga cerah dan hangat, beruntung sekali Alin dapat cuaca begini di bulan Oktober.
Di Museumplein sekarang terdapat huruf2 besar membentuk kata2 "Iamsterdam", yg adalah portal kota Amsterdam utk para pengunjung Internasional. Nggak heran bila deretan huruf ini jadi tempat berfotonya para wisatawan, apalagi lokasinya berlatar indah: bangunan utama dari Rijksmuseum.
Dari sini kami berjalan ke arah Heinekenplein (yg terletak di belakang Museum Heineken), tapi mampir dulu di De Taart van Mijn Tante di seberangnya. Selain utk duduk2 ngeteh (sambil mengambil beberapa teabags TAZO utk koleksi "banci teh" kita, Arie), kami juga mencoba cheese cake dan poppyseed cake nya. Rasanya nggak terlalu istimewa, tapi garnish-nya cukup genit, sangat konsekuen dengan dekor interior dan pernak pernik peralatan makannya.
Selesai ngeteh, kami menjemput Dhanu yg setiap Rabu selesai sekolah pk.12:30 (di hari2 biasa, sekolahnya hinggak pk.15:00). Dari sekolah Dhanu kami berjalan menelusuri pasar Albert Cuyp dari ujung ke ujung, lalu lanjut lagi hingga ke Szechuan Kitchen utk makan siang. Dhanu saya pesankan set makan siang nasi + ayam kuluyuk, sementara saya dan Alin masing2 memesan set "Szechuan" yg terdiri dari nasi + fillet domba goreng tepung dengan saus szechuan + iga goreng saus asam manis + steamed chinese veg. Harga di sini agak lebih mahal dari New King (meskipun maish reasonable), tapi mungkin dikarenakan juga oleh spesialisasi mereka ke hidangan Szechuan, plus lokasi mereka yg berseberangan dengan Van Moppes, pabrik intan tertua di Amsterdam, yg sering dikunjungi turis.
Sebelum kembali ke Schiphol utk ngepak ulang barang2 dan check-in, kami jalan2 dulu di sekitar red light district dekat stasiun. Malam itu akan ada pertandingan sepak bola, jadi di jalan2 dan gang2 sempit daerah itu dipenuhi suporter2 Belanda yg mengenakan berbagai atribut oranye. Keluar-masuk gang-gang sambil memanggul Dhanu (yg sudah kelelahan jalan kaki), kami melihat betapa bercampurnya isi daerah ini. Pamornya sbg 'pujasera' sex & drugs di buku2 panduan mengalihkan hal2 lain yg ditawarkan daerah ini, seperti bbrp fakultas dari Universiteit van Amsterdam (UvA) dan student houses, Oudekerk dan klenteng, bbrp supermarket oriental, dan tentu saja restoran2 mur-mer di sepanjang Zeedijk dan sekitarnya. Tidak hanya itu, terselip2 di deretan toko heboh, terdapat beberapa toko spesialis kopi dan teh. Kami mampir ke salah satu warung kopi di situ: De Bakkerswinkel.
De Bakkerswinkel ini menempati sebuah bangunan tua tipikal Amsterdam yang sempit namun memanjang ke belakang dan ke atas. Tampak luarnya dijaga seperti tampilan aslinya, sementara interiornya dipugar menjadi tempat makan yang nyaman. Begitu masuk, di sisi kiri terdapat etalase kue2 dan roti, di sisi kanan terdapat meja utk membuat adonan dan oven roti. Pantas baunya mengundang sampai ke luar.
Di jam-jam makan siang, pengunjung selalu rela mengantri. Kali ini kami datang agak sore, hampir jam empat, jadi cukup beruntung menemukan bangku2 tidak penuh terisi. Sayang dapur makan siang sudah tutup, padahal Dhanu, yg sudah lapar lagi, doyan sekali dengan roti isi meatball di sini. Ya sudah, Dhanu saya pesankan croissant saja - yg lalu datang dengan butter kemasan kecil dan 2 macam selai buatan sendiri. Alin si pemakan cheese cake tentu saja memesan cheese cake lagi, sementara saya pesan carrot cake. Saya juga pesan jus buah yang ternyata kental sekali dan masih penuh irisan berries. Semuanya memuaskan! Icing pada carrot cake sangat creamy dan rasanya mengingatkan pada icing buatan eyang jaman dulu. Tekstur cake nya sendiri lembut, tapi diimbangi oleh pecahan2 walnut, pistacchio, kenari dan irisan2 wortel yg tersebar penuh di dalam cake.
Tiba saatnya kami mengakhiri petualangan di Amsterdam, sebab sudah waktunya bagi Alin utk kembali ke Schiphol dan check-in utk kembali ke tanah air. Trims ya Alin, sudah bersedia jadi trafficker teladan dan terima kasih banyak sekali lagi buat teman2 yg semangat mengirimkan titipan, padahal ketemuan saja belum pernah (*terharu lagi nih*). Jangan pada kapok ya.. hehehe..
Gambar2 mengenai 2 hari bersama Alin di Amsterdam, ada di Tita's Weekly (lihat minggu-40 dan minggu-41)
Foto: semua hasil bidikan Alin - masih ditunggu foto2 lainnya Lin :D
Labels:
amsterdam,
jalansutra
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tazo teh yg suka ada di Starbucks bukan? *gak mau komentar soal Dhanu karena ntar juga banyak bermunculan :D*
ReplyDeleteKabarnya sih iya, lha gue sendiri belom pernah ke Starbucks makanya nggak tau :P
ReplyDelete*siap2 menangkis komentar Lisa ke foto Dhanu* (eh.. dia nggapunya Mply kan ya? :D)
Thanks cerita nya Tita...siapa tahu suatu hari gw ke tempat elu ...diajak jalan2. BTW si Dhanu gw lihat makin lama makin ganteng dan manisss senyumnya...di TK banyak girls yg naksir gak ?
ReplyDeleteTa, Alin nya manaaaaaaa? Kok cuman ada Dhanu n elo seeii :D ehmm btw .. ehmm.. Dhanu.. ehm ... ehm.... hihihihihihi... Jadi Lisa dah jadi korban Dhanu juga? :))
ReplyDeleteheheheheh anggota jalansutra tohhhh....
ReplyDeleteKomentarin ibunya aja
ReplyDeleteTa, keliatan banget kurus-an yah :P
Diyet ya ta? *kaburrrrrrrrrrrrrrrrrr*
cuman mo ikutan kaburrrrrrrr ;)
ReplyDeletefoto gue sama alin masih ada di alin, coba tagih ry :D
ReplyDeleteiya dong gis, kita ngider2 juga kalo elu pas di sini. di kelasnya si dhanu, untungnya belum ada naksir2an.. hihihi
ReplyDeleteke cindih ama ary: iya tadinya sih diyeettt *grrrr* :)) (ayo dong, runtuhkan lagi jadual diyetkuuu)
ReplyDeleteWaduh, ini toh pertemuan yang menghasilkan paket keren yang kuterima itu? Salam kenal buat Cindy, Mamel, dan Alin yang membawanya, hehe....saya sudah menikmati balado+sambel buatan Mamel, terus pepes peda, sambel terasi limo buatan tantenya cindy...wah, top bangeeetttt!!!! Dan sambel udang bu rudy, yang disayang2 (belon dibuka)...kebagian jatah euy...ah, elu emang darling banget deh Plon! ***mmmuach***
ReplyDeleteHehe benaarr MakPlon, gue jadinya tur kuliner bareng Alin di sini :)
ReplyDeleteTeman-teman penitip, ini Mb'Isti yg juga kukirimi sebagian dari bawaan Alin, terutama yg sambel2 utk ikutan cicip2 (mana kuat gue ngabisin sendiri :P). Cindy udah nyadar bahwa pepesnya hebat, bisa nyampe ke Jerman segala.. hahaha..
ps. MakPlon, tantenya Cindy ternyata bener buka warung lho (asik asik asik), di GOR Padjadjaran Bandung, namanya "Berkat". Kata Cindy, PM aja dia, ntar dikasih petunjuk komplit cara ke sananya.
Mauuu...mauuuu!!!! Soalnya ntar ada teman yang mudik lebaran, nah, kebetulan orang Bandung lagi..kan klop kalo dititipin, hehe
ReplyDeleteiya benaar.. anggota milisnya sejak 2002+ :)
ReplyDeletePepesnya Cindy hebat euy ! Eh itu Merbabu bukannya Cindy yang ngasih ya ? Aku pernah ngasih Merbabu ke ibumu, cuma kayanya udah beberapa bulan yang lalu..
ReplyDeleteDari sini kami berjalan ke arah Heinekenplein (yg terletak di belakang Museum Heineken), tapi mampir dulu di De Taart van Mijn Tante di seberangnya. Selain utk duduk2 ngeteh (sambil mengambil beberapa teabags TAZO utk koleksi "banci teh" kita, Arie),
ReplyDeleteBANGGA DAN BUNGAH HATIKU, OH DONATURKU
Iya Vennnn, that TAZO, ga terlalu asik rasanya cuman konsep ZENnya keren, ada yang varian OM, Zen, dsb dsb
ReplyDeleteeh.. nggatau chic :P abis nggak ada stiker bunder oranye-nya sih.. hehe..
ReplyDeletedari cindy kali ya. masa dari ibu, umurnya udah berbulan2 dong? hahaha.. tapi masih endaaaang
dirimu kan slalu kukenang dalam poci2 teh oh banci tehku
ReplyDelete