Menjadi dosen penuh di ITB berarti menjadi Pegawai Negri Sipil (PNS).
Menjadi PNS berarti harus lulus ujian Calon PNS (CPNS), dan bila lulus statusnya jadi CPNS.
Bila CPNS ingin jadi PNS, berarti harus melewati masa Pra Jabatan (Prajab), dalam waktu 2 tahun setelah diangkat jadi CPNS.
Saya diangkat jadi CPNS ketika sudah mendarat di Belanda, 1998. Setiap kali mendapat panggilan untuk Prajab, waktunya selalu tidak cocok dengan jadual kuliah dan (tentu saja) budget. Rasanya nggak worth untuk pulang mendadak di tengah2 waktu kuliah dan riset hanya demi Prajab. Harus bayar sendiri, pula.. mana cukup dari uang beasiswa. Jadi saya sudah menunda Prajab beberapa kali dan jadi "(C)PNS bermasalah" karena sudah melewati masa yang ditentukan utk Prajab.
I'm not too crazy about Prajab itself. Meskipun belum mengalami sendiri, tapi saya rasa pelaksanaannya membuang2 waktu dan energi para pesertanya. Dikarantina sekian minggu di suatu tempat, diberi materi yg nggak jauh2 dari P4 dan mungkin ke-PNS-an. Kalau hidup masih single, mungkin akan lebih mudah mempertimbangkan Prajab. Beda masalah kalau sudah berkeluarga. Ada teman yang baru melahirkan bayinya, dipanggil untuk ikut Prajab. Ia terpaksa meninggalkan dan menyapih bayinya yg baru berusia beberapa belas minggu! Si anak selanjutnya terpaksa memperoleh asupan susu formula ketimbang ASI, hanya gara2 aturan kaku ini. Tidak manusiawi.
Bayangkan kalau sekarang saya tiba2 dipanggil utk ikut Prajab. Bapaknya anak2 tentu saja bisa mengurus dan menyiapkan keperluan anak2 sehari2 (bekal sekolah, baju ganti, antar-jemput, dsb. - termasuk menjaga persediaan grain bread, cereal dan susu di rumah). Tapi dia kan juga bekerja, meskipun free lance. Lagipula dia belum tentu mengerti pengumuman dan pesan2 berbahasa Indonesia yg disampaikan guru2 pada buku penghubung anak2 :D
Bisa nggak ya, materi Prajab ini diberikan secara lebih fleksibel. Tidak perlu jauh2, tidak perlu karantina, hanya semacam seminar dan workshop beberapa hari. Ini tentunya kan lebih praktis dan meminimkan pemborosan. Boleh lah diuji, materi saya pelajari di rumah saja :)
Kenapa tau2 saya nulis ini? Sekitar dua minggu lalu, ketika saya sedang tugas ke luar kota, ada SMS masuk dari pegawai fakultas. Beritanya, ada Prajab yg dimulai tgl 27 Sept, dan jika ingin ikut, ada biayanya, 3 juta. Besoknya, begitu tiba di kampus, saya tanya2, SMS ini maksudnya apa. Ternyata, ada Prajab yg diadakan oleh 'luar' (bukan DikNas), jadi peserta di luar instansi yg mengadakan dikenakan biaya sebesar 3 juta. Lha, gaji aja belum penuh kok malah disuruh bayar sekian juta?
Saya segera memberitahu Ketua Program Studi dan Ketua Kelompok Keahlian, yang lalu mengajukan pembiayaan Prajab saya itu ke fakultas. Hingga saat ini tidak ada jawaban, jadi berarti nggak dikabulkan oleh fakultas, sementara Prajab tsb. tentunya sudah berlangsung.
Ketika mengobrolkan hal ini dengan teman2 sesama dosen, mereka bilang, ya kita2 aja yang nggak biasa dengan 'prosedur' begini. Lanjut mereka, orang itu banyak yang - saking inginnya jadi PNS - sampai rela menunggu di gerbang lokasi Prajab dengan membawa belasan, puluhan juta. Sehingga bila ada peserta yang batal, mereka langsung mengajukan diri utk masuk menjadi peserta dengan membayarkan juta2an itu. Gila ya. Kalau proses menjadi PNS-nya saja musti modal segitu, tentunya setelah jadi PNS beneran bukan tidak mungkin ybs. akan berusaha 'balik modal' sebisanya!
Memang kabarnya Prajab dibuat jadi lebih ringkas, tapi kita lihat saja nanti sampai sepraktis apa. Kita tunggu saja panggilan berikutnya. Gimana teman2 yg sudah pernah mengalami, ada cerita tentang enak/enggaknya ikutan Prajab? :D
Foto2: Suasana tes CPNS di Bangka dari www.bangka.or.id dan penutupan Prajab di Klaten dari www.klaten.or.id
Emang kalau jadi dosen di Indo musti jadi PNS ya Ta?
ReplyDeletesetauku, kalau mau jadi dosen penuh di perguruan tinggi negri di indonesia.
ReplyDeleteeh.. meskipun belum prajab dan menyandang status bermasalah, aku udah punya NIP lho (diturunkan waktu diangkat jadi CPNS). sama spt temen2 yg sudah prajab dan jadi PNS penuh.. :P
-cut-
ReplyDeleteorang itu banyak yang - saking inginnya jadi PNS - sampai rela menunggu di gerbang lokasi Prajab dengan membawa belasan, puluhan juta. Sehingga bila ada peserta yang batal, mereka langsung mengajukan diri utk masuk menjadi peserta dengan membayarkan juta2an itu. Gila ya. Kalau proses menjadi PNS-nya saja musti modal segitu, tentunya setelah jadi PNS beneran bukan tidak mungkin ybs. akan berusaha 'balik modal' sebisanya!
-cut-
itu sebabnya 9 thn lalu gw melepaskan kesempatan yg tinggal selangkah lg utk jd CPNS. mahluk-mahluk yg saat di kampus sangat militan, melempem saat di dunia kerja & dibutakan oleh suap.
protes soal kepraktisan, gw pikir itu udah emang aturan mainnya. apa boleh buat, yg bikin peraturan mungkin aliran orangtua yg memberi anaknya susu kaleng...
Birokrasi.....
ReplyDeleteWah..kalau gitu bila pulang nanti jadi dosen nggak penuh aja kali ya..maless banget deh kalau ribet gitu.
ReplyDeletebetul banget, Tita.. itu yang jadi "lingkaran setan"
ReplyDeletenanti begitu masuk terus yang senior "memupuk" juniornya.. sehingga junior terpaksa untuk "selalu mengingat" jasa-jasa seniornya.. saling menjaga.. bla-bla-bla..
sperti si Bryan gue melepaskan beberapa kesempatan untuk jadi pegawai negeri..
di sini (Amerika) juga pegawai negeri lho statusnya kalau ngajar di universitas negeri :)
ReplyDeleteTa...ampun deh, masa prajab sampe dibisnisin gitu? lagian ngapain musti seminggu disetrap ala p4 gitu? emang sesudah seminggu gitu2an bakal jadi apa? ganti otak? ganti muke? ganti kepribadian?
ReplyDeleteeh, sorry, kagak guna banget ya gue ngedumel di sini...
Lho Ta, seminar dan workshop beberapa hari itu kan juga proyek yang ada nilainya, mosok mau dipangkas? Ya nggak lah? Kalo bisa boros, kenapa harus hemat? Kalo bisa susah kenapa harus dibikin gampang? Yaaaa, kayak iklan gitu deh.. ;))
ReplyDeleteIya sih tapi kan prosesnya nggak ribet bikin mumet gitu...prajab prajeb proses yang bikin bete' itu...hehehe...btw kenapa ya namanya PNS...Pegawai negeri sipil..emang ada ya PNNS ..Pegawai negeri non sipilnya?...bedanya apa? wah gue harus riset seluk belu kepegawaian kenegrian Ngendonesiah neh...
ReplyDeleteHmm ... ini yang aku khawatirkan ... birokrasi yang membuat kita terkatung-katung dan salah satu sebab saya belum memastikan mau masuk sistem itu. Kita udah susah payah berusaha meningkatkan kompetensi kita, penghargaannya nggak sesuai. Tadinya aku kira kita harus nunggu satu tahun, itu aja udah bikin males, ternyata dua tahun ya? lebih bikin males lagi .... dan fatalnya: masih pake dibisnisin pula. Ini kurang ajar.
ReplyDeleteSebenernya kalau fakultas mengizinkan pembiayaan ujian itu, maka itu berarti institusi "setuju" dan "ambil bagian" dengan sistem bayar-bayaran ini. Ini malpraktek. Nanti malah tambah salah kaprah. Seharusnya semua berusaha mengeliminir masalah bayar-bayaran ini, terutama orang-orang ITB kan harusnya punya power, jangan ikut terdikte malpraktek.
perlu diketahui saya juga gak ikutan prajab (persis seperti anda alasannya - entah dadakan lah, pas saya sedang mengerjakan proyek yang tidak bisa ditinggalkan, dan seterusnya). walhasil, status saya bermasalah. seterusnya ... gajian disetop. he he he. biarin deh. sekarang sudah ketuaan untuk prajab-prajab. he he he.
ReplyDeleteWah, kalau Pak Budi Rahardjo sih memang terlalu senior buat "antri nulis test di bangku SMA".
ReplyDeleteMudah-mudahan sistemnya bisa diperbaiki ...kasian yang muda-muda ...
harusnya training dan induksi kayak gini bisa dibuat dalam bentuk e-learning. ujian juga bisa jarak jauh. tapi siapa yang mau? itu berarti memutus ladang penghasilan banyak orang di rantai birokrasi :)
ReplyDeletedalihnya urusan negara, tapi ujung-ujungnya urusan pribadi ybs.
tahun kemarin gw ikutan prajab. ya tentu dengan terpaksa. tadinya rada malas, tapi didorong sama yan2, ya udah deh. akhirnya fak bayarin sekitar 1 juta something. tapi itu belum ongkoa beli pakaian hitam putih plus emblem korpri. untungnya ada fifi (waktu itu belum married), jadi ada temanlah. lokasinya di batujajar, padalarang. sekitar sejam dari bandung. hari pertama ikutan gw udah mau kabur karena disiruh baris2 buat ngantri makan. fifi udah stress waktu saya bilang mau pulang. tapi akhirnya gak jadi, malah nyelesaiin sampe selesai ujian. ya akhirnya dua minggu gw jalanin. dan terasa cukup fun. makan enak, tidur cukup nyaman (gw dpt kamar + kamar mandi sendiri).
ReplyDeletecuma emang materinya boring. supaya gak boring, gw rajin bertanya macam2 sampe penatar2nya takut sama gw kalo ngajar di kelas gw.makanya gw populer hehehe... pas mau inagurasi gw pulang duluan alasan keluarga (waktu itu dina dan anak2 pindah ke bdg). padahal sih mau lihat pembukaan pasar seni hehehehe.
anyway, setahun setelah prajab status gw MASIH CPNS!!!!! katanya masih di proses di pusat. ya udahlah...kelaut deh PNS
ini foto2 prajab tahun kemarin
Ajaib yah... Pas gue cerita ke Jesse ini pikiran dia juga :)). Thanks Ta, kalo gak elo mana tau gue beginian :D.
ReplyDeletebener, di sini sih kalau udah kepilih sebagai faculty/staff, ya langsung masuk sistem, langsung deh pegawai negeri. kalau American citizen ditambah tandatangan yang isinya: "swear deh, gue ngga akan malu-maluin Amerika." udah deh, beres. paling prajab di Arizona adalah kanoe-ing di sungai Gila.... hehehe.
ReplyDeleteya ada pegawai negeri non sipil... seperti TNI, Polri...
ReplyDeleterepublic: gue ngakak lihat foto-foto prajab pake apel, pake baris-berbaris. busyet deeeeeeehhh! untung dulu gue ditolak fakultas waktu minta bantuan beasiswa dengan imbalan gue jadi PNS. wahahahhahahahahahh....
ReplyDeleteOh iya ya...itu pegawai negeri juga...hehhe...thanks lady dayeuh...sudah dicerahkeen...maklum saya nggak tahu menahu soal PNS, CPNS , PNNS..etc...dari dulu juga gak pernah impressed dan nggak pernah tertarik sih sama yang gini...setelah baca-baca ini lebih nggak tertarik lagi....hehehe...kalau presiden RI itu PNS juga? lha kalau presidennya militer jadi PNNS atau PNS nyaru?...=0P
ReplyDeletekucingkembar: hahaha, bener, gue juga ngakak2 (btw, republic, itu website koq isinya under construction melulu! terus foto elu mana?). senasib gue sama elu Cing. gue ngelamar ke ITB krn didesak-desak para dosen katanya gue "berpotensi, diinginkan dan diperlukan". eh, untunglah nasib surat gue kagak jelas -- dipanggil kagak, ditolak kagak -- jadi gue ngga usah berbaris ala prajab itu.
ReplyDeleterasti: presiden RI bukan PNS. Menteri aja bukan PNS... :P, tapi istilahnya "pejabat tinggi negara" (kalau nggak salah). Yang PNS itu kalau nggak salah dari level direktur jendral ke bawah. Mereka pegawai karir, sementara menteri itu posisi politik. Gitu kalau nggak salah.
ReplyDeleteNah, kalau dosen... itu jauh, kali ya, levelnya dari Direktur Jendral Pendidikan Tinggi... (ngelirik republic. hihihihihiiii).
mer: ya, gue ngakak karena ini kok sama dengan jaman gue ikut P4 waktu masuk kuliah dulu? gile bener. hari gini masih ada begini-beginiannnnn??? ternyata nggak mudah merombak struktur dan ritual yang sudah mendarah daging macam begini....
ReplyDeleteAku pernah prajab, dua kali !!.
ReplyDeletePertama waktu di Bali, jadi PNS di Dept Kehutanan. Lalu kemudian mengundurkan diri atas keinginan sendiri dan secara administrasi negara ini lelet, aku sendiri yang menghapus NIP ku di BKN.
Lalu 4 tahun setelah itu aku melamar lagi di Dept Kelautan, karena melamar baru, yah jadi harus prajab lagi... UUggHH....
Untunglah di dua Departemen itu ngga ditarik bayaran apapun dan aku juga tidak mau membayar apapun, dari mulai melamar sampe buat prajab.
Dulu kayaknya prajabnya ngga per departemen, soalnya pesertanya dari berbagai departemen, lumayan nambah network. Kalo ngga salah baik di Bali ataupun yang kedua, di Jakarta, dua²nya dikoordinir PEMDA.
Prajab nya kayak apa? wegh bete asLi, apalagi yang di Bali sampe 5 minggu, ada baris-berbaris pulak... Materinya apa? sumpah garing !!!!!
baris-berbaris itu perlu lagi. namanya juga pengawal keutuhan NKRI, harus disiplin dong. tidak peduli mau anak pengusaha, mau doktor dari amerika, mau anak menteri, poko'e ikutan baris. malah kita dilatih sama anggota kopasus seharian khusus baris-berbaris. seru juga, soalnya mas-mas kopasus itu lebih banyak curhat daripada ngajarnya, sampe cerita nembak orang di aceh segala yang dia gak tega (makanya banyak tentara isep ganja biar nekat)
ReplyDeleteanyway anyway, teman2 angkatan prajab gw itu sangat setia dengan ke pns-nya. sampe pada bikin ikrar kesetiaan, dan macam2 deh. gw sama fifi (dosen desain tekstil) sampai geleng2 kepala. but well, there are those people who take PNS seriously for the sake of their career.
foto2nya asik pisan....orde baru pisan :D
ReplyDeletehmmm pantes aja jadinya korupsi.... mungkin ya.... biar uang puluhan, belasan juta itu balik modal, atau mungkin diitung investasi? hihihi
ReplyDeleteyah.... tapi ngga tau juga sih.... orang motivasinya kan beda2... mungkin emang tulus mengabdi pada negara :D
ReplyDeletePrajab itu memang mekanisme yang 'aneh' dalam kepegawaian. Masalahnya di content-nya yang gak menyesuaikan jaman itu loh, padahal sudah banyak dikembangkan modul-modul upgrade SDM yang lebih baik apalagi SDM-nya notabene tenaga edukatif, bisa lebih spesifik. Soal biaya, kemarin-kemarin itu jadi tanggung jawab instansi perekrut (fakultas), entah atas alasan apa kalo lewat waktu tertentu jadi ditanggungkan ke peserta. Kalo kita sudah mulai bisa 'menikmati' hari-hari berbaris, antrian makanan, salam-salam 'kenegaraan' kita mungkin tidak terlalu masalah dengan mekanisme aneh ini. Untuk status yang aneh-aneh soal (C)PNS coba tanya Emon SG'91 (where are you, Mon?) yang akhirnya melepas status PNSnya beberapa bulan setelah beres prajab.
ReplyDeleteOooh...gitu...thank you kucing....buat Tita...kalau gitu gimana kalau jadi Pejabat Tinggi Negara ITB aja...jadi nggak puyeng ma prajab prejeb ini...? =0P
ReplyDelete