Menyebalkan!!

Ini sebenernya udah sebel sejak kemaren, tapi baru sempet nulis sekarang (udah agak mendingin nih.. hehehe). Ceritanya ada seseorang yg ngontak saya lewat jalur chatting Y!M, katanya dia lihat ID saya di salah satu milis yg saya ikuti sedang 'nyala'. Katanya dia hampir berangkat utk studi S2 di Belanda, dan perlu tanya2 sedikit. Saya berniat meladeni sebentar, siapa tahu bisa membantu. Sebab saya tau rasanya waktu berangkat dulu, sama sekali nggak ada saudara atau teman di Belanda, bener2 sebatang kara waktu baru mendarat di Belanda (sementara, anak ini ternyata bakal berangkat berombongan dari Indonesia - ya mending dia banget lah, mana dia anak cowok pula)

Anyway, awal2 memang bertanya2 biasa ttg hidup di Belanda, harga apartemen dan biaya kebutuhan hidup sehari2. Lalu ttg sekolah dan disiplin ilmunya. Wajarlah, kalau dia juga tanya2 ttg studi saya, di Belanda di mana dan gimana. Nah di sini ini mulai lah kesebalan itu.. ketika percakapan kira2 berlangsung spt ini..

orang itu (oi): udah nikah ya mbak?
saya: sudah, dan ada anak kecil dua
oi: suaminya apa? org indonesia?
saya: bukan, orang lokal
oi: wah seperti artis2 sini dong ya, kawin ama bule

*DING!* Kadar sebel level satu. Saya mulai kesel tapi nggak punya energi utk marah. Pertama, saya nggak suka dibanding2in sama "artis" hanya karena sekedar 'kawin sama bule' itu trend. Yuck. "Kawin" itu tujuannya bukan utk "trendy"! Kedua, kalo kawin ama 'bule' emang terus kenapa?! Kenapa harus jadi rasis seperti itu, saya kan memilih suami bukan berdasarkan warna kulit, rambut dan mata?! Percakapan berlanjut karena saya pada dasarnya penyabar :) Tapi sudah nggak seramah sebelumnya (kerasa nggak ya dia?)

saya: mana gue tau (nah langsung gue2an.. hehe..), udah lama nggak baca2 ttg artis Indonesia (bernada lempeng)
oi: udah jadi warganegara sana dong mbak

*DING! DING!* Kadar sebel level dua. Apakah segampang itu ninggalin warga negara asal?! Apakah nikah dengan orang asing harus berarti meninggalkan kebangsaannya sendiri?! Memang dia kira saya siapa, dia siapa sih?! Lanjut..

saya: enggak lah (tetep lempeng), buat apa?! masa nanti kalo mudik ke indonesia musti bikin visa?
oi: wah ada nggak ya bule yg mau sama saya nanti?
saya: ke sini niat sekolah atau mau cari jodo?! (mulai rada jutek)
oi: yah, sambil laah, siapa tau dapet, kan lumayan
saya: (udah males ngeladenin)

Selanjutnya dia bla bla aja.. yang pastinya menambah *DING! DING! DING!* kadar sebel saya (sebab dia masih aja bicara seputar ndapetin jodo bule - nggak mutu banget). Tapi - bener kata sepupuku Chica - saya emang nggak bisa marah, nggak bisa ngedamprat orang :P Jadi yah.. biarlah anak satu ini berlalu dengan pikiran cupetnya itu.
Tapi, sedihnya, yg beranggapan seperti anak itu adalah masih sangat banyak di Indonesia. Dan, sedihnya lagi, banyak pula orang Indonesia yg membuktikan bahwa anggapan seperti ini benar adanya: mereka yg sengaja cari jodo as long as s/he is 'bule', demi perbaikan ekonomi. Nggak salah sih, sebab memang adalah hak masing2 orang utk mendapatkan perbaikan hidupnya.

Tapiii.. lalu banyak artikel di surat2 kabar yg mengekspos betapa menderitanya si anu disiksa suami bulenya, betapa sengsaranya hidup di sangkar emas di negri orang, betapa pedihnya si anu tapi tak bisa berbuat apa2, dan semacamnya. Ini menyesatkan, bukan? Sebab, jangankan dengan orang asing, dengan orang bangsa sendiri pun si "anu" bisa juga merasakan siksaan domestik yang sama, bila milih jodo tanpa landasan selain tampang dan harta! (ciee.. mulai angot lagi).

Ah sudahlah, pokoknya udah ngumbar kesel di sini, jadi bisa konsentrasi lagi ke kerjaan :D Biarkan para cupet itu berpikiran sepicik mungkin, saya tidak perlu membuktikan apa2 ke mereka.



Gambar: tadinya gambar Voodoo doll dari website Voodoo Devils, sekarang diganti jadi gambar ayam panggang dari sini. Terus, karena baru nyadar gambar ayam panggang itu kurang tepat, ganti lagi jadi gambar sebuah alat musik tabuh bernama "SABAR" (abis katanya gue mesti sabar :P), dari situs ttg drum asal Senegal di sini.