Tuesday, May 16, 2006
Luapan Semangat dan Enerji dari Kerkstraat, Amsterdam
Kerkstraat adalah sebuah jalan kecil yang memotong Leidsestraat, jalan besar menuju Leidseplein yang merupakan salah satu tempat tujuan para wisatawan di Amsterdam, di mana terdapat gedung-gedung teater, ratusan bar, café dan restoran. Di sekujur Kerkstraat pun terdapat beberapa restoran, galeri seni, hotel, tempat penyewaan sepeda, dan berbagai tempat menarik lainnya. Di jalan kecil inilah sebuah toko komik kecil bernama Lambiek mulai berdiri dan kemudian berkembang hingga memperoleh reputasi sebagai salah satu toko komik yang terlengkap di Belanda. Tak sekedar menjual komik, Lambiek pun memiliki ruang galeri dan juga mengoleksi memorabilia antik (yang berhubungan dengan komik/strip) dan karya-karya asli para komikus tenar.
Suasana Leidsestraat yg selalu dipenuhi wisatawan
Para profesional, penggemar dan pemerhati di bidang komik dan cergam, terutama yang telah mengenal Lambiek, pasti selalu mengasosiasikan toko tersebut dengan seorang Kees Kousemaker (63). Kees adalah sosok di balik seluruh kesuksesan Lambiek, bahkan dapat dikatakan merupakan personifikasi, bentuk jiwa-raga dari Lambiek dan seluruh aktivitas seputar Lambiek. Kees muda yang sebelumnya berprofesi sebagai guru gambar di Haarlem, kemudian melanjutkan studinya ke bidang Bahasa Belanda di Utrecht, memang senang berburu dan mengumpulkan berbagai komik dan cergam, baik baru maupun bekas. Setelah melewati masa wajib militernya, pada tahun 1968 Kees membuka toko Lambiek bermodalkan uang tabungannya sendiri. Tabungan Kees saat itu, sejumlah 2000 Gulden, masih dapat melunasi biaya sewa ruang (sebesar 129 Gulden/bulan - yang termasuk murah, bahkan untuk masa itu) dan biaya pembuatan rak dan perabot lain-lainnya, yang dibuat sendiri dari kayu bekas dengan bantuan teman-temannya. Kees memilih nama “Lambiek” untuk tokonya, yang berasal dari salah satu tokoh pada cergam seri Suske & Wiske dari Belgia (yang bisa dibilang merupakan satu-satunya seri ‘baru’ yang populer kala itu). Kees mengambil tokoh Lambiek karena asosiasi tokoh tersebut dengan bir dan perangainya yang agak ceroboh, yang dianggapnya mirip dengan dirinya (Kees) sendiri – terutama dalam hal ‘kenekatan’nya mendirikan toko komiknya tersebut. Di samping itu, pada masa itu orang senang menyebut toko mereka dengan istilah boutique (misalkan brood boutique untuk bakery, atau toko roti), jadi nama Lambiek pun pas bersajak dengan kata “boutique”. Salah satu motivasi terkuat Kees untuk mendirikan Lambiek adalah tidak adanya toko yang mengkhususkan ke komik/ cergam pada masa itu. Toko-toko buku besar sangat jarang menampilkan komik, sementara kios-kios rokok dan koran hanya menyediakan sedikit jenis majalah komik dan cergam.
Kees muda saat memasang papan nama toko di lokasi pertama Lambiek, Kerkstraat 104
Saat pembukaan Galerie Lambiek: (ki-ka) Evelien Kousemaker, Kees Kousemaker, Willy Vandersteen, pencipta seri Suske & Wiske
Meskipun tak pernah secara khusus memasang iklan, Lambiek sering mendapat publikasi gratis, baik dari mulut ke mulut maupun melalui media massa yang jumlah dan variasinya masih sangat terbatas. Antara lain adalah ketika acara peresmian Lambiek yang dihadiri oleh Willy Vandersteen (pencipta seri Suske & Wiske yang berasal dari Belgia) pada tanggal 8 November 1968 yang diliput oleh stasiun televisi Belanda. Kala itu hanya ada tiga saluran untuk seluruh negeri Belanda, sehingga dengan mudah kabar mengenai Lambiek, toko komik pertama di Belanda, tersebar ke seluruh pemirsa televisi di Belanda. Lambiek memang merupakan pelopor di bidangnya, sebab setelah didirikan, dengan segera bermunculan banyak toko di Belanda dan Eropa yang juga mengkhususkan diri di bidang komik/ cergam, memorabilia dan pernak-pernik komik lain.
Dalam sebuah seri Agen 327, Ijzerbroot digambarkan lewat di depan Lambiek
Pada awal masa berdirinya, Lambiek hanya menampilkan koleksi pribadi milik Kees. Para penggemar komik yang sering mengunjungi Lambiek, menjadikan Lambiek tempat berkumpul dan bergaul. Kees pun sering berinisiatif untuk mengadakan acara semacam sesi tanda tangan para komikus, atau perayaan penerbitan (ulang) suatu album komik; kegiatan yang masih berlangsung hingga kini. Peminat komik makin besar, sejalan dengan bertambahnya jumlah dan variasi komik di pasaran, dan koleksi Lambiek pun bertambah. Sehingga pada tahun 1980, toko pertama Lambiek di Kerkstraat nomer 104, yang hanya berupa sebuah ruang bawah tanah, pindah ke lokasi barunya ke nomer 78, ke sebuah ruang yang lebih besar di jalan yang sama. Saat itu dunia komik sedang mencapai masa jayanya, terus berkembang dan memiliki banyak penggemar setia, sehingga aktivitas pada Lambiek pun tak pernah mereda. Toko di lokasi yang baru ini diresmikan dengan nama Galerie Lambiek.
Sebuah gimmick reklame milik Lambiek yg mengundang banyak masalah (berkenaan dengan aturan tata kota) karena ditempatkan di tikungan antara Leidsestraat dan Kerkstraat. Kini gimmick tsb. ditempatkan tepat di depan toko.
Sehubungan dengan galerinya ini, yang mulai dibuka pada tahun 1986, Kees tidak ingin mengecilkan istilah “galeri” dengan sekedar memasang hasil cetakan silkscreen dan gambar-gambar komik pada dinding. Salah satu tujuan galeri ini adalah mengeksplorasi wilayah yang tak terdefinisi antara komik/ strip dan lukisan seni murni. Hal ini dibuktikan dengan pameran perdana saat pembukaan galeri, di mana ditampilkan berbagai karya dari para kontributor majalah Raw. Pers dan masyarakat umum dikejutkan oleh karya-karya yang ditampilkan, dan Eropa pun mulai menemukan seni komik/strip eksperimental. Ironisnya, Galerie Lambiek meraih reputasi lebih besar di luar Belanda, bukan di Belanda sendiri dengan dunia seninya yang konservatif. Semenjak itu, pameran-pameran di Galerie Lambiek berlanjut dengan berbagai jalur eksperimental, antara lain menampilkan Peter Pontiac (pencipta novel grafis Kraut) yang memamerkan lukisan-lukisan unik yang dibuatnya di lembaran-lembaran kardus berukuran besar, Pascal Doury dan Bruno Richard (para pencipta majalah Elles sont de sortie; Doury sendiri adalah seniman underground/comix yang tenar dengan karyanya Pornographie Catholiqie di majalah Raw) yang menggarap karya-karya mereka langsung pada saat pameran, dan André Franquin (pencipta tokoh-tokoh komik terkenal Marsupilami dan Gaston) yang menggunakan foto-foto untuk memperbesar sketsa pensilnya menjadi lukisan abstrak selebar dinding, dengan warna-warna mengejutkan.
Suasana interior Lambiek di Kerkstraat 78, karya Peter Pontiac, yg menampilkan beberapa tokoh komik terkenal. Kees terlihat sedang duduk membaca, sementara Klaas berdiri melayani seorang pelanggan. Para 'pelanggan' adalah tokoh2 komik terkenal di Belanda.
Sementara itu, Galerie Lambiek juga tetap mengoleksi berbagai sketsa dan lay-out asli (pre-produksi sebuah album cergam) hasil kerja para komikus tenar. Kees menganggap sketsa dan lay-out tersebut adalah bagian dari suatu proses produksi, yang sebagian besar dibuat untuk memenuhi target tenggat waktu dan permintaan klien maupun pasar. Sketsa dan lay-out untuk album cergam bukanlah curahan emosi, intuisi, dorongan bereksperimen atau penuangan kreativitas sepenuhnya, sehingga jarang yang dapat disebut sebagai karya seni, meskipun tampilannya tak kalah menarik. Karya-karya asli yang merupakan proses komik jarang dapat terjual, meskipun harganya tidak terlalu mahal. Sebagai gambaran, harga sebuah sketsa pensil dari Will Eisner (pencipta seri Spirit dan perintis novel grafis dengan karyanya A Contract with God) ‘hanya’ berkisar antara 300 hingga 400 Euro, sementara sebuah lukisan dapat mencapai harga ribuan Euro.
'Poster' Lambiek karya beberapa komikus
Sketsa Will Eisner untuk Lambiek
Galerie Lambiek telah banyak dikunjungi para komikus terkemuka di dunia. Mereka datang untuk berbagai acara, seperti sesi tanda tangan, peluncuran (ulang) album baru, atau hanya sekedar mampir di waktu senggang. Sebuah buku tamu tebal yang selalu tersedia telah terisi oleh coret-coretan gambar dan komentar dari para pengunjung, yang dengan sendirinya merupakan koleksi yang sangat berharga. Pertemanan Kees dengan para tokoh komikus ini, ditambah pula dengan Galerie Lambiek-nya yang telah melegenda, berakibat pada pengabadian lokasi Lambiek di Kerkstraat 78 dan Kees Kousemaker sendiri sebagai elemen dan tokoh pada beberapa komik/ cergam, poster, dan sebagainya, antara lain oleh Peter Pontiac dan Martin Lodewijk (pencipta Agent 327).
Tim Lambiek
Para pengunjung baru Lambiek dapat dengan tenang mengeksplorasi isi toko, begitu banyak koleksi yang dapat dilihat. Para pengunjung tetap pun tak akan bosan, karena setiap kali datang, pasti akan ada hal baru yang menarik. Klaas Knol, seorang personel senior Lambiek, selalu jeli melihat dan dapat merekomendasikan dengan tepat pilihan album komik/ cergam pada para pelanggan. Koleksi Lambiek memang melingkupi banyak aliran pada komik/ cergam, mulai dari keluaran penerbit besar hingga karya-karya underground maupun indie/ independent (patut dicatat bahwa Lambiek adalah toko komik pertama yang mendukung dan bersedia menjual komik-komik underground dan independent baik yang berasal dari Belanda maupun luar Belanda). Di Lambiek tak jarang pula dijumpai album-album cergam ternama dalam berbagai bahasa, yang menjadi sasaran para kolektor. Koneksi Lambiek yang tersebar begitu luas sempat juga menjadi berkah bagi sekelompok komikus Indonesia, yang melalui kontak dengan Lambiek telah membuahkan hasil konkret, berupa partisipasi dalam Stripdagen Haarlem (sebuah ajang komik/cergam terbesar di Belanda yang diadakan di Haarlem setiap dua tahun), dengan menampilkan pameran komik Indonesia bertajuk Madjoe! pada tahun 2002. Lambiek bahkan meminjamkan koleksi berharganya untuk disertakan dalam pameran “Madjoe!” tersebut: beberapa eksemplar koran tua yang penuh berisi komik/strip, yang diterbitkan di Hindia-Belanda pada tahun 30-an.
Interior Lambiek di Kerkstraat 78
Beberapa koleksi memorabilia komik milik Lambiek
Lambiek membebaskan para pengunjungnya menikmati koleksi mereka (buku/album yang disegel hanyalah yang masuk kategori antik), bahkan menyilakan para pelanggan tetap untuk membawa pulang (setelah membayar) komik baru yang mereka pilih untuk dibaca di rumah, dan boleh segera dikembalikan ke Lambiek bila ternyata tidak suka. Hubungan semacam ini memang membuat Lambiek lebih dari sekedar sebuah toko dan galeri, dan menciptakan pengalaman berinteraksi lebih dari sekedar hubungan pembeli dan penjual. Mereka dapat membuat semua pelanggan merasa nyaman dan diterima dengan baik sebagai kawan. Mungkin ini lah salah satu faktor yang membuat orang-orang selalu menyempatkan diri untuk mampir, walaupun hanya untuk sekedar bertukar sapa dengan para personel Lambiek.
Interior Lambiek di Kerkstraat 119 - toko perpindahan sementara yg memang sangat sempit - sebelum akhirnya mereka pindah di lokasinya yg sekarang, Kerkstraat 132
Sangat disayangkan, gedung tua yang ditempati Lambiek di Kerkstraat 78 mulai menampakkan kerapuhannya, sehingga mengakibatkan kerusakan pada banyak komik koleksi Lambiek. Sebagian besar komik baru yang terkena sedikit kerusakan karena kelembaban terpaksa dijual dalam kotak khusus bertuliskan vocht schade (= humidity damage), dengan harga yang sangat miring. Menjelang akhir tahun 2003, Lambiek dihadapkan pada dua pilihan: untuk pindah ke tempat baru, yang berarti memerlukan banyak sekali biaya, atau menutup bisnisnya sama sekali, yang berarti merupakan kehilangan besar bagi dunia komik internasional.
Setelah berdiri sebagai toko komik tertua di Belanda, bahkan Eropa, selama puluhan tahun dan tetap bertahan, sangat disayangkan bahwa Lambiek tidak mendapat dukungan apapun dari pemerintah Belanda. Titik lokasi Lambiek di Amsterdam yang telah seringkali dikunjungi oleh ribuan pelanggan setianya, baik dari dalam maupun luar Belanda, ternyata tidak layak dianggap sebagai landmark kota Amsterdam. Sehingga, bila ingin terus bertahan, Lambiek harus mengandalkan usaha dan tenaga sendiri. Dan memang itulah yang dilakukan Kees, Klaas dan teman-temannya untuk terus mempertahankan eksistensi Lambiek.
Kabar baik terdengar melalui De Reporter, jurnal online yang dikeluarkan Lambiek melalui situs Internetnya, bahwa toko Lambiek memang akan ditutup di lokasi Kerkstraat 78, namun akan dibuka kembali di Kerkstraat 119 - sebuah ruang kecil yang letaknya nyaris berseberangan dengan lokasi sebelumnya. Pada masa perpindahan ini, Lambiek mengumumkan berbagai korting dari koleksinya pada situs Lambiek di Internet. Foto-foto dari berbagai sudut toko legendaris ini segera diabadikan, termasuk sebuah dinding penuh coretan para tamu yang akan juga dihancurkan bila interior gedung tua ini benar-benar dibongkar untuk direnovasi.
Sekitar April 2004, Lambiek dibuka kembali di Kerkstraat 119. Ruang di lokasi ini jauh lebih kecil dari sebelumnya; hanya berupa lorong panjang di mana terdapat rak-rak buku, kotak etalase dan berbagai poster dalam pigura menutupi seluruh bagian dinding. Namun hal ini tidak berlangsung terlalu lama. Kabar baik terdengar lagi melalui De Reporter edisi Desember 2004, bahwa Lambiek akhirnya akan pindah ke lokasi yang lebih luas: Kerkstraat 132. Lokasi baru ini masih di jalan yang sama, nyaris berseberangan dengan lokasi sempit di nomer 119. Kabar lain menyatakan bahwa Bas van der Zee, seorang anak muda, telah menjadi pengurus baru dari Lambiek, sementara Kees Kousemaker masih akan terus memegang pengawasan Lambiek.
Bas, berpose di tengah2 proses renovasi ruang cikal bakal galeri Lambiek
Tanggal 28 Januari 2005 merupakan hari pembukaan Lambiek di lokasi terbarunya, di mana perayaan dan sekaligus penyambutan tahun baru dilangsungkan. Para teman-teman lama dan pengunjung setia Lambiek sangat senang ketika menemukan bahwa di lokasi ini terdapat ruang yang luas, di mana terdapat ruang untuk sebagian besar buku, dan terdapat pula ruang bawah tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai galeri, dengan sebuah ruang kecil di sebelahnya sebagai kantor. Aktivitas kembali berlangsung di Galerie Lambiek. Namun perjuangan untuk tetap bertahan menjadi makin sulit di era digital ini. Sebagian besar generasi muda lebih terbiasa bermain game pada komputer, menonton DVD, dan sibuk saling berkirim teks pada ponsel, dibandingkan dengan membaca album komik/ cergam. Media komik dan cergam tidaklah sepopuler dulu lagi; adalah tidak mudah bagi komik untuk bersaing dengan media hiburan lain, dan Kees pun menyadari hal tersebut.
Sehingga, seiring dengan perkembangan jaman, Kees memilih untuk berkonsentrasi pada database komikus pada situs Lambiek, yang dinamai Comiclopedia. Comiclopedia ini adalah prestasi Lambiek yang paling menonjol saat ini. Pada database itu terdapat lebih dari tujuh ribu nama komikus dari seluruh dunia, dilengkapi dengan data pribadi ringkas dan beberapa contoh karya masing-masing, dan Lambiek masih terus menerima masukan baru setiap harinya. Rencana Kees dalam waktu dekat adalah membuat bagian khusus untuk komikus Belanda pada situsnya. Situs Lambiek, yang dirintis sejak tahun 1994, kini dikunjungi sekitar 20.000 pengguna Internet per harinya. Dengan tingkat aktivitas sedemikian tinggi, mestinya mudah bagi Lambiek untuk memperoleh sponsor pada situsnya..Namun Kees kurang menyukai tambahan banner iklan pada situs ini, sehingga masih terus mempertimbangkan kemungkinan ini. Pada satu sisi, Kees ingin agar tampilan situsnya tetap sederhana dan bersih, bebas dari banner iklan. Namun pada sisi lain, situs Lambiek butuh pemasukan finansial terutama untuk membiayai hosting data yang makin membludak, di samping juga tentunya untuk membiayai Galerie Lambiek.
Ruang dalam Lambiek, memandang ke arah pintu. Di balik rak roket Tintin, terdapat anak2 tangga menuju ke lantai galeri dan kantor di lantai bawah.
Interior Lambiek di lokasinya sekarang, Kerkstraat 132. Ruang galeri dan kantor terdapat di lantai bawah.
Galerie Lambiek kini memegang peranan penting dalam dunia komik dan cergam di Belanda, bahkan di Eropa dan dunia. Situs Lambiek telah disewa untuk ditampilkan di Nederlands Stripmuseum (museum komik/strip Belanda) di Groningen, di mana Kees Kousemaker sendiri menduduki posisi sebagai salah seorang dewan penasehat. Kees mengakui bahwa sangatlah berat untuk menjaga reputasi Galerie Lambiek, tak hanya sebagai toko dan galeri, namun juga bahkan sebagai sentra budaya komik dan cergam di Eropa. Galerie Lambiek, dalam perjuangannya mencapai reputasi tersebut, akan selalu menjadi teladan bagi para pecinta dan profesional media komik dan cergam, di mana pun mereka berada.
Tita, Amsterdam, 19 Juni 2005
Kru Lambiek, saat hendak memindahkan papan nama dari Kerkstraat 78
Lambiek
Galerie, Stripwinkel & Antiquariaat
Kerkstraat 132
1017 GP Amsterdam
Tel +31 (20) 626 7543
Fax +31 (20) 620 6372
E-mail lambiek@lambiek.net
Website http://www.lambiek.net
Sumber teks dan foto:
- Wawancara dengan Kees Kousemaker
- Situs Lambiek http://www.lambiek.net
- Lambiek’s Almanac 1968 – 1993
Labels:
lambiek
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Asik, akhirnya bisa tau juga sejarahnya Lambiek. Thanks Tita :*
ReplyDeletesama-sama mbakyu :*
ReplyDeletenanti tinggal kita datengin bareng; di sana sekarang ada beberapa FatBoy, jadi para krucils bisa bergelimpangan dengan leluasa :D
Mbok ya dipasang fotoku waktu gambar di Lambiek khehekhkehe...
ReplyDeletembok ya pasang sendiriii
ReplyDelete(ntar ya, cari dulu.. :D)
waaaa kereeeennn.... maooo kesiituuuuuuuuuuuuuuuuu
ReplyDelete*nabung..nabung..nabung..*
ReplyDeleteaduuuh aduuuh aduuuuuuuh ada yg mau ngasih saya beasiswa k sana?
ReplyDeleteBedankt lieve Tita! Ook namens mij :-) Terima kasih banyak...
ReplyDeleteDankjuliewel! :) ..sama-sama..
ReplyDeletekeren ya lambiekkk... dari komikus, oleh komukis dan untuk komikus... :)
ReplyDeleteWaaaaa keren euy... Gua sekeluarga kecuali bokap doyan banget baca suske & wiske... kita seneng banget tokoh lambiek & sidonia... Keren ta ada galerie, toko & good beer there!!!
ReplyDelete