Sudah sejak 1998 saya tinggal di Belanda, tapi belum pernah ikutan acara 17an di Den Haag - hingga kemaren ini! Itu juga dalam rangka 'mampir' dari Rotterdam, sebelum pulang ke Amsterdam.. hehe..
Hari sebelumnya (16 Agustus) saya sudah janjian dengan Ika, ngajak dia ke Museum Boijmans di Rotterdam. Boijmans ini museum yg menyimpan (sejarah dan karya2) applied arts, crafts & design, sempat tutup lama sekali untuk direnovasi, jadi saya belum ke sana lagi sejak sekitar 5 th yang lalu. Lagipula, di Boijmans sedang ada pameran temporer ttg salah seorang perintis komik underground asal Amerika, Robert Crumb. Nah beres, jadi tiket p-p Amsterdam-Rotterdam bisa sekalian utk ke Den Haag!
17 Agustus pagi: Museum Boijmans, Rotterdam.
Berhubung stasiun Amsterdam Centraal lagi kesulitan akses kereta (kalau ada kereta pun, pasti penuh sesak dengan turis2 kebingungan), saya dan Dhanu berangkatnya dari stasiun Amsterdam RAI. Turun di Schiphol, ganti naik yg ke Rotterdam, sampai sekitar 11:30. Langsung telpon Ika yg katanya masih di kereta. Ya sudah, beli makanan dulu utk Dhanu sambil nunggu Ika. Oh iya, sambil nge-print peta gratisan dong, di pojokan stasiun :)
Setelah Ika dateng, kita cari tram nomer 5. Jalan sih bisa, tapi kelamaan dan agak kejauhan buat Dhanu. Hari cerah banget, malah cenderung panas. Sebuah kemewahan cuaca di Belanda yg hampir selalu basah dan berangin. Kami turun di halte Museumpark, langsung di sebelahnya Museum Boijmans. Tiket masuk dikorting 50% berhubung kami masing2 punya Voordeel-urenkaart, dan Dhanu masih gratis.
Ternyata, Museum Boijmans tidak banyak berubah. Sebagian besar koleksinya (terutama yg lukisan dan patung dari abad pertengahan) masih tetap sama; ada karya2 Vincent Van Gogh, Edgar Degas, Paul Klee, Piet Mondriaan, Salvador Dali, dll. Menurut info kuratornya dulu, Boijmans memilih karya2 yg menampilkan benda pakai sehari2, seperti alat dapur, alat nelayan/ bertani, dll.
Koleksi yg lebih 'baru' antara lain adalah perangkat makan (termasuk cawan, piring2 saji dan berbagai wadah keramik) dari tahun 1600an hingga karya2 Ettore Sotsass dan Alessi, dan berbagai perabot dari pabrik kopi Van Nelle. Di bagian gedung yg baru direnovasi, ada karya2 desain 'konseptual'. Ada satu ruangan yg dinding2nya dipenuhi poster2 komersial Hema yg bertema "altijd jezelf" (= always yourself), yg modelnya adalah orang2 biasa (bukan model super cantik/ganteng). Ini salah satu berita ttg poster2 Hema itu (berbahasa Belanda). Ternyata, ada yg saya kenal di salah satu poster itu: Monica (orang Belanda keturunan Indonesia) dan bayi, Mels. Poster2 ini adalah karya fotografer yg termasuk dalam "Project Rotterdam" yg menampilkan karya2 seniman dan desainer muda.
Pameran Robert Crumb menampilkan sebagian isi dan sampul majalah karya Crumb. Pada dinding terdapat sketsa2 asli Crumb, baik sketsa yg ia buat di lembaran2 buku tulis (terlihat jelas bahwa di baliknya juga ada gambar2 lain!) maupun yg merupakan lay out 'jadi' yg siap cetak utk majalahnya. Gambar2nya ketika berusia 15 th sudah menunjukkan kesungguhannya utk menekuni bidang ini, studi bentuknya sangat mengagumkan. Gambar2 khas Crumb adalah bentuk2 badan (wanita) dengan proporsi berlebihan ("Kelemahan saya adalah pada cewek2 bongsor", kata Crumb), dan hampir semuanya vulgar. All in all, dari pameran Crumb ini saya jadi bisa punya bayangan, gimana pameran komik yg bagus dan representatif itu.
Wisma Duta, Wassenaar
Dhanu bilang dia bosan. Dilihat2, pantas saja, sudah lewat jam 12 siang! Sayang masih harus ke Den Haag, padahal hari cerah begini tepat banget utk jalan2 di Museumpark-nya Rotterdam. Begitu keluar museum, kami langsung nyegat tram utk balik ke stasiun, dan naik kereta ke Den Haag Centraal. Dari sana, kata Ika (yg sudah nelpon Ave, yg sudah sampe di tempat kejadian, utk nanya2), naik bis nomer 90 yg ke Haarlem. Ternyata nggak usah repot2 nyari, di salah satu halte bis kelihatan banyak 'tampang melayu' ngumpul. Nah, pasti ini! Ada juga bis nomer 90 tapi masih ditutup pintunya. Nggak lama kemudian, ada petugas bis yg bilang, bisa naik bis no. 88 (yg diparkir di sebelahnya) utk ke tempat acara 17an: di kediaman dubes RI utk Belanda, di Wassenaar. Saya, Ika dan Dhanu ya ngikut aja :)
Tiba di halte tujuan, semua turun dan nyebrang jalan tol (lewat penyebrangan di bawah jalan dong), dan langsung terdengar suara musik di kejauhan. Di persimpangan jalan, sebelum belok masuk ke rumah dubes, ada sekumpulan orang demo, yg dijaga bbrp polisi. Begitu orang2 mendekat, ada yg mbagi2 selebaran (berbahasa Belanda). Ternyata mereka itu demo atas nama RMS. Belakangan baru saya tau bahwa tiap taun, tiap acara 17an, mereka memang selalu demo begitu. Tapi nggak ada hasilnya.
Setelah melewati detektor di gerbang rumah, kami masuk, langsung belok ke arah halaman rumput. Waduh penuhnya. Banyak yg duduk2 di atas terpal2 biru yg digelar di rumput. Anak2 lari2an. Panggung nggak keliatan krn ketutup banyak orang. Mau jalan aja susah, kasian Dhanu yg pendek, kepalanya kesenggol2 orang2 lewat yg jalan nggak liat2. Main terobos aja. Bener2 kerasa seperti di Indonesia :)
Ika langsung telpon2an lagi sama Ave, nanya posisi dia, dan akhirnya ketemu (di tenda salah satu sponsor). Lalu kami langsung ke lapangan sebelah: tempat tenda2 makanan! Nah, mulai deh berburu :D Satu lapangan yg sisi2nya dipenuhi berbagai tenda penjual makanan. Semuanya penuh orang mengantri, tapi nggak parah2 banget sebab kita masih bisa diladeni dengan cepat. Baunya sudah semerbak enak ke mana-mana..
Yang penting ngasih makan Dhanu dulu, jadi harus beli makanan yg dia pasti suka. Sate ayam! Pakai lontong, biar nggak repot. 6 Euro (huuee.. tapi mau gimana lagi). Pas baru mau makan, disamper sama Riboel dan rombongan Arnhem-nya, yg mau foto2. Pantes pada pake batik dan baju rapih (mana fotonya woy, pasang di Multiply sini dong!). Habis makan sate, saya bawa Dhanu berteduh di kios di tengah lapangan, sekalian dia bisa duduk di mejanya. Terus beli es shanghai (1,5 Euro, semangkok kecil). Lumayan, panas2 gini makan es serut, dan Dhanu doyan - sampe nambah semangkok lagi.
Masih laper! Beli apa ya. Pokoknya makanan yg nggak bisa bikin sendiri (filosofinya Ika) atau makanan yg jarang2 ada di warung2 Indonesia. Nah, ada bubur ayam.. 5 Euro, tapi lumayan nendang lah. Sayang Dhanu nggak mau, jadi terpaksa diabisin sendiri. Terus nyobain es warna biru, pake rumput laut - tapi Dhanu tetep ngabisin es serut dan cincau di dalamnya. 1,5 Euro. Habis itu udah deh.. nggak hambur2 lagi, cuma beli klappertaart (2 kotak kecil, masing2 1 Euro) dan 2 bongkah gethuk lindri (masing2 1 Euro) - terutama utk nunjukin ke Syb, ini lho makanan yg namanya ada "lindri"nya. Sempet ketemu Teddy sebentar di situ, sebelum saya dan Dhanu ke lapangan sebelah utk nyari Ika dan yg lain2.
Dhanu udah capek dan ngantuk beraaatt.. dia ngelendot2 terus sambil kita ngobrol (dan foto2 tentunya, ada Ika sih), sampe akhirnya harus digendong. Dia dapet satu balon warna kuning, yg harus dibawa sampe rumah (= saya yg bawa2). Orang2 masih pada berdatangan, macem2 sekali jenisnya. Dari panggung mulai terdengar lagu dangdut, dan banyak yg joget2 di atas panggung. Penuh sekali, sampai nggak keliatan dari jauh. Sekitar jam 3 sore, saya dan Dhanu dan Ika berangkat pulang, jalan ke halte bis. Eh ketemu Oom Lucas (Lucas Abedy, pengomik) di gerbang keluar rumah dubes, jadi menyempatkan bersapa sebentar sebelum lanjut jalan. Di persimpangan jalan, beberapa orang yg demo RMS sedang mengibarkan bendera mereka, dan di latarnya kelihatan para tokoh2 demonya sedang diwawancara sebuah stasiun TV.
Sampai stasiun Den Haag Centraal, langsung pisah dengan Ika yg harus segera kembali ke Delft. Saya dan Dhanu pas banget ketinggalan kereta yg ke Amsterdam, jadi harus tunggu 30 menit. Ngapain ya? Pertama mampir ke Bruna (toko buku) dulu, beli bacaan ringan buat Dhanu. Terus Dhanu minta milkshake, yg adanya di Burger King (sayang di Den Haag CS nggak ada Swirl's!). Baru deh kita naik kereta.. ganti di Schiphol, turun di Amsterdam RAI, mampir Albert Heijn di seberang rumah utk beli makan malam (tortellini!), baru pulang.
Hari ini penuh benar, dan ternyata terasa capek juga setiba di rumah. Senangnya, pagi tadi ke museum dulu, jadi pergi kemaren itu bener2 ada gunanya. Coba kalau hanya pergi utk ke Wisma Duta, wah, mending enggak dehh :P
[gambar/foto dari Internet: sampul salah satu buku Robert Crumb, gedung Museum Boijmans dari arah setopan tram, dan Museumpark di Rotterdam]
*edit to add* Ada foto2nya di tempat Ika
kmrn malam aku jg telerrrrrr beratttttsssss.... tar yah fotonyaaaa....
ReplyDelete