U L A S A N
Hari-hari Bergairah dalam Komik Indonesia
Sejumlah komik baru berturut-turut diterbitkan. Bahkan komik tentang pencitraan perusahaan.
“Kalau komik Indonesia ingin dianggap penting, ia harus masuk ke tengah persoalan yang juga penting,” Seno Gumira Ajidarma (catatan sampul pada Mat Jagung: Kabut Manusia).
Beberapa bulan terakhir komik Indonesia menjadi masa yang paling menyenangkan. Tidak hanya karena ramai dengan rilis komik-komik terbaru, namun banyak di antara komik-komik itu yang patut mendapat pujian. Beberapa komik ini layak dipuji karena banyak aspek, mulai dari tema dan penulisan cerita, keindahan artistik, hingga kesungguhan dalam kemasan.
Mat Jagung, komik bersambung yang terbit setiap hari Minggu di Koran Tempo, akhirnya terbit dalam bentuk buku. Tidak seluruh episode memang, namun dipilihkan beberapa episode yang merepresentasikan kiprah Mat Jagung melawan korupsi beberapa tahun terakhir, yaitu Kabut Manusia, Romansa Dinda Ida, Ramadhan Majic Wajik, dan Mas Kawin Ida. Judul beberapa episode ini mungkin tidak terdengar sarat perlawanan terhadap korupsi di negeri ini. Tapi percayalah halaman demi halaman Anda akan dibawa berkelana mengikuti aneka cerita fiktif, yang mungkin mencerminkan dunia yang tidak kita orang awam kenal.
Tita Larasati, komikus yang populer dengan genre graphic diary-nya, memprakarsai Antologi Tujuh dan mengumpulkan rekan-rekannya sesama komikus untuk berpartisipasi sekaligus memperingati satu tahun berdirinya penerbit Curhat Anak Bangsa. Terinspirasi usahanya (dan juga sesama komikus sedunia) dalam 24 Hour Comic Day, sebuah aksi yang diprakasai Scott McCloud dengan membuat sebuah komik secara spontan dan rampung dalam 24 jam, Antologi Tujuh disajikan sedikit berbeda. Sebanyak tujuh komikus (walau akhirnya menjadi sembilan orang) membuat tujuh halaman komik sepanjang tujuh hari kehidupannya. Sebuah kumpulan karya yang beraneka ragam dan kadang mengundang senyum (terutama jika Anda termasuk tokoh yang ikut digambar).
Sayangnya tidak semua komikus setia dengan konsep tujuh halaman komik sepanjang tujuh hari kehidupannya. “Seperti terbitan-terbitan sebelumnya, buku ini diharapkan dapat meramaikan alternatif bacaan cergam Indonesia. Juga hendak menunjukkan pada publik, betapa beragamnya gaya kita bertutur secara visual, di mana masing-masing menunjukkan keunikan dan karakternya sendiri. Juga hendak memperlihatkan bahwa kisah berdasarkan kehidupan sehari-hari pun menarik untuk disimak,” ujar Tita Larasati tentang harapan terbitnya Antologi Tujuh.
Komikus senior Dwi Koendoro juga mengaktifkan kembali serial Sawung Kampret dalam episode Warok Surobongsang. Jika dulu hadir dari tangan beberapa penerbit dengan kemasan berukuran standar komik Eropa, kini Sawung Kampret tampil berukuran mirip standar komik Amerika. Masih mengusung resep yang sama, Dwi Koendoro membawa Sawung Kampret beradu kecerdikan melawan penjajah Belanda di Hindia Belanda.
Mengambil genre serupa dengan Sawung Kampret, Wahyu Hidayatz membuat Brasta Seta. Berkisah tentang seorang pendekar konyol, kerap tak beruntung, namun secara kebetulan memperoleh kesaktian tak terkira dan diperebutkan dua orang putri cantik. Termasuk tebal untuk ukuran sebuah komik lokal (210 halaman!). Rasanya tak lelah membaca halaman demi halaman, sambil sesekali tertawa terpingkal-pingkal mengikuti sepak terjang jagoan kita ini.
Komik yang paling unik dan tidak lazim di Indonesia adalah 15 Kesalahan Dalam Branding. Ditulis oleh Herman Kwok, seorang praktisi di bidang pencitraan perusahaan, ia dibantu beberapa rekannya untuk berbagi pengalaman selama bertahun-tahun kariernya di dunia tersebut. Tidak banyak komik Indonesia yang dapat disebut sebagai komik rujukan suatu bidang studi atau profesi. Pada umumnya komik lokal berkonsentrasi pada bidang pendidikan dan fiksi. Akan bagus jika apa yang dilakukan Herman Kwok ini ikut memotivasi para praktisi dan profesional untuk berbagi pengetahuan dalam bentuk komik.
Fenomena jejaring sosial Facebook juga direfleksikan dalam komik. Beng Rahadian menyeleksi beberapa komik strip Lotif yang rutin terbit setiap hari Minggu di Koran Tempo dan disajikan dengan tampilan persis wajah Facebook, walau kisah-kisahnya tak berhubungan dengan Facebook. Cergam Rangers (yang terdiri atas Oyasujiwo, Fatahillah, Harlia Hasjim, dan lainnya) melakukan pendekatan berbeda. Dalam Sibuk Fesbuk mereka benar-benar mengingatkan penggunanya, bahwa perilaku ‘sibuk fesbuk’ sudah mendarat di dirinya.
Roman fiksi sejarah juga ikut meramaikan khasanah komik lokal. Merdeka di Bukit Selarong mengambil setting waktu dan tempat di tengah-tengah perang Diponegoro (1825-1830), ketika beberapa remaja terlempar ke masa lalu dan terlibat pertempuran yang dinamai pihak Belanda sebagai Perang Jawa.
Ariela Kristantina (lebih akrab dipanggil dengan Rie) mengedarkan secara terbatas karyanya the.Trails.of.the.Midnight.Bunny. Cerita yang dibuatnya memiliki beberapa pilihan akhiran. Seperti halnya kehidupan: manusia tidak diberikan pilihan untuk hidup atau tidak, namun bebas memilih jalan yang ingin ditempuhnya. Rie sudah melakukan road show untuk komiknya ke beberapa kota dan saat ini sedang singgah di kota Yogyakarta.
Tema yang diangkat Ariela dalam komiknya adalah perihal jejak-jejak dalam kehidupan. Kalau ia menjuduli pernyataannya Manusia//Jejak, itu karena pesan dibalik semua komik bertokoh boneka kelinci ini ditujukan bagi publik penikmat karyanya manusia; dan ia pun berkisah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman hidupnya.
Anda generasi 80-an ingat dengan serial Mahabharata yang terbit secara berkala sebagai sisipan di majalah Ananda? Komik pewayangan karya Teguh Santosa (alm) ini dapat dikatakan sebagai re-boot karya R.A. Kosasih yang terbit 30 tahun sebelumnya. Kini pembaca dapat menikmatinya kembali dalam kemasan luks yang digarap secara serius dan teliti.
Masih ada beberapa komik menarik yang terbit akhir-akhir ini seperti adaptasi cerita Karl May dalam Api Maut dan Pasir Maut (keduanya dari penerbit Pustaka Primatama), The Quest For Princess Zhafira (Erlangga For Kids), A Place In Your Heart (Koloni/ M&C). Selain itu, dalam waktu dekat akan terbit buku terbaru Benny & Mice berjudul Lost In Bali 2, dan beberapa judul komik fiksi dari penerbit M&C yang mencoba kembali menggarap komik lokal.
Tidak setiap saat kita menantikan hari-hari mendatang yang penuh komik lokal bermutu.
www.komikindonesia.com