For those who couldn't visit the DI:Y comics exhibition at TIM, Jakarta (3-17 March 2007), or those who did but didn't get the catalogue. Here's the content: introductory pages (sorry for the blurry parts), short descriptions about all the artist, each followed by his/her work samples. There are some mistakes in my details; people who know me well can easily spot them.
Huahahahah ini yah Ta. Makasih yah, 49 halaman lo scan semua >:D<
ReplyDeleteSukar menerbitkan komik elo kecuali dlm bentuk buku art book yg serius? Apa statement ini termasuk statement yg salah untuk org yg mengenal elo ? :D :D :D. Gue malah merasa terbalik. Dari semua yg di katalog ini, gue, sebagai org awam, malah ngeliat komik elo yg paling berpotensi di juwal dlm bentuk graphic novel/strip comic/buku model For better or for worse, Calvin n Hobbes, Peanuts, etc. Komik elo lebih bisa menjangkau kalangan yg besar karena bukan komik yg bernada marah, berbahasa keras (cocok buat keluarga, hehehehe), bergambar mirip grafiti. Tapi ini pandangan gue yg awam sih :p.
ReplyDeleteHUAHAHHAHAHHAHAHAHAHA rupanya ini bisa bener kejadian yah? Gue sering kali mikir, karena lampunya kan pake sensor, gimana kalo gue di dalam kelamaan gak bergerak? Ternyata, huaahahahhahahahahaha =)) =)) =))
ReplyDeletePS: kalo ngeflush bisa kali yah? Soalnya sepengamatan gue, sensornya gak cuma gerak tapi suara?
Jadi elu kuliahnya desain grafis ya Plon???? =)) =))=))
ReplyDeleteWith all due respect, elu ngga typical wanita cosmopolitan deh (consume minded, stick on her mobile communication, depends on fashion trends...) >>>elu tuh punya style sendiri, lifestyle sendiri, yang sulit dicari persamaannya dengan kelompok lifestyle tertentu! harusnya ini yang ditulis! ...Sape sih yang nulis? Kenal ngga sih sama elu????
=)) =))
ReplyDeleteGue juga pernah ngalamin ini Ven! Dulu kepingin canggih di koridor studio gue pasangin lampu yang pake sensor...lama2 jengkel juga, karena kalo kelamaan berdiri di koridor dia 'plek' mati sendiri! Trus kudu bergerak supaya lampu nyala lagi, padahal lagi baca2 surat yang baru datang di kotak pos!! Akhirnya diganti ama lampu biasa yang ngga bikin senewen! ;P
my pleasure ven >:D< sekalian juga, sebab banyak yg gak kebagian katalog.. ini pameran 2 minggu, tp di minggu terakhir katalog udah menipis banget
ReplyDeletekenal online dan lewat komik2ku aja. ketemunya cuma pas ybs ke rumah utk milih2 komik2 yg mau dipamerin ini :)
ReplyDeletehihi jadi malyuu ('cosmo-lifestyle' :D).. thanks makplon >:D<
iya nih, media yg pake acuan katalog ini jadi ikut2an salah kaprah ("desain grafis" dan nama gue)
di situasi gue itu, pastinya flush enggak mempan :P
ReplyDeleteternyata emang sensornya cuma gerak, itu juga harus ekstrim (sampe harus buka pintu bilik dulu.. hihihi). yg di ruang kantor juga, kalo gue duduk diem di depan komputer kelamaan, lampu jg tau2 mati. jadi kadang2 gue harus maju-mundurin kursi sambil angkat2 lengan. *sigh*.. 'smart' building..
mungkin karena gambar2 gue masuk kategori "nggak ada ceritanya", jadi dianggep sbg art book aja ;))
ReplyDeletegue sempet mikir, graphic novel yg sifatnya autobiografis sepertinya hanya bisa sukses kalau si pembuatnya pernah mengalami sebuah tragedi dalam hidupnya (dan kemudian diceritakan dalam karyanya itu). seperti persepolis, misalkan. lha idup gue adem ayem tentrem aja.. apa orang masih tertarik utk menyimak? :D
Kalo baru-baru muncul kan emang suka terjadi kerancuan, apalagi di Indonesia media cenderung ngga terlalu correct ke masalah 'detail' yang sebenarnya penting. Kaya teman gue pernah nulis di sebuah media di Indonesia, tulisannya ditambah2in sama editornya, ngga nanya2 sama wartawannya..alhasil nama Presiden Jerman (Bundespresident>posisinya paralel dengan Bundeskanzler) tertukar dengan nama Budestagspresident/Ketua Parlemen... Kita bacanya udah dicetak, coba deh! Masa ngedit tulisan nggak ngechek2 dulu sih, urusan kenegaraan lagi...
ReplyDeleteMudah2an yang menulis baca blog elu deh Plon...supaya makin lama makin baik! Sukses dan ikut senang ya dengan pamerannya!!! *hugs*
Hmmm... dengan editing yg bagus gue yakin sih bisa. Karena komik elo itu berhubungan dengan hidup sehari2, pasti banyak org yg bisa 'relate' dengan keadaan elo dan niat untuk nyimak. Mungkin approachnya bukan sebagai autobiography, tapi cerita emak2 dengan dua anak aja, misalnya. Kalo autobiography kan emang mesti heboh (kalo gak kan muncul pertanyaan, sapa elooo?? hihihihihi).
ReplyDeleteTulisan dibawah gue kutip dari kata pengantar dari Carolyn Davis, istrinya Jim Davis untuk komik For Better or For Worse yg judulnya It must be nice to be little:
... Lynn appears to be writing about your family and mine. But, how can she know what we're all doing since she lives in northern Canada about 150 miles from the Artic Circle? It's possibly because Lynn laughs and cries along with fan mail from people she has never met, and because the Johnstons have most of the same problems and rewards as the rest of us. Lynn has the remarkable ability, which cartoonists seem to have, that allows her to see each day as a series of humorous and loving moments. And then, somehow, she is able to transform those thoughts magically onto paper....
And you! You have that ability, too. :D.
aww thanks; this is flattering and at once challenging - for me to produce a 'real' thing one day >:D<
ReplyDeletemungkin editor ini jebolan "tim kreatif" di media itu.. hahaha.. ya tapi gawat aja kalo nggak re-check fakta, apalagi utk urusan kenegaraan.. reputasi si media dan seisi2nya deh yg kena.
ReplyDeletemakasiy ya makplon :*
makdemplon galak amat ama saya....padahal yg saya maksud dengan "kosmopolitan" itu bukan berarti sama dengan profil pembaca majalah Cosmopolitan, tapi kosmopolitan dalam pengertian kultural-sosiologis: terlibat dalam dinamika budaya global. saya bisa sebut masyarakat pesisir sebagai memiliki budaya kosmopolit yang serupa pengertian, walau tentu bentuknya beda, dengan yg dimiliki oleh tita saat ini. soal kesulitan menerbitkannya di Indonesia, saya bicara realitas penerbitan di Indonesia yang sudah saya geluti sejak 1994-an. Baik realitas pasar, maupun realitas redaksionalnya. Saya mah justru berharap karya2 macam karya Tita ini bisa diterbitkan oleh penerbit Indonesia, dengan apa adanya. Lagipula, apa salahnya kalau diterbitkan sebagai art book? Yg saya soroti justru betapa dunia penerbitan kita begitu miskin sehingga jadi sulit menerbitkan karya-karya semacam yg dibuat oleh Tita ini. Soal detail, yah, saya minta maaf sama Tita karena beberapa kekeliruan itu. Saya praktis nggak sempat terlalu mengecek karena keterhimpitan waktu, tim yg minim banget, dan soal2 teknis lainnya. Tapi kekeliruan2 detail tersebut jadi tanggung jawab saya sepenuhnya. Waktu menulis itu, saya, terus terang, lebih berkonsentrasi pada ide yg hendak dikedepankan. Memang, mestinya, sebagai orang yg sering juga dikutip salah, atau dideskripsikan salah oleh media, saya tak boleh luput memerhatikan detail-detail semacam ini. Ah, kalau saja waktu yang tersedia lebih panjang. Terima kasih partisipasinya, dan ada sedikit kesulitan teknis soal pengiriman karya, tapi saya usahakan besok sudah terkirim.
ReplyDeleteHalo Mas Hikmat, trims atas tanggapannya :) Pemahaman saya sendiri mengenai kosmopolitan itu rancu (ini gara2 image majalah cosmo juga sih! :P).
ReplyDeleteSoal detail, memang sering gitu (dulu juga di Erasmus Huis nama saya jadi Titia di publikasinya.. hehe). Tapi mereka yg serius ingin cari tahu lebih lanjut pasti langsung cari ke sumbernya utk dapat info yg lebih akurat, jd detail2 tsb dapat dikoreksi.
Athonk mengklaim 'Bad Time Story I' sebagai komik lokal underground pertama? hehe kalau komik-komik sekte 'sesat' Children Of God era 1982 termasuk komik underground bukan tuh? bukan yang terjemahan, tapi yang pake komikus lokal? :)
ReplyDeleteAthonk mengklaim 'Bad Time Story I' sebagai komik lokal underground pertama? hehe kalau komik-komik sekte 'sesat' Children Of God era 1982 termasuk komik underground bukan tuh? bukan yang terjemahan, tapi yang pake komikus lokal? :)
ReplyDeletehore ada Karpet Biruuuu!!!
ReplyDeleteade suka deh liyat 'still life' nya ta,...kayak apa ya..di situ kliatannya sih lagi sentosa, tapi di belahan dunia lain lagi gedombrangan sm gempa. Itu bukan sih ta kesannya yang mao ditampilkan? perbedaan di antara 2dunia itu kah? apa ade salah nangkeb yak *meringis ..siap2 mo tengsin nih...*...^_^, pokoknya ade syukaa kesederhanaannya ta..syukaa buanget!
ReplyDeletehuehue trims de.. interpretasinya bisa macem2, tergantung yg liat. buatku sendiri, ini semacam 'curhat' betapa tidak berdayanya aku di tempat jauh itu, nggak bisa nolong langsung. sembari membayangkan betapa kacaunya di sana, sementara (itu pas weekend kan ya) di tempatku itu sedang sepi sekali, semuanya tenang tentram.
ReplyDelete