"Ke henpon saya aja, Bu"

Aplikasi WNI utk Dhanu dan Lindri dimasukkan tgl 1 Oktober 2007 yang lalu di Departemen Hukum dan HAM Jawa Barat. Resminya, pemrosesan aplikasi berlangsung selama 3 bulan, dengan hasil diturunkannya SK Menteri yg menyatakan bahwa anak2 ini syah WNI. Ayo kita hitung 3 bulan itu: Oktober, November, Desember. Januari 2008 mestinya sudah selesai, bukan? Dan pertengahan Februari seperti ini, mestinya SK sudah turun, kan, kalau memang kemaren2 itu terpotong liburan2 akhir/awal tahun dsb?

Sudah beberapa hari ini saya mencoba telpon ke DepHukHAM, tapi 'orang yang mengurus' sedang tidak di tempat. Siapakah orang itu? Ternyata sama dengan orang yang melayani ketika saya mengajukan aplikasi tersebut, Pak B. Akhirnya kemaren siang saya berhasil 'menangkap' ybs. ketika saya telpon nomer kantor itu untuk ke sekian kalinya.
T: Pak, saya mau menanyakan status pemrosesan aplikasi dwi-WN anak2 saya. Apakah sudah siap?
B: Siapa nama anak2nya?
T: (menyebut nama lengkap anak2)
B: Sebentar.. (terdengar gesekan2 kertas)
B: Ooh.. Ibu yang dosen Unpad itu ya?
T: ITB
B: Eh iya maap ITB, hehe. Wah, belum nih. Belum ada kabar dari pusat (Jakarta).
T: Ya sudah, lain kali saya cek lagi.
B: Bu, lain kali kalau telpon ke henpon saya aja, Bu, ke nomer Esia saya. Udah punya, kan?
T: Euh.. tapi ini kan urusan kantor..
B: Nggak apa-apa, Bu. Ke Esia aja, ya.
T: 'Makasih.. (sambil nutup telpon)

OK, ini jelas udah nggak enak, kan. Masa urusan kantor dibawa2 ke henpon pribadi, apa etis? Nanti dia minta bayarin pulsa lagi, spt kasus saya di Pengadilan Negri dulu. Enaknya gimana nih? Datengin aja, gitu?