KOMPAS, Jumat 28 November 2008
FRANS SARTONO
”Curhat /choor-hat/ singkatan dari curahan hati.” Begitu Tita Larasati memberi catatan pada kata pengantar karyanya, Curhat Tita. Ini adalah catatan harian grafis yang berbentuk serupa komik . Curhat, dan catatan kehidupan dalam bentuk sketsa itu menjadi komik alternatif yang mengajak pembaca untuk melihat dunia nyata secara lebih dekat.
Tita Larasati (36) adalah ibu dengan dua anak bernama Dhanu (7) dan Lindri (5). Setiap pagi, doktor lulusan Universitas Teknologi Delft, Belanda, 2007, itu mengantar anak-anaknya ke sekolah menggunakan angkot, alias angkutan kota. Setelah itu, ia mengayuh sepeda ke tempatnya mengajar di Jurusan Desain Produk Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dari rumahnya di kawasan Kanayakan, Dago, Bandung, Jawa Barat, Tita mula-mula harus menuntun sepeda karena jalan di kampung menanjak tajam. Selepas itu, ia tak perlu mengayuh karena jalan menurun terus menuju Kampus ITB di Taman Sari. Tita akan melesat di tengah jalanan Bandung yang penuh mobil angkot atau angkutan kota serta sepeda motor. Ia akan melewati penjaja serabi, nasi kuning, hingga bubur ayam di sekitar Simpang Dago.
Setelah dari kampus, ia harus bekerja keras mengayuh sepeda pulang ke rumah yang menanjak terus. Ketika ia sedang terengah- tengah mengayuh itu, sering terdengar sapaan ramah dari orang di sepanjang jalan. Enggak capek neng!” Atau juga godaan yang agak iseng, seperti ”Eeeh… awas itu rodanya muter!”
”Dari hari ke hari segala teriakan seperti itu terdengar,” begitu bernama lengkap Dwinita Larasati itu mencatat ”ritual” paginya dalam Curhat Tita, sebuah buku harian grafis atau graphic diary terbitan CV Curhat Anak Bangsa, Bandung, Maret 2008.
Bentuk catatan ini bisa disebut sebagai komik, tanpa alur cerita. Buku itu berisi catatan kehidupan sehari-hari Tita dalam sketsa. Ia menggambarnya dengan pena Pilot Gel –I warna hitam. Cetakan pertama sebanyak 3.000 eksemplar kini tinggal tersisa ratusan buku. Pekan ini di Bandung, Tita akan meluncurkan lanjutan diary grafisnya berjudul Curhat Tita Back in Bandung.
Judul itu merujuk pada keberadaan kembali Tita di Kota Bandung setelah sepuluh tahun lebih tinggal di Belanda. Tita kembali ke ITB, almamaternya, untuk mengajar di jurusan Desain Produksi. Perempuan kelahiran Jakarta tahun 1972 itu kuliah di jurusan Desain Produksi, 1991. Tahun 1998 ia ke Belanda untuk melanjutkan studi program S-2 dan S-3 hingga mendapat gelar doktor di Universitas Teknologi Delft tahun 2007. Di Amsterdam, dia menikah dengan Sybrand Zijlstra yang berdarah Belanda. Tahun 2007 itu juga keluarga Tita boyongan ke Bandung berikut dua anak mereka.
Keseharian keluarga itu menjadi catatan menarik dalam Curhat Tita Back in Bandung. Tercatat dalam buku itu antara lain tentang anak-anaknya yang beradaptasi di negeri tropis. Misalnya tentang keheranan Dhanu tentang kulitnya yang tak juga berubah sawo matang setelah sebulan tinggal di Indonesia. Atau juga pengalaman naik angkot yang bagi anak-anak itu merupakan petualangan mengasyikkan. Sebab untuk pertama kali dalam hidup, mereka naik mobil dengan pintu terbuka.
Kartunis Dwi Koendoro mencatat garis skets dan teks Tita sebagai ceria, nakal, dan menggelikan. ”Kita diajak naik angkot, berlomba naik sepeda bersama keluarganya…,” kata Dwi Koen di sampul belakang Curhat Tita Back in Bandung.
Tidak untuk PasarCatatan harian dalam bentuk sketsa itu dibuat Tita layaknya orang mengisi buku harian. Hanya saja, Tita membuatnya tidak dalam tulisan, tetapi sketsa. Catatan bergambar itu dibuat Tita secara spontan, langsung, tanpa rancangan dengan pensil terlebih dulu. Di dalamnya tercatat proses persalinan dari menit ke menit, termasuk detik-detik kontraksi. Atau juga ketika Tita jijik saat kejatuhan cicak. Catatan harian itulah yang menjadi materi Curhat Tita dan buku lanjutannya.
”Isinya asli, plek (sama persis), dengan diary yang saya buat. Kalau ada tulisan salah, ya dibiarkan salah, tidak dihapus,” kata Tita sambil menunjukkan sembilan buku harian berisi ratusan halaman dengan ribuan coretan. Ia juga menunjukkan ratusan kertas ukuran A 4 yang berisi penuh sketsa.
”Jadi, saya membuat ini tidak untuk menyenangkan pasar. Ketika saya menggambarkan semua itu, saya hanya mencatatkan apa yang saya alami setiap hari. Ini seperti ketika orang lain membuat puisi atau lagu,” kata Tita di rumahnya yang teduh yang dirancang oleh arsitek yang adalah ayahnya sendiri.
Ayah dan ibu Tita adalah arsitek sehingga sejak kecil ia dekat dengan dunia corat-coret. Dia juga tumbuh dengan komik seperti Asterix, Tintin, Trigan, plus komik dari Eppo, majalah komik dari Belanda. Ia juga mengenal komik wayang jenis Mahabarata dari RA Kosasih yang merupakan bacaan eyang atau kakeknya.
Tahun 1995, ketika mendapat kesempatan magang selama sepuluh bulan di sebuah biro desain di Jerman, Tita suka berkirim catatan harian dalam bentuk sketsa ke orangtuanya di Jakarta. Sketsa itu ia kirim lewat faksimile. Oleh ibunya, lembar faks itu difotokopi, diperbanyak, dan disebar ke saudara-saudara Tita. Itulah cikal bakal dari catatan harian grafis yang kini menjadi buku itu. Ratusan halaman sketsa itu telah terkumpul dalam delapan buku. Sebagian diseleksi dan terkumpul dalam Curhat Tita dan buku lanjutannya.
Tahun 2007, sekembali dari Belanda, Tita menggelar pameran tunggal ”Curhat Tita” di Spaces59, Bandung. Dari pameran itulah kemudian tergagas untuk mewujudkan buku Curhat Tita. Kebetulan ada penerbit yang kreatif, jeli, dan percaya diri untuk menerbitkan curhat-nya Tita. Mereka ingin memberi pilihan lain kepada masyarakat, selain komik semacam manga, komik Jepang yang banyak beredar di toko buku itu. Atau juga komik ala Amerika.
”Kalau ada komik Indonesia di toko buku, itu justru komik lama yang tokohnya jagoan,” kata Tita menyebut komik era Ganes Th dengan tokoh para jagoan dari dunia persilatan.
Dari cetakan pertama yang 3.000 eksemplar itu, Tita dan penerbit bisa membaca bahwa catatan harian grafis Tita mendapat respons pasar. ”Dalam Curhat Tita Back in Bandung, pasarnya sudah mulai jelas dan kebaca siapa pembacanya. Mereka yang tak suka atau tak bisa baca komik sudah mulai nyambung,” kata Tita yang juga membaca respons pasar itu lewat situs Internet Tita di www.esduren.multiply.com. ”Teman-teman ingin ada nuansa baru di komik Indonesia,” kata Tita.
Suasana baru itu datang dari catatan harian tentang kehidupan sehari-hari seorang ibu dengan dua anak kecil yang setiap hari mengantar anak-anaknya ke sekolah naik angkot di Bandung.
Pengamat komik, Yasraf Amir Piliang, mencatat Curhat Tita sebagai karya yang mengajak pembaca untuk ”...merebut kembali dunia harian yang nyata, yang nyaris tergilas oleh hiruk pikuk dunia urban, nyinyir media massa, dan banalitas dunia hiburan…”.
Titaaa.. congrats yaaa!! *peyuk*
ReplyDeletethanks ntulll *hugs juga*
ReplyDeletesukses terus ya saaaaaaaay... Gbu
ReplyDeleteasiiiik !
ReplyDeletesukses terus ya taaaaa...
*hugs*
terima kasih :)
ReplyDelete:-) wah jadi figur nasional nih .... sorry dur gak bisa datang hari ini.
ReplyDeletesalam aja ke si pidi dan hikmat.
khikhikhi.. *hugsss balik buat my best partner-in-crime*
ReplyDeleteeuh :"> pengennya jadi figur yg lain :P
ReplyDeletetrims prof, nanti salam saya sampaikan!
Tita, this is great... congrats..
ReplyDeletealso, good writer this time... this story is better than most published stories about you.... (more natural, more 'you'), congrats for that too....
Tita .... seperti ngulang sms tadi siang, hahaha ...
ReplyDeletecongrats :) Keren dan maju terus komik Indonesia (loh, yang terakhir kayak slogan pemilu, hehehe).
Mbak Tita....selamat yaaa....*peluk erat*
ReplyDelete*Anin yang selalu tak sabar menantikan sesi curhat dengan mbak tita*khikhikhikhi
Hehehe...selamat Ta, gue baca dari kompas e-paper. *asik punya temen seleb* :D
ReplyDeletekok korane gak kok scan Ta? terus di posting, kaya photomu karo Lindri nang kompas iku lho..... love you
ReplyDeleteTita, sukses slalu. Ditunggu karya2 selanjutnya. salam
ReplyDeleteSlamat ya Ta *hugs* btw komiknya bisa dibeli dimana aja ya?
ReplyDeleteweits... tita MEMANG
ReplyDeletemembuat bandung blues dan lapaaar!!!!!! eits, ada penerbit pribadi sekarang plon? Selamat ya, plon!!!*muahmuahmuah**tulisannya bagus, senang bacanya...dan...jangan lupa simpenin komik buat atjara kangen kangenan demplon taon depan...*rinduuu***
ReplyDeletewetss..
ReplyDeletebu Tita MEMANG tiap minggu nongol di koran, kayaknya nih...
seleeebb!! :D
h e b a t !
ReplyDeleteselamat. foto yg setengah halamannya ditaro juga dong :D
ReplyDeletehmmm... padahal banyak pembaca Curhat Tita yg nyinyir.... gimana yah? :p
ReplyDeleteSelamat yah Ta!!
Dahsyat...Dahsyat....Dahsyat...(epaper.kompas.com jemuwah 28 nov 2008 hal 16).
ReplyDeletengomong2 saya pny foto sama sampeyan ndak? biar nanti tak masukkan album foto kami "dengan orang beken"...sip!
mbak tita, moga sukses dengan launching-nya hr ini. btw kalo yang Transition tea ceritanya ttg apa ya? harusnya kemaren sekalian pesen...kirain dah gak ada sih :p
ReplyDeletePlon salam dari nyokap gue. hari ini telefon gue :" Udah tau belum? Temenmu Tita masuk koran!!" Padahal kan gue udah baca di MP ;)
ReplyDeletewaaa mba tita selamat yaaaa.. ;)
ReplyDeleteibu tita,selamaat.
ReplyDeletemakasih tunjung. eh tadi kamu ada kan ya? :)
ReplyDeletemakasiy nuuurr :)
ReplyDeletehahahaha.. tinggal baca korannya versi online. salam juga buat tante irma nan kece senantyasa!
ReplyDeleteoh.. itu isinya cerita 24 halaman, hasil ngomik 24 jam yg tahun 2006 (yg masuk kompilasi highlight/ 10 besar dunia). mau? sepertinya sih masih ada..
ReplyDeleterasa2nya kita nggak pernah foto bareng. atau pak sutops punya foto bareng saya di mana saya tidak menyadarinya?
ReplyDelete..nyinyir-nya kenyataan, bukan 'nyinyir media massa'.. hahaha..
ReplyDeletemakasih ya ven! *muah!
tadi aja ngopi artikelnya sepotong2, karena multiply gak terima java script(?)
ReplyDeletentar gue pasang yg dari epaper atau hasil scan :D
trims!
you, too! :)
ReplyDeletehaehhh.. ;))
ReplyDeletesejak yg 'curhat tita' (cover kuning) itu udah ada penerbitnya, CV Curhat Anak Bangsa. makasih ya makplon :) ehh taun depan lagi ya? asiikkk *kangeeunnn*
ReplyDelete*pijetin jempol si frantic creature biar gak bengkak lagi*
ReplyDeletemakasih ya, tadi keluarga elmo ranger turut meramaikan acara!
thanks jenzzz *hugs balik*
ReplyDeletekabarya di gramed PIM udah ada. coba cek aksara, mungkin jg ada di sana.
terima kasih pak tonny! :)
ReplyDeleteTita, congrats yaaa....*hugsandkisses*
ReplyDelete'rung kober, ten. suk yo :D
ReplyDeletethanks ya! (seleb-ihnya kaleee)
ReplyDeletesamaaa.. hihihi.. makasih ya niiin *peluk sampe sesek*
ReplyDeletehaha makasih el! nggapapa, udah ampir musim.. ;))
ReplyDeletethank you, mer! :)
ReplyDeletesome mistakes still occur, though, but only those who understand my details would notice.
aliiin makasih yaa >:D
ReplyDeleteCongrats ya Ta. Ngomong-ngomong, aku juga ga punya foto denganmu *ihik*
ReplyDeletewah,saya td tidak dtg ibu..telat kabar diajakin tmen temen..
ReplyDeletesedihnya lagi,malemnya temen2 ngeliatin postcard,pin,dan buku yg ibu tandatangani.
:'(
(regretting mode:ON)
(bu,mug saya sudah fun dan dinamis belum? hehe)
berarti aku juga nggapunya foto sama kamu.. *hiks*
ReplyDeletehaa.. ya udah, nanti aja buku berikutnya (ciyee)..
ReplyDelete(mug? ya belom laaah :P)
sukses terus ya ta..*_*
ReplyDeletemakasih mbaaak :)
ReplyDeleteit's about time. you are doing great, Tita. bravo, teuteup semangat genjot sepeda...
ReplyDeletemana foto yang di korannya mbak? hihihi... peluncurannya asik banget kemarin ^_^ sukses terus yak. ntar aku posting foto2nya ^_^
ReplyDeleteMbak Tita, selamat...selamat ya!
ReplyDeletebarusan saya membaca artikel ini di Kompas,
ReplyDeletedan langsung mengunjungi multiply Mbak Tita,
jadi memberikan semangat utk menulis ^-^
wah iya sama tapi kayaknya mbak tita malah memberikan semangat untuk menggambar ^_^ eh iya aku jualan bukunya mbak tita loh... nama toko-ku semesta he he he tapi buku yang jilid 1.
ReplyDeleteTitaaa.. jadi Sosok Nasional!! Slamat ya Taaa... satu lagi temanku... (hihihi)
ReplyDeleteEh... yg kasih tau ini malah adek ipar gw.. dgn heboh ngasih liat ke gw.. Gw pas ada di Bandung PP. Gw kasih liat anak gw.. ini mamanya Dhanu! Anak gw yg kecil bilang... "tante Titaaa..." (dia slalu hapal nama loe! Gw jg heran...) hehe.. Elo juga sosok buat anak gw!!!
kemarin pagi aku baca kompas di warung kopi langganan dan tiba2 berteriak,"lihat wanita di foto ini? aku kenal dia!"
ReplyDeletedan orang2 menyahut lemas,"iya deh.."
masih terlalu pagi kali ya?
congrats Tita! very proud to know you :)
ReplyDeletehehe.. thanks, capt!
ReplyDeleteblom pulang nih.. lg OL dr ngurah rai, bali...
ReplyDeleteterima kasih ya udah dateng dan turut meramaikan bersama pidi! hahaha!
terima kasiiih! :)
ReplyDeletewah, om dwi koen ngasi sambutan heibaaaat!!!
ReplyDeleteSelamat! Satu lagi anak bangsa dengan karya yang membanggakan! :)
ReplyDeleteSenengnya malam ini dapat satu2nya komik 'transition' yang tersisa di rak Aksara Citos, tapi ternyata mereka belum punya CT:BiB... Uuuh, gak tahunya kalo dah gak sabar mo baca :D
ReplyDeletesenang mendengarnya :) terima kasih yaa
ReplyDeletehihi ini juga seru...
ReplyDeletewah ikutan menyebarkan curhat? triimmss :D alamat semesta di mana?
ge-er nih gue, diinget2 melulu ama anak guanteng.. ;))
ReplyDeletesabtu kemaren ini gue gak di bdg, tp sabtu depan sptnya ada. boleh lho kalo mau mampir lagi.. kita gaul lagiii
emh.. podo kurang sajen..
ReplyDeletelikewise, tkmaia! :)
ReplyDeleteiyaaa.. terharuuu.. :">
ReplyDeleteterima kasih :) semoga bisa membuat karya2 yang lebih berguna lagi!
ReplyDeleteoh yaa? mungkin (semoga) sebentar lg sampai situ..
ReplyDeleteterima kasih :D
diulang lagi aaaah...
ReplyDeletebighugs... bangga sama Tita !!
aww.. makasih sien.. *hugsbalik
ReplyDelete